Bagian 26

196 33 3
                                    

Kini mereka telah sampai di perbatasan Kota Nottingham. Mobil sedan berwarna hitam itu menepikan mobilnya di sebuah restauran. Ia akan beristirahat sejenak mengingat mereka pun melewatkan makan siang. Gadis di sampingnya terluhat begitu kelelahan. Sampai ia tidak menyadari bahwa Izanee pun sudah bangun beberapa saat yang lalu.

"Hime, bangunlah kita sudah sampai." Naruto membangunkan Hinata dengan lembut dan sedikit menepuk pundaknya.

Gadis itu membua matanya perlahan, matanya menyipit dan melihat sekitar. "Sudah sampai ya, maafkan aku. Sepanjang perjalanan hanya tidur."

Naruti hanya tersenyum menanggapinya. "Sudahlah, ayo kita tadi melewatkan makan siang. Sepertinya Izanee juga mulai lapar. Dari tadi ia merengek."  Pria itu melirik jam di tangannya, sudah pukul tiga sore. Naruto tengah bersiap untuk keluar dari mobil.

"Ya ampun. Maafkan aku sayang, kau pasti sangat lapar. Terakhir kau hanya minum susu sebelum kau tidur." Hinata segera berbenah membawa perlengkapan Izanee dan ia pun keluar mobil menyusul Naruto.

Sesampainya di dalam, mereka telah memesan makanan dan sudah duduk di kursi yang di sediakan. Seperti biasa Hinata tak lupa membuat bubur bayi terlebih dahulu untuk bayi gembul itu.

"Naru, sebelum kita kerumah kak Neji, aku ingin kau mengantarku ke panti asuhan. " Katanya di sela-sela menyuapi Izanee.

"Panti asuhan?"

"Ya, aku ingin bertemu dengan pemilik panti itu. Sudah bertahun-tahun aku belum mengunjungi panti semenjak kepindahanku. Ada hal yang ingin aku tanyakan dengannya."

"Panti asuhan apa namanya? Kau ingin menanyakan apa?" Cecar Naruto.

"Mother's Love. Kedua orang tuaku donatur tetap di panti tersebut. Kami sering mengunjunginya sebelum kami pindah." Alis Naruto bertaut. Jadi keluarga Hyuuga donatur tetap disana?

"Itu aku hanya ingin memastikan saja. Memastikan seseorang." Sambungnya. Mau bagaimanapun, Hinata sangat merindukan sosok teman misteriusnya itu saat ia sering di ajak kedua orang tuanya di panti. Meski tidak di pungkiri, temannya itu mirip dengan pria di hadapannya.

"Siapa yang ingin kau pastikan?" Kali ini Hinata dapat mendengar suara dingin iu lagi dari mulut Naruto. Bahkan ia merasakan aura berbeda di sekelilingnya.

" Hanya... Temanku dulu. Aku juga tidak tahu dia siapa." Jawabnya jujur. Ia jadi terbayang dengan sikap anak lelaki itu. Sangat pendiam, menyendiri, bahkan melirikpun ia tak sudi. Dia hanya berteman dengan menggambar. Sesekali Hinata selalu menyembunyikan kertas yang telah di gambar anak lelaki tersebut. Ia penasaran apa yang selalu di gambarnya, dan saat mengetahui itu, Hinata sungguh tercengang dengan hasil gambarnya. Namun itu tak mengubah dirinya untuk menghindar dari anak malang itu. Ia ingin sekali bermain dengannya. Hanya saja ia terlalu pemalu, hingga hanya diam-diam memerhatikan saja dari jauh. Sampai pada akhirnya ia harus pergi dan tidak mengetahui anak lelaki tersebut.

"Jika kau sudah tahu tentang dia. Lalu kau mau apa?" Ada nada tak suka yang keluar dari mulut pria itu. Bahkan matanya mulai menajam menatap Hinata. Gadis itu membalas dengan tatapan lembut.

"Tidak ada. Aku hanya ingin tahu saja, Naru." Kenapa dengannya? Bolehkah ia berharap kalau Naruto cemburu?

Obrolan mereka terhenti saat salah satu pelayan sudah mengantarkan pesanan mereka. Suasana makan kali ini sangat canggung. Namun sebisa mungkin Hinata tetap tenang sesekali ia melontarkan obrolan walau di balas acuh oleh Naruto.
Sikapnya aneh.

Setelah selesai, mereka melanjutkan perjalanan. Naruto melajukan mobilnya menuju panti asuhan, itu membuat Hinata heran. Pasalnya ia belum memberitahu tempat panti tersebut. Kemudian ia teringat, bahwa Naruto dulu pernah di Nottingham dan hidup di panti. Mungkinkah panti yang sama?

KILLER (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang