Selamat membaca.
Bima turun lalu memutari mobil membukakan pintu samping untuk sang adik Aca. Setelah Aca keluar ia segera mengikuti langkah Bima memasuki rumah. Berjalan di belakang sang abang dengan kepala yang selalu menatap lantai. Enggan mengangkat kepalanya hanya untuk sekedar melihat sekitar.
Entah apa lagi yang akan Aca dapatkan, lagi lagi Aca membuat Bima marah. Aca juga tidak bisa mengontrol dirinya untuk tidak memesan makanan itu sungguh ia sangat tergoda hanya karna melihat gambaran mie yang terasa begitu enak. Dan mendatangkan masalah besar buat Aca saat ini.
Setelah pintu utama terbuka, masuklah Aca menyusul Bima dari belakang. Terlihat diruang tamu, duduk seorang lelaki gagah tengah fokus pada ponselnya. Bima berhenti sejenak untuk melihat siapa pria ini, karna Bima yang berhenti mendadak membuat Aca yang dibelakang terbentur punggung tegap Bima.
Lalu Bima menarik pelan lengan Aca untuk bersembunyi dibelakang badannya, enggan memperlihatkan Aca pada orang asing.
Lalu Bima berdehem keras, "Ekhemmm!"
Dan seketika pria itu membalikan badannya untuk melihat kesumber suara, menatap bingung pemuda dihadapnnya ini. Sedangkan Bima menatap sinis dan tajam, siapa yang berani beraninya membawa pria masuk kedalam rumah ini. Kalaupun iya Juna, sang papa ini sangat melarang masuknya lelaki asing kedalam rumahnya.
"Anda siapa?!" sinis Bima.
"Maaf sebelumnya saya sedang menunggu seseorang." jawab pria itu.
"Siapa?!"
"Cakra,"
"Yang ngizinin lo masuk Cakra?!"
"Iya, kamu Bima kan presma itu?"
"Lo siapa?! Kenapa bisa kenal gua?"
"Saya Rajendra, dosen di fakultas Cakra."
"Oh, maaf saya kurang sopan. Saya hanya terkejut melihat orang asing masuk kedalam rumah saya, pak."
"Oh tidak apa apa."
"Ada urusan apa dengan Cakra pak, kalau boleh saya tau?" heran Bima.
"Ada beberapa masalah yang dilakukan oleh Cakra, jadi saya kesini untuk meluruskan masalahnya dengan orang tua cakra." jelas dosen itu.
"Lalu Cakranya mana, pak?"
"Tadi dia bilang ingin menelpon papanya dulu."
"Hm oke, Aca panggil Cakra keatas." titah Bima.
"Okee bg, aku pamit dulu." balas Aca lalu pergi meninggalkan ruang tamu.
Lalu Bima mengambil posisi duduk di sofa depan Rajendra. Mendengar kata masalah mengenai Cakra yang keluar dari mulut Rajendra ini, membuat Bima naik pitam. Entah kelakuan apa yang diperbuat oleh Cakra ini yang harus berhubungan dengan Juna sang papa.
Sedangkan Aca mengetok pelan kamar Cakra. Karna tidak mendapatkan respon akhirnya Aca memutuskan untuk membuka pintu kamar Cakra, setelah didalam Aca melihat Cakra tengah berdiri di balkon dengan ponsel yang menempel di telinga tengah menelepon dengan seseorang.
Aca mengambil duduk dikursi kayu, menepuk pelan lengan Cakra menyadarkan abangnya ini bahwa Aca disini sekarang. Cakra hanya diam menatap sedih kearah Aca, membuat sang adik bertambah cemas.
"Bentar pa, bg bima ada dibawah Ca?" tanya Cakra.
"Udah, bg bima nyuruh aku buat panggil abang turun." balas Aca.
"Oh gitu, pa Cakra kebawah dulu bg bima udah dibawah."
"....."
"Iya pa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Salsabila🌻
Ficção AdolescenteAku yang selalu saja berada lingkup keluarga yang bisa dibilang toxic. Papa yang selalu mengurungku dalam rantai yang diciptakannya. Semua kegiatan yang akan aku lakukan harus seizin papa dulu. Aturannya yang begitu banyak menuntutku harus tunduk d...