Part 14

6.6K 295 5
                                    

Tinn

Siren menoleh kesamping saat sebuah klakson motor berbunyi nyaring di sampingnya. Di atas kuda besi itu Leon dengan gagahnya duduk sambil menatap Siren, Leon masih mengenakan helm full face nya dan itulah yang membuat ketampanannya semakin menguar.

"Ayo kak!" Teriak Leon saat Siren hanya diam sambil menatapnya.

Siren gelagapan dan tanpa menjawab Leon ia langsung naik ke atas motor cowok itu, tanpa mengatakan apapun lagi Leon melajukan motornya. Keheningan menemani perjalanan mereka, pada dasarnya Leon memang tidak suka berbicara jika sedang mengendarai motornya dan kalau Siren, tentu ia malu jika memulai pembicaraan duluan.

Motor Leon berhenti di salah satu universitas terbaik di Jakarta, Siren menuruni motor Leon dan disusul oleh Leon setelahnya.

"Yuk masuk" ajak Leon yang di angguki oleh Siren.

Di dalam universitas itu Leon dan Siren berkeliling sambil mengobrol-obrol kecil, semuanya mengalir begitu saja dan obrolan mereka sesekali di temani oleh kekehan kecil dari keduanya.

"Emang rencananya Lo mau ambil jurusan apa kak?" Tanya Leon saat ia dan Siren memutuskan untuk beristirahat sebentar di sebuah kursi yang ada di taman universitas itu.

"Kedokteran"

"Lo mau jadi dokter?"

"Hmm, gue mau nolong orang, gue mau berguna buat orang Yon" ucap Siren sambil menatap lurus ke depan.

"Bagus"

Siren menoleh ke arah Leon saat mendengar ucapan cowok itu.

"Maksud Lo?"

"Bagus kalau Lo mau jadi dokter, jadi kalau nanti gue sakit atau anak-anak kita yang sakit, bisa langsung Lo obatin" ucap Leon di sertai dengan kekehan kecil.

Entah kenapa wajah Siren memerah mendengar candaan Leon, candaan? Ya Siren hanya menganggapnya sebagai candaan tetapi ia tidak bisa berbohong bahwa ia sedikit baper dengan candaan cowok itu.

"Apaan sih Lo"

"Dulu gue juga berpikir mau jadi dokter tapi sekarang gak lagi"

Siren menatap Leon bingung sekaligus penasaran saat mendengar ucapan Leon tadi.

"Kenapa?"

"Kenapa cita-cita Lo buat jadi dokter berhenti?" Tanya ulang Siren saat Leon hanya menatapnya bingung.

"Gue harus ambil jurusan manajemen, ada perusahaan opa yang harus jadi tanggung jawab gue suatu saat nanti, makanya gue harus ngubur impian gue jadi dokter" ucap Leon jujur, itu memang alasan mengapa ia mengubur cita-citanya selama ini.

Siren mengerti, anak tunggal seperti Leon pasti sudah di atur sejak dulu oleh keluarganya. Bahkan bercita-citapun tidak ada gunanya bagi cowok itu karena ada tanggung jawab yang harus ia emban.

"Gue ngerti, denger Yon apapun yang Lo ambil nanti buat itu jadi keputusan terbaik dalam hidup Lo dan jangan pernah sesali. Buat keputusan yang Lo ambil itu menyenangkan dan nikmatin aja"

Leon tersenyum kecil mendengar ucapan Siren, inilah yang membuat Leon jatuh pada gadis itu. Siren sangat dewasa dan gadis yang lebih tua satu tahun darinya itu sungguh sangat pandai membuatnya nyaman.

"Kak"

"Hmm?"

"Jadi pacar gue"

Siren terdiam mendengar kalimat yang keluar dari mulut Leon. Itu bukan kalimat pertama yang di ucapkan cowok itu, dia bahkan sudah beberapa kali mengungkapkan perasaannya kepada Siren tetapi kenapa Siren selalu terdiam membantu dengan jantung yang tidak terkontrol jika Leon mengatakan perasaannya?.

DaimmerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang