Kau?!!"
"Sedang apa disini Naruto? Dan apa yang terjadi dengan kepalamu?" Toneri hendak menyentuh kepala Naruto, tapi dengan segera Naruto menepisnya.
"Turunkan sentermu!" Naruto tidak menghiraukan pertanyaan Toneri. Membuat Toneri menyadarinya dan ia tertawa ringan.
"Oh benar, maafkan aku. " Toneri segera menurunkan senternya, dan ia bertanya kembali pada Naruto. "Kau sedang apa disini ?"
Naruto masih terdiam, fikirannya di liputi pertanyaan. Namun, ia berusaha tenang.
"Kau sendiri sedang apa disini?" Tanya Naruto, kini ia berhadapan dengan Toneri.Toneri hanya tersenyum mendengar pertanyaan Naruto. "Kau ini aneh, aku yang bertanya malah di jawab pertanyaan lagi. "
Toneri berdecak, dan ia melanjutkan perkatannya. "Tentu saja aku tinggal di daerah ini. Aku hendak ke minimarket ada keperluan yang harus ku beli. Tapi aku mendengar seseorang yang meringis jadi aku periksa dan ternyata itu kau. "
Naruto hanya mengangguk, ia ingat Toneri pernah mengatakan bahwa dia tinggal di kawasan Gordon Moon. Tepatnya di bagian Selatan, Chester. "Oh ya, apa kau hanya sendiri saja? Kau tidak melihat orang lain?" Tanya Naruto dengan nada pelan. Matanya mengawasi sekitar.
Toneri menggeleng cepat. " Tidak, aku hanya sendirian, dan... tentunya ada kau disini kan? Memangnya kau melihat siapa?" Jawab Toneri, kedua alisnya berkerut ia juga mengedarkan pandangannya.
Naruro hanya diam saja, ia sangat yakin tadi dia mengejar seseorang yang di sebutkan Kakashi. Tapi apa mungkin itu hanya halusinasinya saja?
"Naruto kenapa kau diam saja?" Toneri menepuk pundak Naruto yang sedari tadi diam.
"Ah ya, mungkin aku kelelahan saja dan karena kondisi jalanan gelap jadi aku terjatuh. " Jawabnya asal.
Toneri hanya mengangguk saja ia merasa tak yakin dengan jawaban Naruto, namun ia tak menghiraukannya.
Naruto merasa tak nyaman dengan situasi saat ini, entahlah ini hanya perasaannya saja atau bukan. Naruto teringat sesuatu, ia mengingat Hinata dan Izanee di apartemennya, fikirannya jadi tidak beres. Naruto berjalan mundur perlahan. "Ehm, aku permisi, aku lupa meninggalkan anakku terlalu lama... khawatir dia menangis." Kata Naruto tergesa-gesa. Ia membalikkan badannya dan berlari tidak menghiraukan Toneri yang masih bingung dibuatnya.
Toneri mengangkat bahunya ia masih menyenter kepergian Naruto. Tak lama setelah itu, ia melanjutkan niatnya pergi ke minimarket dan memutuskan berjalan kaki dengan menggendong tas ransel miliknya.
Naruto terus berlari, sesekali ia meraih ponselnya dan menghubungi Hinata beberapa kali, namun tidak diangkat. Membuat fikirannya semakin kacau.
Beberapa menit kemudian Naruto telah sampai di lobi apartemen, ia tak menghiraukan sekitarnya. Naruto segera memasuki lift.Tingg
Dengan terburu-buru Naruto segera memasuki kamarnya. Lampu masih menyala terang, ia mengedarkan pandangannya. Di sofa tidak ada Hinata maupun Izanee, dan ia melihat pintu kamarnya terbuka lebar, Naruto segera memasuki kamarnya. Seketika ia dikejutkan dengan dua pemandangan asing baginya. Naruto bernafas lega, mereka baik-baik saja dan sedang tertidur. Hinata dengan posisi meringkuk sambil memeluk Izanee. Ada apa denganku? Kenapa aku merasa khawatir, ta-tapi khawatir untuk siapa? Naruto melontarkan beberapa pertanyaan pada dirinya sendiri. Ia memegang dadanya, nafasnya mulai teratur kembali.
Saat ia hendak keluar dari kamar, seketika ia urungkan karena Hinata terbangun dan memanggilnya.
"Naruto? Kau kah itu?" Tanya Hinata, suaranya serak khas bangun tidur. Wanita itu mengucek matanya dan memastikan yang datang adalah Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILLER (TAMAT)
Misteri / ThrillerMimpi buruk itu terulang kembali. Setelah beberapa tahun terkubur dan kasusnya tak pernah tuntas. Mungkinkah 'ia' bangkit kembali? Membuat mimpi buruk itu terjadi lagi. Keceriaan di awal musim panas harus menjadi kelam. Beberapa waktu lalu di temuk...