Bagian 25

195 28 0
                                    

"Hime, sebaiknya kita ke kantor polisi sekarang. Kita tunda dulu untuk menjenguk Kiba."
Kini mereka melaju menuju kantor polisi. Hinata mengangguk paham. Lagi pula banyak yang harus di penuhi panggilan polisi terkait kematian orang tuanya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya nya lagi. Karena sedari tadi Hinata hanya diam dan masih memandang keluar jendela.

"A-aku baik-baik saja. Hanya sedikit aneh dengan tingkah Toneri." Ia merasa senyuman yang selalu Toneri tampilkan, bukan senyuman biasa. Entahlah hanya dia merasa ada yang janggal.

Ternyata bukan hanya dirinya yang merasa seperti itu. Hinata juga.

Sekitar lima belas menit, mereka telah sampai di kantor polisi. Saat itu juga mereka langsung menemui Kakashi.

"Jadi semua karyawan ayah tidak ada yang terlibat?"

"Sejauh ini tidak ada. Tapi ada salah satu karyawan ayahmu yang memberi kesaksian bahwa dia sempat melihat orang tuamu membawa seseorang ke ruang pribadinya..maksudku tempat dimana orang tua mu tidak bernyawa."
Hinata menghela nafas pelan, ia memejamkan matanya. Jari-jarinya meremat rok yang ia kenakan.

"Dari kesaksiannya mengatakan bahwa, ciri-ciri orang tersebut sama halnya dengan pelaku yang sedang ku cari saat ini." Kakashi melanjutkan, ia melirik ke arah Naruto yang juga sedang memandangnya. 

"Aku ingin kau memeriksa lebih detail mengenai Otsutsuki Toneri." Kali ini Naruto yang berbicara.

"Toneri?" Kakashi menautkan kedua alisnya.

"Ya, dia memiliki tato di bagian lengan kanannya tepat di pergelangan tangan. Tato bergambar Kaara. Aku hanya ingin tahu apa dia punya keterlibatannya atau tidak." Naruto juga memberi kartu nama yang di berikan Toneri. Mungkin itu akan berguna dalam penyelidikan.

Sekitar dua jam mereka membicarakan banyak hal terutama tentang kasus kematian orang tua Hinata. Pada saat autopsi tidak di temukan kekerasan seksual. Kedua dinyakatan meninggal akibat di racun. Pada saat kejadian, sama sekali tidak ada karyawan yang memberi minuman pada ruangan pribadi Tuan Hiashi, karena di ruangan tersebut memang sudah tersedia lemari pendingin.

"Mungkin kami rasa itu cukup untuk sekarang. Jika ada kabar terbaru akan segera ku informasikan.  Dan mengenai Toneri aku sudah melacak lewat nomornya. Jadi dia dalam pengawasanku." Ucap Kakashi. Sepertinya ia hendak akan keluar, karena Shikamaru sudah menghubunginya.

"Baiklah, bagaimana dengan Uchiha Sasuke?" Naruto teringat kembali akan nasib Izanee. Saat ini di katehaui hanya Sasuke lah keluarga terakhir bayi ini."

Kakashi menggeleng pelan. " Kami belum mendapatkan informasinya. Ia hilang seperti di telan bumi saja."

Naruto mengangguk paham. Ia beralih pada Hinata yang sedang duduk menggendong Izanee tatapannya tampak kosong.

"Kalau begitu. Aku permisi." Naruto mendekati gadis itu dan menepuk pelan bahu nya.

"Hime, ada apa?"

"Entahlah, aku hanya merasa sesuatu akan terjadi Naru. Tapi aku tidak tahu apa. Setelah kematian orang tuaku, aku masih di liputi rasa ketakutan." Matanya kembali menunduk.

Naruto segera memeluk Hinata dan mendekapnya ke dalam pelukan. Ia paham apa yang di rasakan gadis ini. Karena dulu, dia merasakannya.

"Sudah, tidak apa-apa. Semua baik-baik saja. Semoga itu hanya perasaanmu saja. Oh ya kapan kau akan ke Nottingham?" Naruto melonggarkan dekapannya dan ia menatap mata ametis gadis itu.

"Iya kau benar. Kau tidak akan meninggalkanku?" Hinata tidak menjawab pertanyaan Naruto, ia ingin memastikan dirinya tidak sendirian.

"Tentu saja. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Kau jangan takut." Pria itu mengecup singkat kening gadis di hadapannya. Entahlah jika seperti ini ia makin takut kehilangan Hinata.

KILLER (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang