Bagian 29

215 33 0
                                    

"Kau tahu? Sejak kami di panti, aku begitu terobsesi pada lelakimu itu. Dia berbeda dari yang lain, aku tahu... Dia seperti itu karena melihat sendiri kematian orang tuanya. Dia sangat pendiam, dan hobi menggambar. Tapi entah sejak kapan aku sudah lama tidak melihatnya lagi di panti, itu membuatku sedih. Saat beberapa tahun kemudian, aku menemukannya. Tapi sayang sekali, banyak penghalang dan aku tidak suka orang lain berdekatan dengan Naruto. " Pria itu berbisik sensual tepat pada telinga Hinata. Sesekali ia juga menjilatnya.  Gadis bergetar, air matanya kembali meleleh. Ia benar-benar takut sekarang.

"Untuk itu... Kau juga kan yang mencelakai Kiba?" Tanyanya dengan suara bergetar.

"Gadis pintar. Aku sudah membasmi penghalang itu, sekarang giliranmu." Hinata terlonjak kaget, ia melirik pada pria pirang di bawahnya,

"Hime.. larilah sebisamu..." Dengan susah payah Naruto mengatakannya, benar- benar lemas apalagi karena luka di perutnya yang cukup dalam, ia juga meringis dan berusaha menekan pendarahannya.

Gadis itu menggeleng dengan terisak, pria di hadapannya perlahan mendekatkan wajahnya pada Hinata, dengan sorot seringai iblis ia juga menjilat sudut bibirnya yang berdarah. Kepala gadis itu perlahan mundur, saat wajah Toneri benar-benar dekat dengannya, bahkan tidak menyisakkan jarak. Dengan keberanian yang ada, Hinata menggigit kuat daun telinga Toneri layaknya ia menggigit sebuah permen anak-anak, dan itu berhasil menyisakkan darah segar mengalir.

"Aaarrghhh apa yang kau lakukan sialan!!" Toneri berteriak, ia memegangi telinganya yang berdarah, ia juga merobek sisa daun telinga yang terjuntai itu ke lantai. Hinata yang melihat Toneri mengerang, ia segera turun dari ranjang walau kesadarannya masih samar, namun ia masih bisa bangkit.

"Naru, ayo kita pergi dari sini!" Seru Hinata saat ia berada di samping Naruto.
Saat ia hendak memegang pundak Naruto, Toneri terlebih dahulu menjambak kasar rambut panjang gadis itu.

"Aaakhhhh"

"Berani sekali dirimu! Sekarang kau juga harus merasakan ini! " Toneri semakin kuat menjambak rambut Hinata, ia berusaha mencari sesuatu yang berada di jangkauannya. Apapun itu.

"Aaakkhh .. s-sakit kepalaku s-sakit!" Toneri bahkan menekan kuat kembali luka Naruto, namun hal yang membuat Hinata terkejut saat Toneri berjongkok dan ia hendak mencumbu Naruto yang mengerang kesakitan. Sekarang ia mengerti, bahwa kelainan seksual yang di derita pria gila ini adalah merasa bergairah saat korbannya mengerang kesakitan. Namun Hinata tidak akan membiarkan itu, ia masih berusaha menjangkau sesuatu agar bisa menghentikan ini semua.

"Naruto sadarlah kumohon!!! " Jambakannya semakin kuat saat Hinata berteriak pada Naruto. Pria pirang itu terlihat lemah. Namun kini atensi Hinata terlihat pada sesuatu yang ada di dekat sampimg Naruto. Ia melihat sebuah jarum suntik. Saat itu juga Hinata langsung menjangkaunya dan tanpa ragu ia segera bangkit lalu menendang perut sekuat tenaga  hingga pria itu telentang dan dirinya leluasa menusukkan jarum suntik itu pada mata Toneri berkali-kali.

"Kau yang harus membayar semuanya psikopat gila!!" Hinata begitu kalap, ia berkali-kali menusukkan jarum itu pada mata kanan Toneri. Jari jemari lentiknya kini di penuhi darah.

"Seharusnya aku menikmatimu dulu sebelum dia! " Tangan Toneri tidak tinggal diam, ia meraih wajah Hinata hendak memukulnya, namun dengan cepat Hinata menusuk telapak tangan Toneri dengan jarum suntik.

Dengan peluh dan keringat, Hinata menghentikan itu ia kembali pada Naruto yang masih tersadar.
"Hime, larilah... Cari bantuan. Aku.." Sebelum melanjutkan perkataannya, Naruto sudah tidak sadarkan diri. Ia ingin memeluk Naruto, namun ia melihat Toneri menuju ke arahnya. Pria itu tersenyum, sebelah matanya tertutup karena luka tusukan dan darah menetes dari matanya.

KILLER (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang