Kedua pundak Elias terasa ringan. Beban yang dipikulnya selama beberapa tahun belakangan sudah tak lagi memberatkannya. Meski harus menunggu selama bertahun-tahun lamanya, setidaknya sekarang Elias sudah bisa memetik buah dari kesabaran dan kegigihannya untuk membalaskan dendamnya pada orang-orang yang telah membantai keluarganya.
Semua sudah habis. Orang-orang berhati keji itu sudah mati di tangannya satu per satu. Kendati masih ada James Lewis yang sampai saat ini tak kunjung didatangi oleh malaikat maut, Elias tetap bisa memulai hidup yang baru dengan penuh ketenangan, tanpa adanya dendam dan amarah yang melingkupi relung hatinya.
Tak ada lagi mimpi buruk yang menghampirinya hampir setiap malam.
Tak ada lagi ketakutan yang begitu pekat dalam pikirannya.
Semua keresahan itu telah sirna. Elias kini merasa sangat bebas. Ditambah lagi dengan kehadiran sesosok wanita yang mampu mencuri hatinya, yang menambah kadar kebahagiaan dalam hidupnya.
Sosok wanita yang dimaksudnya adalah Carly, yang sedari tadi tak pernah lepas dari sorot matanya yang lekat.
Carly kini tengah duduk bersama ketiga perempuan lainnya di atas permadani yang begitu lebar. Ada seorang bayi yang kini menjadi perhatian utama Carly. Juga seorang gadis berusia enam tahun yang berusaha menarik perhatian Carly.
“Dia tidak akan hilang sekalipun kau hanya berkedip, White.”
Kalimat bernada sindiran itu menyelinap ke dalam telinga Elias. Pandangannya lantas berpaling dari Carly, berpindah pada Zac yang menjadi pelontar kalimat barusan.
Elias hanya memberi respons berupa decakan kecil dan putaran di kedua bola matanya.
“Ya, Tuhan! Kau benar-benar terlihat seperti Liam saat ini.” Zac kembali berceletuk.
“Tidak ada yang salah dari memandangi istri sendiri,” sambung Liam, seakan-akan terdengar membela Elias.
“Terserah kalian saja,” ujar Zac, sambil geleng-geleng kepala dan memilih untuk menikmati wine-nya daripada harus berdebat dengan Elias dan Liam yang sifatnya sebelas dua belas.
Sementara Dante Thompson yang juga ikut bergabung dengan ketiga sahabatnya, hanya memberi tepukan ringan di pundak Zac untuk memberinya dukungan, tetapi tentu saja dengan ekspresi yang seolah mencemooh Zac yang selalu kalah dari Elias dan Liam.
Meninggalkan ketiga sahabatnya, Elias kembali melayangkan tatapannya pada Carly. Wanita itu kini tampak begitu bahagia. Tawanya cukup keras saat mengobrol dengan Shopie yang merupakan istri Liam, juga dengan Natalia yang merupakan istri Dante.
Setelah sempat terjadi kesalahpahaman antara Elias dengan Dante, kini masalah itu sudah bisa dirampungkan. Pada akhirnya, Dante dapat memahami apa yang membuat Elias memilih untuk menukar rencana yang sudah sejak awal disusunnya sedemikian rupa dengan Cassandra.
Elias jatuh cinta pada Carly. Dan itulah yang menjadi satu-satunya alasan baginya untuk mengambil resiko yang lebih besar, yang mungkin dapat menggagalkan rencananya. Namun, lihatlah sekarang, rencananya berjalan dengan lancar. Dendamnya terbalaskan, dan ia juga mendapatkan Carly sebagai pasangannya.
“Siap berpesta, anak-anak?!”
Fokus Elias kembali teralihkan ketika mendengar satu seruan heboh di ruangan ini. Seluruh mata langsung beralih ke sumber suara, dan tampaklah Jacob Thompson di sana, dengan sebuah troli—yang entah didapatnya dari mana—yang berisi berbagai macam jenis daging dan sosis.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Owned by the Billionaire
Romance[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Elias White--billionaire berhati sedingin es, kejam, gila kontrol, dan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, termasuk Carly Lewis. "Mulai sekarang, kau adalah milikku," bisik Elias tepat di telinga Carly. Dan sejak...