Bab 6

23.6K 2.1K 127
                                    

Hayuk komen yang banyak pokoknya. Vote juga jangan lupa. Kalo sepi aku jadi tydac semangat update walaupun udah nulis sampe beberapa bab. Aku jadi ngerasa kalo cuma aku sendiri yang excited sama cerita ini👉👈

Selamat membaca❤

•••

Status Carly sebagai seorang tawanan masih terus berlanjut. Benar-benar tidak ada yang bisa ia lakukan di sini. Perasaannya pun makin kacau. Bergejolak ingin menghentikan semua ini. Sayangnya, sampai sekarang masih belum terpikirkan olehnya bagaimana caranya agar ia bisa segera kabur dari istana ini.

Namun, ada satu hal yang sejak kemarin mengusik benaknya. Untuk pertama kalinya ia melihat Elias seperti seseorang yang tidak asing di matanya. Tetapi sangat sulit baginya untuk mengorek memori lamanya.

Samar-samar kepalanya mencoba mengingat tentang sosok yang pernah muncul dalam ingatan masa lalunya. Namun, tak ditemukannya wajah yang serupa dengan milik Elias. Ia hanya ingat jika pria yang ia temukan tergeletak tak berdaya di depan rumahnya saat itu memiliki bekas luka bakar di salah satu sisi wajahnya. Sedangkan Elias tidak.

Rasa penasaran itu benar-benar mengganggu pikirannya. Sial sekali karena otaknya tak mampu untuk mengenali sosok yang pernah ditolongnya beberapa tahun silam. Bahkan, ia juga tak pernah mengetahui namanya.

Beranjak dari posisinya yang sejak tadi duduk di depan dinding kaca kamarnya sembari memikirkan kenangan lamanya, Carly segera pergi untuk menemui Carol. Barangkali ia bisa mencari tahu tentang Elias dari wanita itu.

Setelah keluar dari lift, Carly menengok ke kanan dan kiri. Lagi-lagi yang ia temukan hanya kesunyian di rumah sebesar ini. Suara langkah kakinya bahkan terdengar olehnya sendiri. Begitu pula dengan degup jantungnya yang bertalu kuat di dalam sana saat kedua matanya sibuk mengawasi perjalanannya.

Helaan napas panjang keluar bersamaan dengan kelegaan yang dirasakannya begitu Carly tiba di dapur. Saat ini, ia hanya berharap jika Elias masih berada di kantornya. Jam kerja pria itu sulit ditebak. Elias melakukan segala sesuatunya sesuka hatinya. Oleh sebab itu, Carly tak bisa menepis rasa waswasnya tiap kali berada di luar kamar.

“Di mana Carol?” tanya Carly pada salah satu pelayan yang berada di dapur.

“Carol sedang pergi ke luar, Nona. Ada yang bisa saya bantu?”

Carly mengembuskan napasnya bersamaan dengan bokongnya yang mendarat di atas kursi. Pelayan yang tadi ditanyainya masih setia berdiri di sisinya, menunggu perintah yang keluar dari mulutnya.

“Siapa namamu?” Carly mendongak, menatap pelayan yang wajahnya terlihat lebih muda darinya.

“Beth, Nona.”

“Kau punya ponsel, bukan?”

Sejenak, Beth tampak bingung dengan pertanyaan Carly, tetapi kemudian gadis itu mengangguk.

“Tolong pinjamkan aku ponselmu,” pinta Carly seraya mengulurkan satu tangannya pada Beth. “Sebentar saja,” tambahnya saat Beth kelihatan ragu.

“Ta-tapi Tuan White tidak mengizinkannya, Nona. Saya tidak bisa.”

“Dia tidak akan tahu.”

I Owned by the BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang