Part 7

9.7K 438 10
                                    

"Diem! Gue tau nama Lo tapi gue mikir dulu, gue lupa-lupa inget soalnya!"

Jia mendudukkan Deo, Ivan, Janu dan Galen di depannya sambil mencoba menebak nama cowok-cowok itu. Dia dengan percaya diri mengatakan mengetahui nama-nama mareka tapi sudah hampir setengah jam dan hanya nama Deo yang baru di tebaknya. Gadis itu meletakkan telunjuknya di dagunya sambil memperhatikan wajah Janu yang sudah menatapnya memelas.

"Emang ini penting banget ya? Gue laper nih, mau nyari makan, Lo udah setengah jam nahan kita disini" keluhnya sambil menatap Jia memohon.

"Tunggu dulu, gue tau nama Lo, Emm Lo Janur kan?" Seru Jia semangat.

Deo, Ivan, dan Galen menahan tawa mereka yang akan meledak mendengar ucapan Jia yang begitu semangat tapi salah.

"Janur? Horor dong, Lo kira nama gue sama kayak film horor? Nama gue Janu, udah ah! Dia Ivan terus disebelahnya Galen! Bay! Gue mau nyari makan" ucap Janu setelah itu beranjak dari duduknya dan keluar dari markas Draks untuk mencari makanan.

"Ehh tunggu! Tebak-tebakannya kan belum selesai!"

"Udah Ji, lepesin mereka, mereka belum makan dari tadi siang" ucap Leon angkat bicara setelah melihat Ivan yang sudah menatapnya memohon.

Ooekkk ooekkk

Seluruh perhatian orang-orang yang ada di dalam markas mengarah kepada Aini yang menangis, bayi itu ditidurkan Leon di sofa markas mereka, dan Leon yang duduk di sebelahnya sambil bermain ponsel. Awalnya bayi itu masih tertidur tetapi entah kenapa ia menangis sekarang.

"Kenapa Hmm? Sstt jangan nangis" Leon segera mengambil Aini kemudian menepuk-nepuk pahanya untuk menenangkan bayi itu.

"Laper kali Yon"

"Emang bayi gampang laper ya?" Tanya Leon sambil menatap Ivan bertanya.

"Lo jangan nanya gue, gue mana tau"

"Iya, biasanya bayi itu emang dikit-dikit minta susu lagi, bikinin deh Yon, biar gue yang gendong" ucap Jia setelah itu mengambil Aini ke dalam gendongannya.

"Sini sayang sama mommy"

"Mommy?" Beo Leon mendengar Jia menyebut dirinya mommy.

Jia mengangguk mendengar ucapan Leon, dia memutuskan bahwa Aini akan memanggilnya mommy mulai sekarang. "Gue mau Aini manggil gue mommy mulai sekarang"

"Apaan, gak boleh!"

"Biarin aja sih Yon, orang gue emang mau jadi mommynya nanti"

"Hahh?"

Oeeekkk ooekkk

"Sana bikin susunya! Anaknya tambah nangis ini!"

Leon mengangguk kemudian segera pergi untuk membuatkan susu untuk Aini. Setelah beberapa saat ia kembali dengan botol susu Aini yang sudah ada di tangannya.

"Nih" Leon segera menyodorkan botol susu itu kepada Jia saat dia sudah sampai di dekat gadis itu.

Jia mengambil botol susu yang disodorkan Leon kemudian hendak memasukkannya ke dalam mulut Aini. Aini sendiri masih menangis sedari tadi.

"Ini susunya sayang, ayo buka mulutnya"

Ooekkk ooekkk ooekkk

"Aini kenapa? Kok nggak mau minum susunya?" Tanya Jia lembut saat Aini terus menolak susu yang ia coba masukkan ke dalam mulutnya.

"Sini" Leon mengambil Aini dari gendongan Jia kemudian kembali menenangkan anak itu.

Ooekkk ooekkk ooekkk

"Hei, ini papa, diem ya? Aini anak baik kan? Diem ya sayang"

Jia bahkan teman-teman Leon yang lain tercengang tidak percaya saat melihat seorang Leon yang sangat lembut dalam berbicara kepada bayi Aini. Jia tersenyum melihat Leon yang sepertinya sangat menyayangi Aini.

"Dia kenapa sih? Apa gue bawa ke rumah sakit aja ya?" Tanya Leon saat Aini tidak berhenti menangis bahkan bayi itu semakin mengeraskan tangisnya.

"Kenapa nih?" Tanya Janu yang datang dengan dua kantong plastik ditangannya yang sepertinya berisi makanan untuk teman-temannya. Tadi di luar ia juga sudah membagikan beberapa makanan itu untuk teman-temannya yang masih nongkrong di markas mereka.

"Aini nangis terus Nu, Lo kan paling pinter soal bayi nih, liatin dong" ucap Ivan yang juga sudah panik melihat Aini yang bahkan sudah tersendat-sendat akibat menangis.

"Kenapa Ni?" Tanyanya sambil mengusap pipi basah Aini yang masih di gendong Leon.

Tatapan Janu beralih pada kaki Aini yang terus ia gesek-gesekkan satu sama lain. Janu kembali menatap Leon saat ia mengerti ada apa dengan Aini.

"Kayaknya Aini sakit perut deh Yon, soalnya kata bibi gue, kalau bayi gesek-gesekkin kakinya itu berarti mereka lagi sakit perut"

"Apa perut Aini gak nyaman karena masuk angin ya?" Tebak Galen karena mereka mengajak Aini ke markas saat hari sudah mau malam, meskipun Aini naik mobil tapi tetap saja ia masih bayi kecil yang sangat mudah masuk angin jika sedikit saja terkena angin.

"Terus gimana? Dia nangis terus ini"

"Gosok aja perutnya pake minyak kayu putih" usul Jia yang kemudian diangguki oleh yang lainnya.

Kebetulan sekali di markas Draks terdapat minta kayu putih punya Deo, karena cowok itu juga merupakan tipe orang yang sangat mudah masuk angin. Janu mengambil minyak kayu putih yang diambil Deo kemudian mula memakaikannya ke tubuh Aini khususnya di perutnya.

"Van, ambilin tas Aini di mobil, gue nginep disini aja malam ini" ucap Leon yang diangguki Ivan.

Leon memang sengaja menaruh tas berisi peralatan Aini di mobilnya agar ia tidak repot jika ingin ke suatu tempat dan mengajak Aini. Dan untuk markas, sebenarnya markas Draks itu seperti sebuah apartemen dimana markas itu terdiri dari 4 lantai dengan lantai 1 sebagai tempat nongkrong anak-anak Draks. Dan lantai 2, 3 dan 4 terdapat banyak kamar dengan dapur di masing-masing lantai untuk anak-anak Draks jika mereka ingin menginap. Kamar Leon dan anggota inti Draks sendiri terletak di lantai paling atas.

Sesudah di gosok minyak kayu putih, Aini agak mendingan, dia memang masih menangis tapi tidak separah tadi. Leon terus menggendongnya sambil menepuk-nepuk pahanya agar anak itu segera tertidur. Aini belum tertidur ia masih sesegukan akibat menangis terlalu kuat tadi.

"Kasian sesegukan, tidurnya" Leon mengecup kecil pipi tembem Aini kemudian menatap teman-temannya yang juga sedang menatapnya.

"Len, Lo anter Jia pulangnya, pake mobil gue, gue mau ke atas dulu buat nidurin Aini"

"Yon tunggu!"

Jia berlari ke arah Leon, kemudian mencium pipi Aini kilat.

"Jangan nyusahin papa ya sayang? Kamu bobo aja, besok mommy dateng lagi buat main sama kamu" setelah mengatakan itu Jia pergi bersama Galen yang ditugaskan Leon untuk mengantar Jia pulang.

Leon juga melanjutkan langkahnya menuju lift untuk ke lantai 4 dimana kamarnya berada. Di dalam lift Aini kembali menggeliat tidak nyaman, ia terus merengek tetapi tidak menangis. Leon sendiri sebenarnya sudah pusing tetapi ia tetap sabar dan kembali menenangkan anaknya itu.

"Tidur ya? Besok main lagi" ucap Leon setelah menidurkan Aini di ranjangnya.

Oeekk oeeekkk

Leon panik saat Aini kembali menangis, ia kembali menggendong bayi itu dan menenangkannya.

Sekarang sudah hampir jam 3 pagi, dan Aini baru saja tertidur. Leon sudah sangat mengantuk sekarang, ia memperbaiki letak selimut Aini kemudian memeluk anak itu dari samping, pasalnya dari tadi Aini terus tertidur kemudian kembali terbangun dan menangis, itu semua membuat Leon kalang kabut tetapi untunglah saat ini Aini sudah tertidur dengan tenang.

"Jangan nangis-nangis lagi ya Ni? Gue ngantuk nih" ucapnya kemudian mengecup kening Aini setelah itu tidak butuh waktu lama Leon tertidur dengan Aini di pelukannya.

Jangan lupa Vote Teuv 💎

Follow :

elfiraviiii_

DaimmerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang