Getting Closer

3.8K 388 23
                                    

Hari ini, Jeno mengunjungi rumah ayah dan ibunya, ia berjalan memasuki rumah masa kecilnya itu. Saat Jeno masuk, semua mata tertuju padanya.

"Jeno? Tumben pulang tidak memberitau ibu?" tanya sang ibu

Jeno tersenyum kecil, "Maaf bu, aku hanya mampir sebentar untuk menitipkan sesuatu" ujar Jeno

"Menitipkan sesuatu? Untuk siapa?"

"Untuk ayah dan ibu" ujar Jeno lalu tak lama laki-laki itu menyebut nama seseorang.

"Regan?" panggil Jeno lalu kepala kecil menyembul dari balik kakinya yang membuat ayah dan ibunya kaget. Ayahnya tersenyum senang sementara ibunya termenung melihat kepala kecil yang mirip dengan anaknya itu.

"Sini nak" ujar Jeno menarik Regan ke depannya.

"Ayo beri salam pada nenek dan kakek"

Regan mencuri tatap pada wanita paruh baya di depannya lalu menatap kakeknya yang tersenyum teduh sejak tadi padanya.

"Anyyenghaseyo Nenek Kakek Gumo. Lee Regan-imnida" ujar anak itu lalu membungkuk, ia terus membungkuk lama lalu sedikit melirik-lirik ke arah kakek dan neneknya dengan posisi membungkuk 90 derajat.

Jeno terkekeh lalu mengelus kepala anaknya, "Sudah nak" ujar Jeno

Regan mengangkat kepalanya lalu berlari ke belakang ayahnya, kembali bersembunyi dibalil kaki sang ayah, semua mata yang melihat tingkah anak itu merasa sangat gemas.

"Regan-ie~~ sini dengan gumo" ujar seorang gadis cantik yang tersenyum teduh.

Regan menyembulkan kepalanya menatap adik dari ayahnya itu.

"Sini" ujar sang bibi melambaikan tangannya pada Regan, dengan ragu Regan menatap ayahnya.

"Sana main dengan gumo Lami. Gumo sudah rindu Regan, meet her and play around, it's oke baby, this is your family" ujar Jeno

Regan mengangguk lalu berlari ke arah adik Jeno, Lee Lami.

"Hi baby boy"

"Hi, Aunty Lami"

Kedua orang itu terlihat sangat cocok, buktinya Regan langsung mau diajak oleh Lami menuju ke taman belakang untuk bermain.

"Apa maksudmu membawa anak itu kemari" ujar sang ibu yang sejak tadi mengalihkan pandangannya tak mau menatap sang cucu.

"Ibunya sedang sakit, aku membawanya kesini agar dia tau kalau dia punya keluarga lain selain keluarga ibunya" ujar Jeno

Ayahnya menghela napas pelan, "Aku senang kau membawa Regan kesini, biarkan dia disini" ujar sang ayah sementara ibunya menegang.

"Apa wanita itu memintamu membawa anak itu kemari? Kalian pikir aku akan luluh hanya karena anak haram itu hah?!"

"IBU!!" bentak Jeno

"Kau membentakku?" ujar sang ibu tak percaya

"Dia anakku bu, Regan anakku!! Aku yang membuatnya hadir di dunia ini dan menyulitkan hidup Karina, semua karena anakku!! Aku sengaja membawanya kesini dan Karina pun tidak tau menau tentang semua ini karena aku ingin ibu melihat anak itu, dari wajah hingga semua yang dia miliki dalam tubuh kecilnya adalah berasal dariku bu. Jadi apa aku salah kalau tidak suka ibu menghina anakku?!" ujar Jeno marah namun tak lama mereka kaget saat mendengar teriakan Regan dan Lami.

"OPPA!!" teriak Lami membawa Regan yang sudah menangis dengan kepala yang berdarah.

"Apa yang terjadi?!" tanya Jeno kaget, ia mengambil alih Regan dari adiknya.

"O-oppa tadi ada orang yang melemparkan batu besar dari luar pagar ke arah Regan yang sedang bermain di taman belakang rumah" ujar sang adik takut.

Regan terus menangis kesakitan dalam gendongan ayahnya. Sementara sang kakek sudah panik, hanya neneknya saja yang tenang namun berjalan masuk menuju ke dapur.

DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang