Missing

4.2K 478 65
                                    



Hari yang sangat cerah di akhir minggu menjadi hari yang sangat menyenangkan bagi semua orang termasuk dua pasangan yang akan segera melangsungkan pernikahan itu.

"Sayang"

"Hmmm"

"Bagaimana kalau kita berkeliling ke mall sebentar untuk mencari hadiah untuk adikmu"

Jeno mengangguk, "Boleh, tapi kita sarapan dulu ya" ujar Jeno sambil fokus menyetir.

"Okee"

Mereka menuju ke mall lalu sarapan disana sambil mengobrol,

"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Jeno

"Ya begitulah, pekerjaan ku semakin hari semakin menumpuk, tapi tidak apa aku suka dan menikmati semuanya" ujar Heejin

Jeno mengangguk mengerti ia lalu menatap lamat ke arah kekasihnya yang tengah menyantap sarapannya.

"Heejin-ah"

"Ya?"

"Kalau kita menikah, bisakah aku memintamu berhenti bekerja?"

Heejin menatap Jeno lalu memanyunkan bibirnya, "Memangnya aku tidak boleh bekerja? Maksudku, tidak ada yang salah bukan kalau aku bekerja setelah kita menikah"

Jeno mengangguk ragu, "Ya, tidak ada yang salah, aku hanya ingin kau diam saja di rumah, aku bisa memenuhi semua kebutuhan mu kalau pun tak bekerja, aku juga memikirkan tentang memiliki anak nanti"

Heejin menatap Jeno dengan wajah bingung, "Kita sudah membicarakan ini sayang, aku tidak ingin punya anak dulu, kau kan juga sudah setuju untuk itu"

Jeno tersenyum kecut, "Ya kau benar, hanya hmm apa kau tidak ingin memiliki anak nantinya, nanti, nanti sekali saat usia pernikahan kita cukup matang"

"Ya, tentu saja, kita harus memiliki anak, tenang saja babe"

Jeno menghela napas pelan, "Apa kau akan berhenti bekerja saat kita memiliki anak?"

"Ya tentu saja, tapi kita sudah sepakatkan, kita tidak akan memiliki anak di awal-awal pernikahan, kau tau kan babe, kalau pekerjaanku sulit ku tinggalkan apalagi saat ini"

Jeno tersenyum maklum mengangguk mengerti, ia tidak bisa memaksakan kehendak kekasihnya itu.

"Heejin-ah"

Heejin mengerutkan keningnya karena Jeno kembali mengganggu makannya.

"Ada apa sih Jeno? Kau kenapa sebenarnya?"

Jeno menggelengkan kepalanya, "Tidak jadi. Kau cantik hari ini" ujar Jeno mengalihkan pembicaraan

"Apa sih Jeno, ada-ada saja" ujar Heejin malu

Jeno tersenyum kecil lalu kembali fokus pada makanannya namun ia tidak memakannya karena pikirannya berkelana jauh mengenai masa depannya. Tiba-tiba saja ia memikirkan Regan, jika anak itu benar anaknya apa yang harus ia lakukan? Semuanya menjadi sangat sulit apalagi Heejin bukanlah wanita biasa. Kekasihnya itu wanita karir yang tak mungkin mau menerima anaknya apalagi mengurusi dan mendidiknya.

Jeno memijit pelipisnya merasa sangat pusing.

"Jeno kau baik-baik saja?"tanya Heejin khawarit karena Jeno terlihat seperti banyak pikiran

"Hah? Ow iya, aku baik" ujar Jeno

"Jangan berbohong, atau kita pulang saja ya, aku bisa mencari hadiahnya sendiri nanti. Aku tidak mau kau sakit" ujar Heejin

Jeno lalu mengiyakan perkataan Heejin, ia juga merasa tidak bersemangat sejak pagi.

Akhirnya Jeno kembali ke rumahnya bersama Heejin namun wanita itu langsung pergi karena ada hal mendesak dari kantornya yang harus dikerjakan. Walaupun awalnya wanita itu tidak tega meninggalkan Jeno, tapi Jeno meyakinkan kalau ia tidak apa.

DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang