“Elias White ... I am yours.”
Gantian Elias yang dibuat kaget oleh sikap dan penyataan Carly. Sekelebat keterkejutan melintasi ekspresinya, membuat kedua alisnya menukik tajam. Pergerakannya juga terhenti otomatis. Apalagi tangannya kini berada dalam genggaman Carly.
Namun, Elias sangat pandai menyembunyikan perasaannya. Dalam hitungan detik, ia sudah bisa mengambil kembali kontrol dirinya. Tidak serta-merta terjebak dalam pernyataan Carly yang mampu menyentuh titik terdalam di hatinya.
“Senang mendengarnya.” Menjadi kalimat balasan Elias atas pernyataan Carly barusan. Senyum setengah memenuhi bibirnya sejenak sebelum ia menarik tangannya hingga lepas dari genggaman Carly dan langsung meraih tengkuk gadis itu, menyerbunya dengan ciuman yang penuh tuntutan.
Carly langsung memberi respons, menerima ciuman Elias sembari melingkarkan kedua lengannya di seputar leher pria itu. Elias mulai memiringkan kepalanya, menyelipkan lidahnya di antara bibirnya, memaksa untuk masuk dan mengeksplor lebih dalam.
Lambat laun ciuman Elias berubah menjadi sedikit brutal. Ia menekan tubuhnya yang berada di atas Carly yang sudah dalam posisi setengah berbaring. Menunjukkan gairah yang menonjol di antara kedua pahanya.
Tangan Elias pun bergerak di sepanjang tubuh Carly, menyusuri lekuknya. Mulai dari leher, bahu, hingga kini menangkup satu payudaranya yang masih berbalut kaus tipisnya. Tak ayal sentuhan Elias membuat Carly mengerang di dalam mulutnya. Ikut merasakan hawa panas yang berasal dari getaran-getaran gairah di sekitar mereka.
Carly merasa seperti terhuyung ke sana kemari. Stok udara di paru-parunya mulai menipis. Tubuhnya pun terasa terbakar dan membuatnya tak berhenti mengerang seraya menjambak rambut Elias yang sudah berada dalam genggaman kedua tangannya.
“Tuan White,” lirih Cary saat Elias pada akhirnya menghentikan ciumannya, memberi waktu baginya untuk bernapas sejenak.
“Tidak, Sayang.” Elias menggeleng pelan. Jemarinya mengusap bibir Carly yang basah dan membengkak. “Panggil aku Elias.”
Dada Carly naik turun karena jantungnya yang berdetak sangat kuat di dalam sana. Kedua matanya pun tampak sayu, menyorot ke dalam manik Elias yang sudah berubah gelap, diselimuti oleh gairah liar yang membara.
Carly meletakkan kembali kedua tangannya di belakang kepala Elias, membelai rambut cokelat tembaganya yang sudah tidak keruan dalam untaian jemarinya, merasakan betapa halusnya rambut pria itu.
“Elias,” ucap Carly. Suaranya bergetar.
Elias membiarkan bibirnya memunculkan senyum. Bukan senyum miring yang selalu menampilkan sisi angkuhnya, melainkan senyum simpul yang terlihat lembut dan tulus. Tak lagi bisa menyembunyikan rasa senangnya yang membuncah di dalam hati.
“Kau belum pernah melakukannya, bukan?”
Carly menaikkan sebelah alisnya ketika tiba-tiba Elias menanyakan hal yang tidak dimengertinya. “Apa?”
“Bercinta.”
Sontak Carly membelalakkan kedua matanya begitu mendengar ucapan Elias yang sangat blak-blakan. Ia juga yakin jika wajahnya sudah dipenuhi rona merah saat ini.
Senyum miring kembali menghiasi wajah Elias usai menerima reaksi Carly atas perkataannya barusan. Lantas, ia mencondongkan kepalanya ke wajah Carly, memberi kecupan singkat di sana sebelum beranjak bangkit dari atas tubuh Carly yang sedari tadi berada dalam kukungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Owned by the Billionaire
عاطفية[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Elias White--billionaire berhati sedingin es, kejam, gila kontrol, dan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, termasuk Carly Lewis. "Mulai sekarang, kau adalah milikku," bisik Elias tepat di telinga Carly. Dan sejak...