Bagian 28

211 30 1
                                    

Sekitar lima belas menit. Naruto dan Kurenai terlibat dalam obrolan santai. Naruto juga menceritakan persoalannya dengan Izanee, dan pertemuannya dengan Hinata serta kondisinya selama pengobatan. Ia tidak menceritakan kejanggalan yang menimpanya.

Beberapa kali ia melihat pintu ruangan Kurenai berharap gadis yang beberapa menit yang lalu menumpahkan segala kerinduan, cinta dan kehangatan. Namun, tak kunjung datang. Pria tampan itu mulai gusar dan ia memutuskan untuk menyusul Hinata ke danau.

"Bibi, sebaiknya aku menemui Hinata saja. Tadi dia memang akan menyusulku, tapi ini sudah terlalu lama." Ia hendak meraih Izanee di gendongan Kurenai, namun ia urungkan saat wanita dengan surai coklat itu menyela.

"Ayo, kita kesana saja Nak, jadi kalian tidak usah kembali lagi kesini untuk berpamitan."
Naruto hanya mengangguk menanggapi.

Sesampainya disana, ia tak mendapati gadisnya duduk di tempat semula. Matanya mencari-cari sosok gadis tersebut.

"Dimana dia ? " Tanya Kurenai yang tepat di belakang Naruto.

"Aku tidak tahu, tadi dia duduk disini. Aku akan menghubunginya." Pria itu segera merogoh ponsel yang berada di sakunya, ada beberapa panggilan tak terjawab dari Kakashi, namun ia abaikan dan menghubungi Hinata.

Sudah tiga kali tidak ada sahutan. Ponselnya aktif, tapi tidak aja jawaban. Pria itu tampak gusar, perasaannya tiba-tiba kacau.

"Kau yakin dia disini? Apa tidak ada jawaban?" Kurenai bisa melihat kekhawatiran di wajah Naruto. Wanita itu terus menenangkan Izanee, bayi itu tiba-tiba menangis tidak seperti biasanya.

Ia menggeleng cepat. "Tidak aja jawaban."
Pria itu masih sibuk mengirim pesan singkat pada Hinata, dan ia akan menelponnya lagi. Tepat saat ia akan menekan layar hijau, seseorang ada yang menepuk bahunya.

"Maaf, apa kau mencari wanita tadi duduk di kursi ini?" Kata seoarang wanita paruh baya, tangannya terlihat mendorong kursi roda yang ia yakini suaminya.

"Benar, apa anda melihatnya? Dia.. menggunakan mentel berwarna ungu muda."

"Ya, aku melihatnya. Tapi seseorang tadi membawa gadis itu. Gadis itu seperti tidak sadarkan diri."

Deg

Jantung Naruto seakan berhenti berdetak. Wajahnya memerah menahan amarah, ia mengira Hinata pergi menemui pria lain. Tapi ia merasa ada yang janggal saat wanita di depannya mengatakan Hinata tidak sadarkan diri.

Dengan nafas tertahan, pria itu bertanya kembali.

"Seseorang.. maksudmu dia pria?" Dia tidak ingin mendengar jawaban ini.

"Iya"

Naruto menejamkan matanya, hatinya semakin panas.

"Bagaimana penampilannya?"

Wanita itu tampak berfikir sebentar. "Dia menggunakan jaket parca dan.. topi trilby. Ya, menggunakan topi. Tadi aku sempat bertanya padanya kenapa dengan gadis itu. Dan dia menjawab, 'kekasihku sedang sakit, aku akan membawanya ke rumah sakit' begitu. Memangnya ada apa anak muda? "

Naruto yang mendengarnya mematung. Tidak, ini bukan soal cemburu lagi fikirnya. Tapi.. keselamatan nyawa gadisnya. Dalam benaknya, apa mungkin pelaku itu membawa Hinata pergi?

Tanpa menjawab pertanyaan wanita paruh baya itu, dia segera menghubungi Kakashi.

"Kau kenapa tidak mengangkat teleponku dari tadi?" Suara disana terdengar sedikit membentak.

"Aku tidak..."
Belum sempat Naruto menjwab pertanyaannya, Kakashi sudah menyela.

"Otsutsuki Toneri. Dia memang anggota Kaara. Saat kau memberitahu soal tato itu, timku sudah mengawasi keberadaannya. Memang kami tidak  cukup bukti untuk menjadikan dia tersangka, tapi saat kami akan memanggilnya ke kantor polisi, ia melarikan diri. Dan sekarang ia berada di Nottingham. Aku dan timku sedang dalam perjalanan." Jelas Kakashi panjang lebar.

KILLER (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang