Dalam beberapa minggu terakhir, hal pertama yang mampir dalam netra Carly ketika bangun tidur adalah wajah Elias. Pemandangan di pagi hari yang selalu berhasil memanjakan kedua matanya. Apalagi kalau Elias masih terlelap. Wajahnya benar-benar tampak damai tanpa menunjukkan sifatnya yang seperti harimau yang tengah kelaparan.
Pagi ini pun, Carly disuguhkan pemandangan wajah Elias yang masih tidur. Kedua matanya menutup dengan erat. Bibirnya sedikit terbuka dengan napas yang terdengar teratur. Pria itu benar-benar tampak pulas dalam tidurnya.
Dengan senyum yang begitu lebar, Carly mengeluarkan tangannya dari dalam selimut. Kepalanya diangkat sedikit hingga matanya bisa menatap Elias dengan leluasa.
Sebelah lengannya kini sudah melayang di udara dan siap dijatuhkan ke wajah Elias, tentu saja dengan gerakan yang teramat pelan agar tak mengganggu tidur pria itu. Jemari Carly lantas bergerak memindahkan rambut Elias yang menutupi wajahnya sebelum mengusap lembut rambut Elias yang terasa halus di telapak tangannya.
Masih dengan senyumnya yang merekah lebar, Carly perlahan memindahkan usapannya di satu sisi wajah Elias. Telapaknya masih dapat merasakan tekstur tidak rata pada bagian tersebut, yang sontak mengingatkannya jika Elias pernah menjadi korban kebakaran hingga meninggalkan luka di satu sisi wajahnya. Dan itu terjadi karena ulah ayahnya.
Seketika Carly memejamkan matanya. Jemarinya pun menghentikan gerakannya sejenak. Ia jadi teringat momen saat pertama kali bertemu dengan Elias dalam kondisi yang begitu kacau. Dan lagi, semua itu karena ayahnya.
Bertahun-tahun Elias sangat menderita karena perbuatan keji ayahnya. Sementara Carly yang tidak tahu menahu soal asal muasal harta kekayaan ayahnya malah ikut menikmati hasilnya.
Perasaan bersalah itulah yang membuat Carly bertahan dengan Elias sampai detik ini. Meski terkadang ia merindukan ayahnya, entah kenapa perasaan untuk kembali tinggal bersama ayahnya sudah sirna dalam dirinya.
Untuk saat ini dan seterusnya, Carly akan lebih memilih untuk tetap bersama Elias.
“Engh.”
Suara lenguhan yang datang dari mulut Elias serta-merta mengembalikan kesadaran Carly. Kedua matanya kembali dibuka dan sorotnya langsung bertemu dengan Elias yang tengah menguap sambil mengerjap beberapa kali.
“Hai.” Carly menarik lengannya dari wajah Elias bersamaan dengan sapaannya yang ditujukan pada Elias. Bibirnya juga kembali menyunggingkan senyum lebar.
Elias berkedip sekali sebelum memindahkan netranya pada Carly. Senyumnya pun perlahan hadir menghiasi wajahnya yang masih tampak mengantuk.
“Hai,” balas Elias.
Tanpa aba-aba, Elias memiringkan posisi tubuhnya dan langsung mengurung Carly dalam dekapannya. Kedua lengannya memeluk erat pinggang Carly dan kepalanya masuk di antara dada wanita itu.
Carly tak bisa menahan pekikannya dan tawa nyaring pun keluar dari mulutnya. Elias juga tetap dibiarkan memeluknya dalam posisi seperti ini. Sementara yang Carly lakukan hanyalah mencium puncak kepala Elias dengan gemas.
“Hari ini kau akan ke butik lagi, kan?” tanya Elias sembari menarik wajahnya ke belakang dan mendongak agar bisa menatap Carly.
Carly hanya mengangguk tersenyum. Jemarinya kini digunakan untuk menyisir rambut Elias.
“Bersama Travis?”
KAMU SEDANG MEMBACA
I Owned by the Billionaire
Romance[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Elias White--billionaire berhati sedingin es, kejam, gila kontrol, dan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, termasuk Carly Lewis. "Mulai sekarang, kau adalah milikku," bisik Elias tepat di telinga Carly. Dan sejak...