Bagian 15

165 29 1
                                    

Selama perjalanan, Naruto berdecak kesal. Pasalnya ia menghubungi Kiba beberapa kali namun tak kunjung ada jawaban membuat Hinata yang duduk di kursi samping kemudi yang sedang menggendong Izanee bingung.

"Kau kenapa Naru?" Tanyanya.

Naruto masih berdecak, namun tetap fokus ke depan. "Tidak biasanya Kiba sulit di hubungi. Hari ini seharusnya dia mengantarkan lukisanku pada klien, tapi dia tidak menjawab teleponnya." Jawab Naruto.

"Kau seorang pelukis?" Tanya Hinata, ia menatap Naruto ke arah samping.

Naruto mengumpat dalam hatinya. Menyesali perkataannya. "Ehm, iya." Jawabnya singkat. Hanya di balas anggukan oleh Hinata. Gadis itu hendak berkata kembali, namun Naruto lebih dulu menyela "Rumahmu dimana?" Naruto sengaja mengalihkan pembicaraan agar Hinata tidak bertanya lebih.

"Kawasan Redbidge, kau sendiri mau kemana ?" Tanya Hinata kembali.

"Aku akan ke kantor polisi, ada urusan. " Hinata hanya mengangguk saja, mungkin ini ada hubungannya dengan Izanee.

" Kau akan membawa Izanee kesana?"

"Mau bagaimana lagi, terpaksa aku harus membawanya." Naruto mengangkat kedua bahunya. Ini sudah menjadi resiko.

Hinata tampak berfikir sejenak. Hari ini tidak ada kesibukan berarti, tidak ada jadwal kuliah, hanya jadwal ke kantor ayahnya sebentar lalu pergi ke galery saja.

"Ehm, Naru... " Perkataan Hinata tampak ragu, tapi ia harus menawarkannya, entahlah ia mulai nyaman berteman dengan Naruto, dan ingin membantunya.

"Hm?" Naruto melirik ke samping, kemudian ia fokus kembali ke depan.

"Bagaimana jika Izanee aku bawa saja ke rumah? Tapi aku minta izin dia akan aku ajak ke kantor ayahku, hanya sebentar. Lagi pula nanti aku akan ke galery, kau bisa menjemputnya disana. " Kata Hinata, sebenarnya ia sedikit ragu, Naruto pasti tidak akan mengizinkannya. Dia tidak mudah percaya orang lain.

"Kau yakin? Tidak akan merepotkanmu?"

Mendengar jawaban Naruto, Hinata tersenyum senang. "Aku tidak masalah, Naruto. Kau selesaikan dulu saja urusanmu." Jawab Hinata dengan senyuman manis.

"Baiklah, terimakasih." Naruto sedikit lega, setidaknya ada seseorang yang tulus membantunya, selain Kiba. Ia bisa melihat ketulusan dimata Hinata.

"Tidak masalah. Oh ya Naru, apa aku boleh bertanya?" Tanya Hinata sedikit ragu.

"Soal apa?" Kata Naruto, datar

"Apa kau berasal dari Nottingham?" Hinata menggigit bibir bawahnya. Kenapa dirinya begitu ingin tahu soal Naruto.

Naruto hanya mengerutkan keningnya. "Kenapa kau bertanya seperti itu? Kau tahu dari mana?"

"Maaf jika aku lancang, Kiba yang memberi tahu soal dirimu, dan aku juga sudah tahu soal Izanee. Aku hanya penasaran saja, aku juga dulu pernah tinggal di Nottingham. Jadi aku ingin memastikan saja." Entahlah saat ini Hinata ingin tahu tentang Naruto. Ia mengingatkan pada sosok teman kecilnya dulu.

Naruto terdiam cukup lama. Pada akhirnya dia mulai berkata. " Ya aku berasal dari sana." Terdengar suaranya yang sendu dengan sorot mata yang sulit di artikan.

Hinata menjadi merasa tidak enak, mungkin belum saatnya ia bertanya lebih.
"I-iya Naru, a-aku hanya ingin memastikan saja. Maafkan aku, aku tidak bermaksud..." Perkataan Hinata terhenti saat Naruto menyelanya.

"Sudahlah, tidak masalah. Kali ini aku percaya pada orang lain, selain Kiba. Dan kau ingin memastikan apa?

"I-itu aku hanya merindukan teman kecilku saja disana. Sudah lama aku tidak berkunjung ke Nottingham."

KILLER (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang