Bab 10

19.7K 1.6K 68
                                    

HAI!

Masih ada yang nungguin cerita ini, kah? Maapin aku udah sebulan lebih nggak update-update. Mahasiswa semester akhir banyak banget beban hidupnya, guys. Udah stres banget. Aku jadi gabisa fokus sama aktivitasku di wattpad😭

Doakan aku cepet lulus, ya😭 dan aku tetep usahakan untuk bisa namatin cerita ini secepat mungkin.

Selamat membaca❤

•••

Elias menepati omongannya. Pagi ini pria itu mengajak Carly bertemu di halaman belakang mansion yang merupakan lapangan golf. Ini menjadi yang pertama bagi Carly menginjakkan kedua kakinya di lapangan golf pribadi milik Elias.

Padang rumput hijau nan luas terpampang di depannya. Semilir angin musim semi terasa membelai wajahnya. Udara pagi ini pun cukup sejuk. Rasanya Carly seperti sudah berabad-abad lamanya terkurung di mansion Elias.

“Mari saya antar, Nona.”

Kalimat itu diucapkan oleh Beth, yang bertugas mengantarnya menuju tempat Elias saat ini. Keduanya menaiki mobil buggy yang disopiri oleh salah satu orang suruhan Elias. Carly tak banyak bicara, hanya mengikuti arahan Beth.

Selang satu menit kemudian, ia sudah berada di dekat Elias yang sedang melakukan pukulan pada bola golf, ditemani oleh dua orang pria berbadan besar dengan pakaian serba hitam yang Carly yakini berperan sebagai pengawal pribadi Elias.

Setelah turun dari mobil, Carly langsung dibimbing oleh salah satu pengawal Elias untuk duduk di satu kursi yang diletakkan di bawah payung tenda yang berfungsi sebagai penghalau sinar matahari.

Tak lama kemudian, Elias menyudahi permainan golfnya, melempar sembarangan tongkat golfnya dan melepas kacamata hitam untuk kemudian diselipkan di antara kerah kausnya. Dan yang kini tersorot dalam matanya adalah Carly, yang tengah menantinya dengan gugup.

Carly sungguh tak bisa bersikap biasa saja tiap kali berhadapan dengan Elias. Meskipun sudah mencoba mensugesti otaknya, tetap saja Carly kewalahan mengatur degup jantungnya yang membuncah di dalam sana.

“A-ada apa memanggilku ke sini?”

Sial!

Carly merutuki dirinya sendiri ketika pertanyaan itu tidak dapat dicegah dan tahu-tahu sudah keluar dari mulutnya.

Percakapannya dengan Elias kemarin masih terngiang-ngiang dalam benaknya, dan Carly juga masih mengingat betul jika pria itu menjanjikan pembicaraan dengannya pagi ini. Rasanya sangat aneh jika ia malah menanyakan keperluan Elias memanggilnya ke sini. Ditambah pula dengan nada suaranya yang jelas-jelas terdengar gugup saat bertanya.

Usai memaki dirinya di dalam hati, Carly langsung kembali meluruskan posisi duduknya. Tak berani menatap Elias secara gamblang dan mencoba menghindarinya.

Ia dan Elias kini tengah duduk bersebelahan, hanya dipisahkan oleh meja berbentuk bulat yang di atasnya terdapat dua minuman dingin serta camilan. Juga sebuah tas hitam yang ia sendiri tak tahu apa isinya.

Carly sudah tidak peduli dengan tanggapan Elias. Ia bahkan hanya berani melirik pria itu lewat sudut matanya ketika satu menit telah berlalu dan Elias masih bungkam. Carly hanya bisa menggigit bibirnya sambil memainkan ujung mini dress berwarna kuning cerah yang hanya menutupi setengah pahanya saja saat dalam posisi duduk seperti ini.

I Owned by the BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang