Part 17

6.5K 324 2
                                    

Sudah terhitung seminggu sejak kejadian Aini masuk rumah sakit, anak itu sudah sembuh sekarang, ia bahkan sudah kembali aktif, bahkan ia sudah memulai langkah pertamanya. Sejak hari itu sampai sekarang Leon sudah tidak pernah berbicara dengan Siren, mereka memang masih sering bertemu ketika berpapasan di sekolah tapi baik Leon maupun Siren keduanya memilih untuk saling menghindar satu sama lain. Leon tidak lagi mengejar Siren, semakin kesini ia juga semakin sadar dengan posisinya, sekarang ia memiliki Aini, ia bukan lagi Leon yang dulu yang bisa mengejar Siren sesuka hatinya.

Leon memang sangat mencintai Siren tetapi disamping itu Aini adalah segalanya baginya, anaknya itu semakin pintar setiap harinya, bahkan hari ini yang merupakan hari pertama Aini memulai langkah pertamanya membuat Leon sangat bahagia sehingga ia melupakan masalah tentang Siren sejenak.

Awalnya Leon terkejut saat dirinya meninggalkan Aini sendirian di dekat sofa dekat tv untuk mengambil cemilan di dapur, ia sangat terkejut saat Aini mulai berjalan tepat saat ia kembali dari dapur. Saking terkejutnya Leon sampai berteriak dan menjatuhkan semua cemilan yang ada di tangannya.

"AAKKKHHHH!"

Duk!

"Huwaaa! Pa pa pa hiks hiks"

Leon yang masih terkejut seketika tersadar ketika melihat Aini kembali terduduk di lantai sambil menangis, sepertinya anak itu terkejut akibat ia yang berteriak tadi.

"Gak gak gak, papa gak marah kok, jangan nangis ya?" Ucap Leon sambil membawa Aini ke dalam dekapannya.

Leon mengusap air mata Aini yang masih menggenang di pelupuk mata anak itu. "Tadi beneran lo jalan Ni?" Tanya Leon tapi Aini hanya menatapnya polos dengan mata yang masih berair.

"Jalan lagi dong?" Pinta Leon sambil kembali memposisikan Aini berdiri di depannya sambil memegangi kedua tangan anak itu.

"Ayo jalan kayak tadi Ni, pelan-pelan aja"

Leon menuntun Aini untuk berjalan sambil melepaskan tangan anak itu perlahan-lahan. "Ayo Ni Lo pasti bisa!"

Mata Leon berbinar saat Aini mulai melangkah tanpa bantuan darinya, entah kenapa rasa senang sekaligus terharu ia rasakan sekaligus. Leon tidak tau kenapa tapi setetes air matanya terjatuh saat Aini berhasil berjalan dan menghampirinya. Ini bukan pertama kali Leon seperti ini, saat Aini pertama kali bisa memanggilnya papa juga ia menangis, bahkan ia menangis sampai dua jam lamanya sambil memeluk anak itu.

Leon seperti itu bukan tanpa alasan, ia seperti itu karena setiap perkembangan Aini ia selalu merasa berhasil. Ia selalu bangga pada dirinya yang bisa membesarkan Aini sampai saat ini, ingin sekali ia memperlihatkan semua hal itu kepada orangtuanya terutama papanya yang dulu sangat menentang keberadaan Aini dan tidak mempercayainya bisa membesarkan anak itu sendiri.

Leon memeluk Aini sambil sesekali menyeka air matanya. "Hebat, Lo emang anak gue yang hebat"

Setelah mengatakan itu Leon segera menelfon teman-temannya dan memberitahu mereka bahwa Aini sudah mulai bisa berjalan. Dan seperti yang sebelumnya, teman-temannya begitu sangat antusias dan segera menuju ke rumah Leon. Leon sebenarnya juga bersyukur dengan keberadaan teman-temannya karena dengan keberadaan mereka ia bisa membagi kebahagiannya ini.

"Ni, Om-om rusuh Lo bakal dateng semua, ke supermarket yuk beli cemilan?"

"Lan!!" Seru Aini semangat saat mendengar kata cemilan. Anak itu memang sangat antusias jika berhubungan dengan makanan ringan apalagi yang manis-manis.

"Ayo ganti baju dulu, nanti Lo masuk Angin" ucap Leon kemudian mengajak Aini ke kamar untuk mengganti baju anak itu.

***

DaimmerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang