Mereka telah sampai di kafe yang Hinata pilihkan. Bukan tanpa alasan Hinata memilih di kafe ini, selain milik keluarganya, kafe ini juga dekat dengan kantor sang ayah.
"Keluargamu punya usaha apa saja?" Naruto memilih meja dekat dengan jendela. Mereka kini duduk saling berhadapan, tak lupa Hinata membawakan baby chair untuk Izanee.
"Hotel dan juga kafe. Salah satunya disini. Dan satu lagi ada di Nottingham. Untuk hotel ada beberapa di bangun di kota ini dan Nottingham. " Naruto hanya mengangguk. Hinata sibuk membuka buku menu nya.
" Tapi aku tidak tahu. Akhir-akhir ini ayah selalu memintaku untuk mengikuti rapat atau sering menyuruhku ke kantornya." Sambungnya.
Obrolan mereka terhenti, saat salah satu pelayan datang. Setelah beberapa saat mereka sudah memesan makanan. Hinata juga tak lupa meminta air mineral hangat. Tentu saja, itu untuk Izanee. Usianya sekitar tujuh bulan.
"Ayahmu yang memegang semua usaha itu?" Naruto menyangga satu tangannya di meja. Entahlah ia merasa tertarik berbicara dengan Hinata.
"Tidak, kakak sepupuku Neji, dia yang memegang di Nottingham."
Dadadada
Dadadada
Bayi itu terus berceloteh.
Hinata dengan gemas mengelap air lur Izanee dengan tisu, sepertinya bayi itu mulai lapar. Ia juga sedikit merengek. Dan pemandangan itu tidak luput dari pandangan Naruto. Ia merasa aneh dengan suasana ini.
Hinata dengan cekatan membuatkan bubur bayi, setelah pelayan itu membawakan air hangat."Hime? Kau disini rupanya."
Mereka berdua sontak melihat oada sumber suara. Terlihat seorang pria yang lumayan berumur namun terlihat gagah. Rambut dan juga matanya sama dengan Hinata. Sudah dipastikan itu adalah Hiashi. Ayah Hinata.Dia memanggilnya Hime juga? Ada rasa tak suka pada diri Naruto. Saat orang lain memanggil Hinata seperti itu. Dia sendiri bingung.
"Ayah! " Hinata tersenyum manis ketika mendapati ayahnya menghampiri dirinya.
Oh itu ayahnya. Hah ada apa aku ini?
"Duduklah ayah, apa ayah sudah makan siang?" Hinata berdiri dari duduknya. Ia juga menggamit lengan ayahnya manja. Jangan lupakan senyumnya.
Naruto yang melihat itu, ia hanya diam saja.Hiashi kini sudah duduk di samping Hinata. Namun matanya tertuju pada pemuda yang ada di depannya. Hinata yang paham itu, ia segera memperkenalkan Naruto pada ayahnya.
"Namamu Namikaze? "
"Benar, paman."
"Kau berasal dari mana?" Naruto mengernyitkan dahinya. Kenapa ayah Hinata bertanya seperti itu?
"Saya berasal dari Nottingham. Hanya saja ketika remaja saya pindah ke Bolton."
Hiashi menatapnya selama beberapa detik. Anak ini, aku seperti pernah melihatnya saat di panti asuhan. Kemudian dia tersenyum. Naruto semakin bingung di buatnya.
Obrolan mereka terhenti saat pelayan membawakan pesanan mereka.
"Ayah tadi tidak menjawabku, ayah sudah makan belum?" Hinata kembali beralih pada ayahnya, tadi ia sedang menyuapi Izanee."Ayah sudah makan, hanya kebetulan sedang berkeliling disini dan melihatmu. Nanti ayah tunggu di kantor." Hiashi baru menyadari ada bayi di samping Hinata. Seolah paham apa yang ada di benak ayahnya, Hinata segera memberitahu soal Izanee. Walau ia berbohong.
"Bayi ini lucu sekali kan ayah? Dia..D-dia sa-saudara Naruto. " Hinata segera memalingkan wajahnya karena takut ketahuan berbohong. Sedangkan Naruto, ia tampak acuh dan terus memakan makan siangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILLER (TAMAT)
Mystery / ThrillerMimpi buruk itu terulang kembali. Setelah beberapa tahun terkubur dan kasusnya tak pernah tuntas. Mungkinkah 'ia' bangkit kembali? Membuat mimpi buruk itu terjadi lagi. Keceriaan di awal musim panas harus menjadi kelam. Beberapa waktu lalu di temuk...