“Carly telah membuatku jatuh cinta padanya.”
Kalimat itu menjadi fokus utama dalam pikiran Carly saat ini. Sekarang, ia sudah mengetahui jawabannya. Jawaban dari segala sikap Elias yang belakangan ini selalu memperlakukannya dengan lembut. Jawaban atas alasan Elias membawanya ke sini, yang semata-mata bukan karena dendam pria itu terhadap ayahnya.
Seketika Carly merasa begitu bodoh dengan ketidakpekaannya. Sifat Elias yang sering berubah-ubah membuatnya bingung. Arogansi pria itu pun menghadirkan rasa takut yang sulit untuk dihilangkan sehingga tak terbersit sama sekali dalam benaknya jika Elias memendam cinta padanya.
Sejak awal, Carly hanya bisa berpikir negatif tentang sosok Elias.
Ia dijadikan tawanan.
Elias memendam dendam yang begitu besar pada ayahnya.
Lalu, bagaimana mungkin Carly bisa menebak jika pada dasarnya Elias jatuh cinta padanya?
Itu sangat mustahil.
Namun, ia baru saja mendengar langsung dari mulut Elias jika hal itu benar-benar terjadi. Carly menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri jika Elias memilih untuk berkonfrontasi dengan adiknya hanya demi melindungi dirinya.
Carly menarik napas dalam-dalam. Matanya memejam sejenak dengan kedua lengan yang memegang ujung meja di mini bar.
Carly memang masih shock dengan penyerangan Cassandra yang begitu tiba-tiba, tetapi yang mendominasi isi kepalanya saat ini adalah pernyataan Elias yang satu itu.
Bersamaan dengan kedua matanya yang dibuka, kesadaran Carly kembali memenuhi dirinya secara utuh. Netranya mengedar ke seluruh ruangan.
Sepi.
Sudah tidak ada siapa pun di sini. Keramaian yang sempat terjadi, berganti menjadi senyap. Elias pun sudah tidak lagi terlihat dalam pandangannya. Entah kapan pria itu beranjak dari sini, meninggalkannya seorang diri dalam keadaan linglung.
Carly pun memutuskan untuk pergi mencari Elias. Pertanyaan dalam kepalanya seolah tak berhenti, mendesak ingin segera diberi penjelasan. Ia harus bicara dengan Elias.
Kedua kaki Carly langsung diajak berjalan menuju ruang kerja Elias. Besar kemungkinan pria itu berada di sana. Elias memang lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang kerja.
Tiga kali ketukan di pintu ruang kerja Elias sudah dilakukan. Beberapa detik ia menunggu, tetapi tak kunjung ada jawaban dari dalam sana.
Sekali lagi Carly mengetuk pintu ganda tersebut sebanyak tiga kali. Menunggu dalam keheningan yang pekat.
Lagi-lagi tak ada jawaban apa pun hingga membuat Carly tanpa sadar mendesah panjang. Ia tak berhenti sampai di situ. Arah tujuannya pun berubah menjadi kamar Elias. Namun, saat tubuhnya baru berbalik, sebuah seruan terdengar dari dalam sana.
“Masuklah!”
Sontak Carly menghentikan niatnya untuk pergi dan tanpa membuang waktu lebih lama lagi, ia segera membuka pintu ruang kerja Elias.
Tatapannya langsung tertuju pada Elias yang kini tengah berdiri di depan dinding ruang kerjanya yang berbahan kaca hingga menunjukkan pemandangan di luar sana. Pria itu juga memasukkan kedua lengannya ke dalam saku celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Owned by the Billionaire
Romantik[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Elias White--billionaire berhati sedingin es, kejam, gila kontrol, dan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, termasuk Carly Lewis. "Mulai sekarang, kau adalah milikku," bisik Elias tepat di telinga Carly. Dan sejak...