Bab 18

14K 1.1K 77
                                    

“Sejujurnya aku sangat ingin membunuhmu saat ini.”

“Aku akan melaporkanmu ke polisi!”

Elias mendecih sinis, merasa geli dengan ancaman sesosok pria tua yang kini sedang digantung membentuk huruf X di hadapannya. Pria tua itu terus menggerakkan tubuhnya, berharap bisa lepas dari rantai yang menjerat pergelangan tangan dan kakinya. Hal itu tak pelak membuat keringat dan darahnya bergumul menjadi satu.

Duane Tridal.

Pria berumur lima puluhan itu sedang menghadapi eksekusi yang Elias lakukan. Dia menjadi salah satu kaki tangan James Lewis dan selama beberapa tahun ini juga ikut menikmati harta kekayaan keluarga White.

“Sebelum kau melaporkanku, polisi sudah lebih dulu datang untuk menangkapmu,” cetus Elias dengan satu sudut bibirnya yang terangkat, membentuk senyum mengejek.

Elias mulai membalaskan dendamnya terhadap orang-orang yang terlibat dalam pembantaian keluarganya dalam waktu dua tahun ini. Butuh waktu selama lima belas tahun baginya untuk tiba di saat-saat penting seperti ini.

Kesabaran Elias sebenarnya sudah habis sejak beberapa tahun yang lalu, tetapi ia tidak boleh gegabah dan merusak segala rencananya.

Kini, kesabarannya berhasil membuahkan hasil yang baik. Target utamanya, James Lewis, telah berada dalam penjara buatannya, dan semakin gampang bagi Elias untuk menghabisi antek-antek pria itu satu per satu.

Elias berjalan dengan langkah pelan, mendekati Duane Tridal yang masih berusaha melepaskan diri. Sebelah tangannya memegang cambuk yang kapan saja siap dipecutkan pada tubuh pria tua itu yang sudah dalam kondisi telanjang bulat.

Langkah kaki Elias berhenti begitu ia tiba tepat di depan Duane Tridal. Ia meregangkan kedua tangannya, mengangkat dagunya ke atas sambil memejamkan kedua matanya. Dihirupnya udara dalam-dalam, menikmati aroma anyir darah milik Duane yang entah kenapa berhasil menghapus dahaganya akan sebuah dendam.

Senyum setengahnya kembali hadir bersamaan dengan kedua matanya yang kembali terbuka. Seolah belum puas melihat Duane yang sudah berlumuran darah, Elias menambahkan satu cambukan lagi hingga membuat pria tua itu menjerit kesakitan.

“Jangan cengeng seperti itu, Tridal,” cemooh Elias dengan tawa sinisnya. “Kau bahkan pernah memerkosa adikku yang baru berumur sebelas tahun.”

“Aarrghh!”

Satu cambukan lagi melayang di perut Duane. Kali ini lebih keras dari sebelumnya karena ingatan Elias akan perbuatan Duane terhadap adiknya kembali merasuki benaknya. Cambukan yang ia berikan bahkan tak bisa membayar rasa sakit yang adiknya alami.

Senyum sudah sirna dari wajah Elias. Cambuknya dilempar ke salah satu pengawal yang ikut menemaninya di ruang eksekusi ini.

“Saat ini cucumu juga berusia sebelas tahun. Apa aku juga harus melakukan hal yang sama seperti apa yang pernah kau lakukan pada adikku?” gertak Elias.

“Tidak! Jangan! Jangan cucuku!” Duane berteriak sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Elias mendengkus lantas meminta pistol pada salah satu pengawalnya. “Kau beruntung karena aku bukan tipe orang yang akan menyakiti anak kecil,” ucapnya sembari mengecek peluru dalam pistol tersebut.

“Aku mohon, jangan sakiti keluargaku. Mereka tidak tahu tentang apa yang kulakukan waktu itu.” Sudah tidak ada lagi perlawanan dari Duane. Pria itu menundukkan kepalanya sambil memohon pada Elias dengan air mata yang bercucuran.

I Owned by the BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang