Sesampainya Naruto di galery, ia menghampiri seorang pegawai disana dan bertanya keberadaan Kiba.
"Apa hari ini Kiba datang?" Tanyanya.
"Sejak saya datang, saya belum lihat tuan Kiba." Jawabnya ramah sambil menundukkan kepala.
Naruto menghela nafas berat, ia mengangguk dan pergi ke ruangan Kiba. Mereka tidak mempermasalahkannya, karena memang yang mereka tahu Naruto adalah kepercayaan Kiba.
"Itu dia tuan Naruto, mungkin dia bisa membantu." Ucap salah satu pegawai.
Disana ternyata ada lima orang klien yang sudah menunggu, seharusnya lukisan yang di pesan, akan di antarkan oleh Kiba pagi ini.
"Maaf menunggu lama, Kiba ada keperluan mendadak dan baru memberi saya kabar." Ucap Naruto ramah, dan terpaksa memberi alasan bohong. Beberapa pegawai termasuk Hinata mematung melihat sikap Naruto yang tidak biasa.
"Yasudah, kalau begitu dimana lukisannya? "
"Akan saya persiapkan semuanya." Naruto berlalu ke ruang pribadi Kiba, ia melihat Hinata yang sedang menggendong Izanee.
"Hinata, aku butuh bantuanmu, menyiapkan lukisannya."
Hinata hanya mengangguk dan ia segera membantu Naruto.Saat Hinata mengemas beberapa lukisan, matanya tidak sengaja melihat nama pena yang bertuliskan N.H, ia memandang nama itu dalam batin Alice bertanya-tanya. 'Ah aku jadi teringat nama itu. Dan lukisan ini? Naruto bilang ia pelukis. Apa jangan-jangan...
"Hinata sedang apa kau? bantu aku cepat berikan pada mereka!." Suara Naruto sedikit meninggi dan sukses membuat Hinata terkejut saat dia melamun.
"Ya ba-baiklah" Hinata menggerutu kesal atas sikap Naruto.
"Huh, tidak bisa kah dia bersikap lembut pada wanita." Gumamnya pelan.
Setelah semuanya selesai dan lukisan itu sudah di serahkan, Naruto mengajak Hinata ke ruangan Kiba, karena sebelumnya ada hal yang harus di bicarakan pada Hinata.
Izanee terlihat tertidur di pangkuan Hinata ia memindahkannya ke sofa tepat di samping dirinya duduk.
"Hinata, sebenarnya aku butuh bantuanmu." Naruto berjalan perlahan menghampiri Hinata dan duduk berhadapan.
"Bantuan apa Naru?"
Naruto melirik bayi itu yang sedang tertidur. "Aku menitipkan Izanee padamu untuk sementara waktu, ada yang harus aku selidiki sendiri." Katanya tanpa melihat Hinata.
"Apa ini ada hubungannya dengan pelaku itu?" Tanya Hinata dengan hati-hati.
Naruto menghela nafas, mungkin saat ini Alice bisa di percaya, "Ya, kau benar." Naruto diam sejenak, dia kembali menatap Hinata.
"Kau tahu, luka yang semalam ini?" Ia menunjukkan pelipisnya.
"ehm, ya. Apa hubungannya?"
"Semalam aku melihat pelaku itu, aku hanya tahu ciri-cirinya saja dari detektif Kakashi. Dia berada tidak jauh Gordon Moon." Hinata yang mendengarnya ia menutup mulutnya dan matanya terbuka lebar.
"Apa kau yakin?"
"Entahlah, gerak geriknya sangat mencurigakan, hingga aku mengejarnya, aku kehilangan jejek dan seseorang ada yang menghantam kepalaku dengan batu." Naruto menautkan kedua tangannya, ia berkata kembali. " Aku tidak tahu apa yang di incarnya, tapi jika dia tahu aku menyembunyikan yang dia cari, seharusnya di malam itu dia membunuhku kan? Seperti petugas kebersihan itu?"
Hinata mencerna perkataan Naruto, ia masih belum bisa menangkapnya, tetapi ia mengerti kata-kata terakhir. Ia mengingat tentang itu.
"Ya.. petugas kebersihan itu tewas setelah pulang dari kantor polisi kan? Apa dia mengincar Izanee?" Hinata menatap iba bayi tersebut, ia mengira bahwa Izanee saat ini dalam bahaya.
"Itu belum jelas, maka dari itu aku memiliki catatan tersendiri. Aku butuh konsenstrasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
KILLER (TAMAT)
Misterio / SuspensoMimpi buruk itu terulang kembali. Setelah beberapa tahun terkubur dan kasusnya tak pernah tuntas. Mungkinkah 'ia' bangkit kembali? Membuat mimpi buruk itu terjadi lagi. Keceriaan di awal musim panas harus menjadi kelam. Beberapa waktu lalu di temuk...