Bagian 24

181 29 2
                                    

Pagi ini, rencana Naruto dan Hinata adalah menjenguk Kiba. Setelahnya, mereka akan ke kantor polisi memenuhi panggilan Kakashi yang sebelumnya sudah di beri informasi.

Seusai sarapan dan membersihkan peralatan makan, gadis bermata ametis itu segera membawa keperluan Izanee.

"Sudah siap?" Naruto menggendong Izanee dan bersiap keluar pintu apartemen di susul Hinata di belakangnya.

"Sudah"

Jalanan Kota Bolton, tampak ramai seperti biasa. Namun lain halnya di taman kota. Disana masih di beri garis polisi. Tidak ada canda tawa anak-anak. Musim panas kali ini berbeda, terkadang mereka di liputi rasa takut dan juga waspada.

Pria berambut pirang itu sudah melajukan mobilnya membelah jalanan kota Bolton.

"Naru, apa hari ini kau ke galery?" Hinata memulai percakapan, karena sedari tadi Naruto hanya fokus mengemudi.

"Sepertinya tidak, disana sudah ada asisten Kiba."

Gadis itu hanya mengangguk.

"Bagaimana denganmu? Kau tidak kuliah?" Lanjutnya.

"Tidak. Aku akan cuti sementara dari kuliahku. Banyak yang harus aku urus. Aku juga memikirkan bagaimana nasib usaha keluargaku. Mungkin nanti aku akan berkunjung ke Nottingham menemui kakakku. Kau mau ikut?" Hinata menoleh ke arah Naruto. Pria itu terdiam sesaat.

Nottingham ya? Haruskah aku menginjakkan kaki ku ke tanah kelahiran terkutuk itu?

"Kau tidak mau ya Naru?" Hinata menundukkan pandangannya. Padahal ia berharap pria di sampingnya ikut menemaninya kesana.

"Ah iya. Aku akan ikut." Ucap Naruto akhirnya.

Hinata tersenyum lega. Ia memandang keluar jendela. Entahlah terkadang ada desiran aneh di dadanya ketika bersama Naruto. Kini mobilnya terhenti di lampu merah. Hinata yang masih memasang senyum bahagia di wajahnya, harus memudar kala ia melihat seseorang yang sedang berada dekat di kawasan rumah sakit dimana Kiba di rawat. Tepatnya pria itu berada di sebuah apotik terlihat sedang menunggu seseorang.

"Naru, apa dia Toneri? " Hinata menunjuk pada apotik dimana ada sosok yang ia ketahui dari foto yang di berikan oleh Naruto sebelumnya. Ia sudah mengetahui tentang pertemuan Naruto dan juga Toneri.

"Dimana?" Pria itu menoleh pada arah yang di tunjuk Hinata, namun lampu merah itu sudah berubah warna.

"Aku melihatnya di apotik yang pertama" Atensi gadis itu masih disana memerhatikan Toneri.

Naruto segera memutar arah padahal rumah sakit hanya beberapa meter saja di depan. Ia memang berniat akan menemui pria itu kemarin.

"Kau yakin akan menemuinya sekarang?"

"Ya, ada banyak hal yang harus aku bivarakan." Ia membelokkan mobilnya di persimpangan jalan.

"Kau jangan terburu-buru Naru, dia bisa curiga."

"Lalu bagaimana?

"Aku tahu. Kau berpura-pura akan mengantar ku ke apotik itu. Disana kau bisa menyapa seperti biasa, tapi usahakan jangan membuatnya dia curiga. Dan kalau bisa jangan langsung ke inti. Kau mengerti kan maksudku?" Hinata menjelaskan panjang lebar. Ia tahu saat ini pria itu begitu misterius di mata Naruto. Tapi mau bagaimanapun, ia tidak boleh gegabah. Akan sangat fatal jika rencananya gagal untuk mengorek informasi. Karena sampai saat ini, mereka hanya menaruh curiga bukan menuduh.

"Baiklah." Naruto mengangguk paham. Mobil itu tepat berhenti di depan apotik. Mereka segera turun dari mobil.

Sedangkan pria yang tadi disana, tersenyum miring. Entah apa yang ia fikirkan.

KILLER (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang