Suasana cafe begitu senyap, hanya ada dua orang yang saling berhadapan disana. Karina menatap laki-laki yang sejak beberapa hari ini menjadi penyebab kesakitan luar biasa dihati dan raganya.
"Apa kita akan terus diam begini? Kalau memang tidak ada yang--", ucapan Karina terhenti
"Apa kabarmu?" tanya Jeno sambil menatap ke arah Karina yang tak ingin menatap matanya, wanita itu selalu mengalihkan pandangannya dari mata Jeno.
"Baik, tentu saja, tidak ada alasan untuk tidak baik" ujar Karina
"Maafkan aku" ujar Jeno pelan sambil menundukkan kepalanya
Karina mengangkat kepalanya lalu menatap mata Jeno, "Untuk?"
Jeno menatap Karina dengan tatapan sendu sementara Karina menatapnya lurus ke depan dengan wajah datar.
"Karena mempermainkanmu dulu, aku benar-benar minta maaf Karina, aku sangat kekanak-kanakan dulu. Aku ingin memberitaumu semuanya saat itu tapi aku tidak bisa menemukanmu. Dan akupun baru tau kalau kau...mengandung saat kau menghilang" ujar Jeno
Karina mengangguk, "Aku mungkin terdengar sangat naif, tapi aku sudah memaafkanmu, perihal maaf itu sudah kewajibanku untuk memaafkanmu, hanya saja, dampak dari perbuatanmu benar-benar mempengaruhi hidupku" ujar Karina lalu menatap ke arah jendela.
"Dulu aku selalu berpikir optimis dan menjalani hidup dengan teguh, walaupun sangat sulit aku tidak pernah memilih untuk mengeluh atau merepotkan orang lain, aku begitu optimis bahwa aku bisa menjalani hidupku sendiri bagaimanapun keadaanku dan aku berhasil, aku membesarkan seorang anak sendiri, membiayai hidupnya dan hidupku sendiri, aku begitu optimis sampai tiga hari yang lalu", Karina menghentikan ucapannya lalu menatap ke arah Jeno.
"Setelah tiga hari yang lalu, aku menyerah, aku tidak bisa optimis lagi setelah tau kalau semuanya hanya permainanmu, aku menjalani hidup sebegitu sulitnya hanya karena permainan dan kesenanganmu"
Karina tertawa pelan, "Aku bahkan dengan sangat beraninya mengangkat kepalaku di hadapan semua orang tapi ternyata aku hanya dipermainkan"
Jeno menatap lamat ke arah Karina yang tertawa dengan tatapan kecewa, suara wanita itu sedikit bergetar saat berbicara bahkan matanya kini belinang.
"Tapi tidak apa, itu lebih baik dibanding harus terus mengejarmu" ujar Karina tertawa kecil lalu menunduk menyeka airmata yang meluruh dari sisi matanya.
"Maafkan aku, aku benar-benar menyesal Karina, aku akan bertanggungjawab atas Regan--"
"Tidak"
Karina mengangkat kepalanya menatap Jeno dengan wajah tegar, "Tidak perlu, Regan bukan anakmu"
"Karina"
"Anggap saja seperti itu Jeno, anggap saja kami tidak pernah datang, kau bisa kembali pada kehidupanmu seperti satu bulan yang lalu, dan akupun seperti itu. Tidak ada Regan dan tidak ada Karina yang akan merecoki hidupmu. Itu lebih baik" ujar Karina.
Jeno mengepalkan tangan erat, entah kenapa hatinya terasa sakit mendengar ucapan Karina.
"Aku tidak bisa lepas tangan Karina, Regan adalah putraku dan aku punya kewajiban untuk menafkahinya dan akupun punya hak untuk ikut melihat perkembangannya. Kita mungkin tidak bisa bersama tapi kau tidak bisa memutuskan hubunganku dengan nya, dia anakku. Termasuk bagaimana ia memanggilku. Aku ayahnya" ujar Jeno penuh penekanan
Karina menggelengkan kepalanya, "Aku tidak bisa, tolong lupakan saja kami, aku tidak akan mengganggu hidupmu lagi"
"Aku tidak mungkin melupakan anakku, apa sulitnya membiarkan aku melihat perkembangannya, aku hanya ingin bertanggungjawab atas nya dan menjadi ayahnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy
FanfictionApa yang akan kalian lakukan ketika tiba-tiba saja seorang wanita dari masa lalu datang tanpa permisi lalu menghancurkan rencana pernikahan yang telah kalian bangun. Benci? tentu saja... Itulah yang dialami oleh Lee Jeno saat tiba-tiba saja Karina...