Karina menghela napas lega saat kakaknya berkata kalau panas Regan sudah agak turun, ia tidak tidur semalaman karena anak itu demam tinggi dan selalu memanggil Daddy nya. Berulang kali Karina terus mengatakan pada Regan kalau dia tidak punya Daddy namun anak itu tidak menghiraukan ucapannya, ia terus mencari ayahnya.
"Kau keterlaluan, biarkan dia bertemu ayahnya sebentar, kasihan Regan dia pasti merindukan ayahnya"
Karina menatap kakaknya dengan wajah marah, "Dia tidak punya ayah, tolong eonnie, aku tidak ingin Regan dekat dengan Jeno, aku akan menganggap kalau anakku tidak memiliki ayah, jadi tolong jangan menyebutnya di depan Regan" ujar Karina
Kakaknya menggelengkan kepalanya, "Mau kau berusaha sekeras apapun tidak akan ada yang bisa merubah fakta kalau Regan adalah anak Jeno. Kalau Jeno mau dia bisa membawa kasus ini ke pengadilan dan merebut Regan darimu"
"Dia tidak punya hak apapun"
"Dia punya, darah Jeno mengalir dalam tubuh anakmu, Jeno bisa menuntutmu karena kau membawa anaknya kabur bahkan sebelum dia mengetahui keberadaan anak itu. Jeno juga telah berusaha mencarimu walaupun pada akhirnya dia kecelakaan lalu melupakan mu, pengadilan akan memberikan hak asuh Regan pada Jeno kalau cerita ini dibawa ke pengadilan" ujar sang kakak yang membuat Karina kaget
"D-dia tidak mungkin mencariku, dia memang sengaja melupakanku dan Regan. Sebelum pergi, aku sudah menitipkan pesan pada ayahnya jadi dia sudah tau tentang Regan dan berusaha melupakan kami. Lagipula sejak awal Jeno hanya bermain-main denganku" ujar Karina
Sang kakak tertawa, "Kau mengarang cerita dari mana? Harusnya sebelum kau memutuskan melakukan sesuatu coba cari dulu kenyataan sebenarnya" ujar Sang kakak lalu meninggalkan Karina yang diam menatap Regan yang tertidur.
Karina sudah memutuskan untuk menyerah pada Jeno, dan ia sudah mantap dengan keputusannya. Ia akan membawa Regan menjauhi Jeno, ia akan kembali seperti dulu, hidup berdua dengan anaknya.
Lain Regan, lain Jeno, laki-laki itu bangun dengan tubuh yang benar-benar lemas, bekas perbuatan Jaemin dan anak buahnya benar-benar membuat tubuhnya remuk, tubuhnya juga mulai demam dan ia sudah tidak sanggup untuk sekedar bangun dan duduk.
Yang ia pikirkan saat ini hanyalah Regan, anaknya.
Jeno tak berniat untuk melakukan apapun, ia hanya diam membiarkan tubuh beristirahat sebentar sebelum kembali pada kenyataan bahwa ia harus merebut Karina dan Regan dari Jaemin.
Jeno kembali menutup matanya, Jeno merasa tubuhnya sudah sampai pada akhirnya, ia berharap ia bisa melihat Regan setidaknya sebelum ia mati.
Kembali ke kamar Karina, Regan yang awalnya tengah tidur tenang dengan suhu tubuh yang sudah tidak lagi panas tiba-tiba saja menangis kesakitan dengan mata terpejam sambil manggil ayahnya yang membuat Karina kaget.
"Re, kenapa nak? Regan? Bagun sayang"
"Hikks Daddy daddy daddy hikks daddy hikks daddy, sakit sakit, daddy hikks, mommy, sakit, daddy daddy"
Karina mulai panik saat menyentuh kening anaknya, panas Regan naik lagi ditambah suara tangis anak itu yang menggelegar seperti menahan sakit.
"Sakit sayang? Mana yang sakit hmm? Beritau mommy, Re, ayo bangun nak. Regan? Lee Regan?"
Karena suara tangis Regan, seluruh penghuni rumah kaget.
"Ada apa Karina?"
"Ti-tidak tau eomma, dia tiba-tiba menangis begini dan tidak mau membuka matanya" ujar Karina dengan wajah panik
Sang Nenek mengecek keadaan cucu nya, lalu kaget saat melihat termometer panas.
"Ya tuhan, siapkan mobil, suhu tubuh Regan mencapai 39° lebih ini terlalu panas. Kita ke rumah sakit sekarang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy
FanfictionApa yang akan kalian lakukan ketika tiba-tiba saja seorang wanita dari masa lalu datang tanpa permisi lalu menghancurkan rencana pernikahan yang telah kalian bangun. Benci? tentu saja... Itulah yang dialami oleh Lee Jeno saat tiba-tiba saja Karina...