(4)

159 21 14
                                    

Mark membuka selimut yang menutupi dirinya. Dia dengan sekuat tenaga mulai turun dari tempat tidur yang lumayan tinggi untuknya.

Sebisa mungkin Mark menggerakkan kakinya yang lumayan kaku dan itu membuat dirinya beberapa kali akan terjatuh ke lantai yang dingin.

"Ayo Mark! kau bisa"gumamnya menyemangati dirinya sendiri.

Mark mendekati tembok yang nantinya dirinya akan berpegangan disana agar memudahkannya berjalan.

Anak lelaki itu sesekali menghapus peluh yang membasahi keningnya lalu mulai berjalan sambil terus memengangi tembok agar tak terjatuh.

Mark memang kesulitan berjalan karna kakinya masih dalam tahap penyembuhan.

Tekad Mark sudah bulat. Dia akan kabur dari rumah sang mommy, tak perduli ini adalah kesempatannya bersama mommynya. Tapi bagi Mark, wanita yang dulu sangat ia sayangi bukan lagi mommynya.

Seingat Mark, mommynya tak pernah mengasarinya walau saat hubungan ayah dan mommynya merenggang dan mommynya mulai tak mempedulikannya lagi. Tapi dia tak akan pernah main fisik seperti sekarang.

Mark tak tahu, kenapa mommynya sangat berubah padanya, mungkin juga nanti pada Jeno.

Mark sudah bertekad juga akan menjauhkan Jeno dari mommynya, tak perduli jika Jeno marah, tapi Mark tak mau Jeno di berlakukan kasar seperti dirinya karna mommynya bisa membuatnya terluka.

Mommynya memang baik, tapi dia akan jadi jahat jika tak mau menuruti apa yang di perintahkannya bahkan dia tak segan-segan bermain fisik, tak perduli itu sakit atau tidaknya bahkan sekarang tubuh Mark beberapa bagian jadi membiru juga memerah karna perlakuan mommynya yang mengasarinya sebab Mark tak mau mendengarkan sang mommy.

Mark juga tak mau di bawa ke Kanada. Ia ingin tetap di korea Selatan dan kembali pada ayah dan adik kandungnya.

Merekalah yang Mark anggap keluarga sesungguhnya walau disini ia di bantu dengan Jisung dan Chenle tapi tetap saja, Mark ingin bersama ayah dan adiknya.

Mark membuka pintu kamarnya yang untungnya tak terkunci.

Ia melebarkan pandangannya untuk memastikan keberadaan adik tirinya dan juga mommynya di sekitarnya.

Ia kembali berjalan dengan berpegangan tembok untuk terus mencari pintu keluar rumah mommynya dengan mengabaikan rasa sakit perutnya yang kembali datang juga bagian bawahnya yang benar-benar perih saat dirinya terus berusaha berjalan.

Mark menggunakan selimut untuk menutupi bagian bawahnya yang tak berpakaian. Tak mungkin dirinya keluar dengan keadaan bagian bawahnya terbuka. Mark kan malu.

Mark tersenyum senang, melihat pintu besar yang ia yakini pintu utama rumah mommynya.

Dengan sisa tenaga yang ada, ia terus berjalan mendekati pintu utama, dimana nantinya ia akan keluar dari rumah mommynya.

Mark tak perduli nantinya dirinya akan kemana yang penting, ia bisa kabur dari sang mommy dan sebisa mungkin, mencari alamat rumahnya walau dia tak tahu, dirinya sekarang ada dimana.

"Mark mau kemana hmm?"tanya seseorang membuat Mark yang hampir sedikit lagi membuka pintu besar rumah besar sang mommy berhenti dan langsung menundukkan kepalanya saat tahu, siapa yang baru saja bertanya padanya.

"Mark mau jadi anak nakal yah? Tak mau menuruti mommy begitu? Oh, mau menemui ayah mu yang menyebalkan itu yah?".

Mark mengangkat kepalanya dan menatap mata sang mommy walau rasa takut sudah memenuhi dirinya"aku ingin pulang mom"cicit Mark. dia takut mommynya mengasari dirinya lagi.

"Ini rumah Mark juga loh, bagaimana sih?".

"Tapi aku ingin menemui ayah dan Jeno"Anna menggeleng, dia mendekati Mark dan langsung menggendong tubuh Mark layaknya karung beras.

My Brother[Sequel Mianhae My Brother]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang