Bab 11

18.4K 1.5K 86
                                    

UPDATE LAGI HARI INI!!

Selamat membaca! Jangan lupa tinggalkan vote dan penuhi kolom komentarnya❤

•••

“Halo? Ini Carl ...” Carly menjauhkan ponselnya dari telinga. “... ly.” Menemukan layar yang sudah menampilkan halaman utama ketika panggilannya yang belum selesai diputus begitu saja.

Tarikan napas panjang dilakukan sebanyak dua kali. Kembali jemarinya menari di atas layar ponsel, mengetik nomor telepon rumah yang sudah dihapalnya. Lalu, mencoba melakukan panggilan kembali.

Tak seperti sebelumnya yang mana telepon dari Carly masih diangkat walau tak mendapat jawaban apa pun, kali ini panggilannya tak digubris sama sekali. Seakan-akan sengaja diabaikan.

Lagi-lagi Carly mengambil napas panjang bersamaan dengan matanya yang memejam sesaat dan genggamannya pada ponsel yang mengerat.

Sejak mendapat ponsel dari Elias, Carly memang langsung menggunakannya untuk menghubungi ayahnya, mengabaikan titah Elias yang memintanya untuk menjauhi sang ayah. Tetapi sejak kemarin, tidak ada satu pun panggilannya yang berbuah manis. Juga pesan-pesannya yang tak mendapat balasan. Ayahnya seperti tahu jika yang menelepon tadi malam adalah dirinya dan sengaja mendiamkannya.

Carly tidak semudah itu untuk menyerah. Pikiran positif terus menjalari seisi otaknya. Barangkali tadi malam terlalu larut untuk menelepon sang ayah hingga tidak sempat mengangkatnya. Lalu, pagi ini ia kembali mencoba walau tak mendapat hasil apa pun.

Beberapa kali diabaikan oleh sang ayah, Carly pun memutuskan untuk menghubungi telepon rumah, yang sialnya hasilnya pun tidak jauh berbeda.

Apa perkataan Elias kemarin benar? Bahwa ayahnya memang sudah membuangnya. Tetapi Carly yakin jika ayahnya bukan orang yang seperti itu. Apalagi selama beberapa tahun ini mereka hanya hidup berdua. Berdampingan dan saling menjaga.

Sekali lagi.

Carly akan mencoba peruntungan terakhirnya dengan menelepon nomor sang ayah.

Ponselnya sudah berada di telinga, mendengar dering yang terus berlangsung beberapa kali sebelum berakhir dijawab oleh suara operator.

Panggilan Carly tak diacuhkan untuk yang kesekian kalinya. Dan itu membuat otaknya tanpa sadar memercayai perkataan Elias.

Dengkusan kasar keluar dari mulutnya seiring dengan ponselnya yang dilempar ke ujung ranjang. Carly pun mengambil posisi berbaring, menarik selimut dan menenggelamkan dirinya di sana. Kemudian tangis mulai terurai dari matanya, menghasilkan isakan-isakan kecil.

Jantungnya seperti diremas kuat-kuat. Ribuan jarum serasa menusuk hatinya tanpa ampun. Rasanya sungguh menyesakkan hingga napas Carly terdengar tersendat-sendat. Ia bahkan bolak-balik memukul dadanya dengan kepalan tangannya sendiri, mencoba menghilangkan nyeri yang menyerang walau terlampau sulit.

Sepanjang hari itu, Carly masih tak menyangka jika ayahnya benar-benar telah membuangnya, menjualnya pada sesosok monster bernama Elias White.

Dan sepanjang hari itu pula, Carly hanya mengurung diri di kamar. Masih tak dapat menerima kenyataan pahit yang mampir dalam hidupnya. Tangisnya bahkan tak berhenti sampai matahari turun dari peraduannya.

I Owned by the BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang