Kini bayi itu sudah tenang saat Naruto membawanya pergi dari galery.
"Kenapa kau ini? Tiba-tiba menangis. Merepotkan saja! " Ucap Naruto geram. Tetapi bayi gembul itu malah bengong saja dengan tatapan polos saat di marahi. Naruto berjalan menuju parkiran, dengan tatapan yang tajam. Saat ini ia benar-benar kesal hanya karena Boy menjadi rewel.Saat beberapa meter berjalan, tiba-tiba Naruto menabrak bahu seorang gadis hingga gadis itu terjatuh kebelakang.
"Aww! " Pekik seorang gadis. Gadis itu meringis kesakitan, lumayan sakit bokongnya menghantam aspal langsung, beruntung kameranya tergantung di leher, jadi tidak tergores. Ia seketika melirik orang yang sudah menabraknya. Ia hanya melihat sekilas karena Naruto pergi begitu saja. Sama sekali tidak peduli, apa yang telah ia lakukan.
"Sekalipun ini tidak di sengaja, tidak ada salahnya dia membantu atau sekedar basa basi minta maaf kan?" Ucapnya pada diri sendiri. Ia menggelengkan kepalanya, baru kali ini bertemu dengan lelaki yang sama sekali tidak memiliki simpati. Orang-orang tampak melihatnya heran, dan gadis itu segera bangkit ia membersihkan tas ransel dan celananya. Gadis itu segera memasuki galery dengan perasaan yang masih kesal.
"Hinata!" Kiba melambaikan tangannya. Sedangkan yang di panggil datang menghampiri.
Kini mereka berada di dalam galeri. Gadis yang memiliki rambut biru tua keunguan dan di kuncir kuda, tak lupa dengan poni ratanya tampak mengamati karya yang ada di galeri tersebut.
"Kenapa wajah mu seperti itu?" Kiba memperhatikan wajah Hinata yang tampak kesal.
"Tadi ada seseorang yang membuatku kesal, tapi yasudahlah lupakan" Hinata mengibaskan tangannya, seakan tidak peduli, padahal dalam hatinya ia sangat jengkel.
Kiba hanya mengangguk saja."Kau sudah mendapatkan foto terbaru untuk acara pameran nanti?" Tanya Kiba sambil melipatkan tangannya di depan dada.
"Entahlah, aku belum menemukan yang pas. Oh ya apa Tuan NH ada karya baru?" Hinata sangat tertarik terhadap karya Naruto. Sebenarnya Hinata ataupun orang lain tidak ada yang tahu bagaimana rupa si pelukis itu. Mereka hanya tau bahwa Tuan berinisial NH adalah pelukis tersebut.
"Bukan hanya kau yang bertanya, dan semua penggemar lukisan itu pun mengajukan pertanyaan sama. Aku tegaskan, dia akan memberikan karya baru saat pameran." Jelas Kiba. Hinata hanya terkekeh.
"Oke, baiklah. Ah aku berharap bertemu dengannya ada banyak hal yang ingin aku tanyakan"
"Apa yang ingin kau tanyakan? biar aku sampaikan" Tanya Kiba penasaran.
"Aku juga tidak yakin, hanya ingin memastikan saja. Terimakasih atas penawaranmu, tapi aku ingin bertemu langsung dengannya." Wajahnya tampak murung. Menurutnya lukisan itu mirip dengan buatan teman masa kecilnya, hanya saja kali ini lukisan itu sudah sempurna. Hinata sangat merindukan teman masa kecilnya itu, meski dia terbilang aneh dari anak seusianya, Hinata tidak mempermasalahkannya justru ia sangat nyaman saat berteman dengannya. Ada sesuatu yang tersembunyi dari anak itu, namun Hinata tidak mengetahuinya. Karena waktu itu usianya sekitar delapan tahun.
Hinata menunduk diam cukup lama hingga Kiba menyadarkannya.
"Hinata kenapa kau diam saja? Apa kau baik-baik saja?"
Hinata mangalihkan pandangannya pada Kiba."Ah ya aku baik-baik saja. Oh ya kau tahu kawasan Redbidge, tepatnya komplek perumahanku saat ini cukup menakutkan. Bahkan orang-orang disekitarku menyebutnya mimpi buruk."
" Kenapa memangnya?"
Seketika Hinata mendekatkan wajahnya telinga Kiba dan berbisik. "Rumah keluarga yang terbunuh, itu adalah tetanggaku. Mereka baru saja berlibur ke vila pribadi miliknya. Tapi mereka terbunuh disana."

KAMU SEDANG MEMBACA
KILLER (TAMAT)
Mystery / ThrillerMimpi buruk itu terulang kembali. Setelah beberapa tahun terkubur dan kasusnya tak pernah tuntas. Mungkinkah 'ia' bangkit kembali? Membuat mimpi buruk itu terjadi lagi. Keceriaan di awal musim panas harus menjadi kelam. Beberapa waktu lalu di temuk...