1.9 Kia dan Kania

468 40 6
                                    

haii, jangan lupa vote and comment!

happy reading!

Setelah perdebatan yang terjadi, berakhir dengan Kia yang berada di dalam kamarnya dengan mata yang tidak lelah menangisi hal tadi. Segala ketakutan menghantui Kia, takut kehilangan Arsen, takut ibunya pergi, dan ketakukan yang lainnya.

Arsen pun sama kalutnya dengan Kia, ia segera pergi dari rumah Kia setelah diusir oleh ibu sang kekasih. Sekarang dia berada di jalanan, kepalanya pusing. Dengan tangan yang gemetar, dia mencari kontak seseorang yang sekiranya bisa menolongnya.

"Halo? Erik tolongin gua, gua di depan indomaret XX. Kepala gua pusing banget, gua ga bisa jalan lagi" Ucapnya pada orang yang dihubungi.

"Gua ke sana sekarang, lo diem di sana" Jawab orang di seberang.

Setelah telephone mati, Arsen kembali menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan rasa pusing pada kepalanya.

⚡⚡⚡

Sedangkan Kia yang merasa terjebak di rumah berusaha menghubungi Dinda. Ia tentu khawatir dengan keadaan Arsen, setelah kurang lebih 5 kali panggilan, akhirnya Dinda mengangkat panggilan dari sepupunya tersebut.

"Kia ada apa? Sorry gua abis mandi, ada Kania juga nih" Ucap Dinda. Tidak ada jawaban dari Kia, yang ada hanya suara terisak. Dinda yang mendengar pun cukup panik, ia segera menatap ke arah rumah di depan rumahnya. Di sana terlihat sunyi.

"Tolong, jemput aku. Aku ga mau di rumah" Jawab Kia seadanya, Dinda pun paham dengan apa yang terjadi, ia segera mengajak Kania untuk ke rumah Kia. Tanpa mengetuk pintu, mereka segera memasuki rumah tersebut. Tidak ada orang di dalamnya, namun mereka segera menuju arah kamar Rizkia. Pintu kamar tersebut tertutup, saat Dinda mencoba mengetuk, hanya ada jawaban "masuk" dari Kia. Beruntung pintunya tidak dikunci oleh sang pemilik kamar.

"Kania mau ga tolongin aku?" Kata yang Kia ucapkan pertama saat melihat Dinda masuk ke dalam kamarnya bersama sang sahabat. Tentu mereka berdua terkejut melihat keadaan Kia yang seperti orang depresi, kamar Kia pun cukup berantakan. Namun mereka segera memeluk Kia, tidak ingin bertanya apa pun karena mereka merasa hal ini ada hubungannya dengan Arsen dan ibunya.

"Gua mau tolongin lo kok, gua harus ngapain?" Tanya Kania sambil mengelus punggung Kia.

"Jadi pacar pura pura ku. Biar ibu ga kecewa" Kalimat itu berhasil membuat Dinda dan Kania diam membisu, mereka tidak menyangka akan menjadi serumit ini. "Kenapa gua?" Tanya Kania pada Kia yang dibalas helaan napas, "Kamu pasti tau kalo ibu sesuka itu sama kamu" Jawab Kia dengan tatapan kosong.


"Tapi ga mungkin kita terus bohong ke ibu lo?" Tanya Kania pada Kia, namun lelaki itu tidak menjawabnya. "Tolong, ini buat aku sama Arsen. Aku ga mau Arsen pergi, satu satunya cara adalah aku sama kamu" Jawab Kia dengan nada putus asa. "Bantuin sepupu gua please? Lo juga ga mau kan kalo Arsen sama Kia putus?" Ucap Dinda menatap Kania, dengan pelan Kania menganggukan kepalanya, ia terpaksa demi hubungan temannya tersebut.

"Makasih Kania, sekarang kamu sama aku pura pura pacaran depan ibu ya?" Kania menghela napas dan menganggukan kepalanya, hanya saat di depan ibu Rizkia.

⚡⚡⚡

Sedangkan Arsen yang telah diantar oleh Erik ke rumahnya pun kini sedang berbaring di kasurnya, dengan sang ibu yang duduk di samping tempat tidurnya tersebut. "Kamu kenapa nekad keluar sih? Badannya belum sembuh" Omel sang ibu pada Arsen. "Perasaan Arsen ga enak ma, Arsen awalnya khawatir sama Kia, jadi Arsen samperin ke rumahnya. Ternyata bener di rumahnya Kia lagi berantem sama ibunya, bahkan ibunya hampir main tangan, beruntung aku dateng tepat waktu" Jawab Arsen yang mendapat gelengan dari ibunya.

"Iya sih, kasian juga ya Rizkia. Tapi kenapa Kia sama ibunya berantem? Apa ibunya udah tau tentang hubungan kalian?" Tanya wanita paruh baya tersebut pada sang anak. "Udah, bahkan di hari ulang tahun Kia ibunya udah tau. Dia udah kasih aku peringatan buat jauhin Kia" Jawab Arsen.

Mama Arsen hanya mampu mengelus kepala sang putra, berharap semua beban yang ditanggung pria Maheswara tersebut sedikit mereda. Namun pikiran Arsen hanya dipenuhi Rizkia, ia takut jika kekasihnya tersebut tidak nyaman.

⚡⚡⚡

Dua hari berlalu, Kia dan Arsen belum bertemu. Arsen masih belum berangkat ke sekolah, mungkin karena kesehatannya yang belum benar benar pulih. Namun hal itu membuat Kia cemas, ia takut bahwa perdebatan yang terjadi dengan ibunya malah menambah beban Arsen.

"Gua mau ngomong sama lo" Ucap orang yang baru saja menarik Kia keluar dari kelas, orang tersebut adalah Erik, sahabat Arsen. "Ada apa?" Tanya Kia saat mereka berdua sudah berada di luar.

"Lo pacaran sama Kania?" Pertanyaan tersebut langsung membuat Kia diam, ia tidak tau harus menjawab apa. Memang hubungannya dengan Kania sudah tersebar, walau ini hanya hubungan palsu. "Jawab gua, Arsen ga berangkat karena dia tau hal ini" Lanjut Erik, Kia tentu terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Arsen akan secepat ini mengetahui tentang hubungannya dengan Kania.

"Aku ga bermaksud gitu, kamu tau kan ibu aku gimana? Aku terpaksa sama Kania" Jawab Kia dengan pandangan ke bawah, tidak berani menatap mata Erik.

"Oke gua paham ibu lo gimana, tapi lo juga pikirin perasaan sahabat gua. Kasian kondisi dia makin drop karena tau kabar lo pacaran sama Kania" Ucap Erik membuat Kia merasa bersalah. "Tolong bilang ke Arsen kalo aku minta maaf, aku ga bermaksud. Ini kemauan ibuku" Jawab Kia, Erik hanya menghela napas lelah. Kasihan pada sahabatnya yang harus terlibat hubungan serumit ini.

⚡⚡⚡

Kondisi Arsen sudah membaik kemarin, tetapi kondisi hatinya yang mengetahui bahwa kekasihnya, Kia punya hubungan dengan Kania di belakangnya tentu sakit.

Arsen tau berita ini karena Erik dan Tio, mereka tidak tega menutupi hal ini dari Arsen. Walaupun menyakitkan, tapi kejujuran tetap hal paling penting dalam hubungan.

Tbc.

Maaf pendek ya!

Lari Ada Fujo! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang