"Jeno ambilkan minum dulu yah kak, kakak tak apa kan di tinggal?"Mark menggeleng sambil memberikan senyuman tipisnya.
"Tak apa Jeno, tapi cepat yah"Jeno mengangguk cepat. Dia memberikan kakaknya senyuman eye smilenya lalu mencium pipi Mark sebelum masuk ke dalam rumah besarnya untuk mengambil minum untuk Mark maupun dirinya.
Mark menatap punggung Jeno yang menjauhi dirinya.
Walau sebenarnya dirinya takut, tapi ia sudah bertekad pada dirinya sendiri untuk melawan rasa takutnya.
Bagaimanapun Jeno dan ayahnya memiliki kepentingan sendiri yang nantinya tak bisa terus bersama dengannya jadi Mark mau tak mau harus melawan rasa takutnya saat dirinya tengah sendiri, seperti sekarang ini contohnya.
Dia mengedarkan pandangannya untuk melihat pemandangan halaman luas rumahnya. Matanya terpejam guna menikmati angin pagi yang mengenai wajah tampannya.
Sangat sejuk membuat moodnya semakin membaik bahkan Mark terus menampilkan senyuman manisnya di wajahnya yang masih sedikit pucat.
Ia senang sekali ayahnya mengijinkannya keluar dari kamarnya setelah hampir seminggu dirinya di kurung di kamarnya sendiri karna perawatan yang harus di terimanya. Tapi untungnya sekarang kondisinya lebih baik dan Mark sendiri bangga pada dirinya yang bisa mengatasi sedikit-sedikit rasa ketakutannya saat di tinggal sendiri seperti sekarang ini.
Ia dan Jeno tadinya tengah menikmati udara pagi dengan Jeno yang berolahraga sedangkan Mark menjemur dirinya di bawah sinar matahari pagi.
Kata dokter yang sudah ia anggap dengan kakaknya, kegiatan ini sangat bagus untuk kesehatan Mark dan Mark pun tak mempersalahkannya selagi itu baik untuknya.
Ayahnya sendiri tengah membuat sarapan pagi sebelum nantinya mengajaknya dan adiknya jalan-jalan mengelilingi komplek perumahan mereka.
Ayahnya itu jadi senang memasak sekarang karna terus mengikuti kursus memasaknya sampai-sampai Mark dan Jeno pasti hampir setiap harinya di suruh mencoba menu masakan barunya. Tapi yah, Mark tak mempersalahkannya karna masakan ayahnya tak seburuk sebelum dirinya sakit.
Mark membuka matanya saat mendengar suara deru mesin mobil mendekat padanya.
Bisa ia lihat, mobil mewah berhenti di halaman luas rumahnya yang tak jauh darinya.
Dahinya menyerngit bingung karna tak tahu, siapa yang akan datang ke rumahnya.
Ayahnya maupun Jeno tak bilang jika akan ada yang berkunjung. Ia yakin itu bukan sahabat-sahabat Jeno karna biasanya jika mereka berkunjung, mereka pasti berjalan kaki, masuk ke dalam halaman rumahnya bersama Haechan. Namun yang Mark tahu, Haechan sedang pergi bersama keluarganya jadi tak mungkin itu sahabat-sahabatnya Jeno.
Matanya membulat bahkan dia memengang sisian kursi rodanya erat saat melihat orang yang baru saja keluar dari mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya sekarang bahkan Mark mulai panik sendiri karna orang tersebut mendekatinya.
"Hai Mark sayang".
Mark berusaha menghindari orang yang kini mendekati dirinya bahkan dia menggeleng kuat dengan air mata yang sudah turun dari kedua matanya"Jangan dekati Mark! Mark mohon"pinta Mark dengan berusaha melepaskan dirinya dari perempuan dewasa yang sekarang memeluk tubuhnya yang tengah terduduk di kursi roda.
"Maafkan mommy sayang, maafkan mommy"ucap Anna sambil terus memeluk Mark walau Mark terus saja memberontak darinya.
Dia juga menciumi wajah Mark, tapi Mark berusaha menghindarinya dan menahannya dengan tangannya.
"Lepaskan Mark mommy, lepaskan!".
"kakak"Jeno langsung menyingkirkan sang mommy yang memeluk kakaknya. Dia segera memeluk kakaknya yang ketakutan bahkan tubuh kakaknya bergetar dan sedikit hangat karna kakaknya syok lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother[Sequel Mianhae My Brother]
Fanfictionsequel Mianhae My Brother (Bisa di bilang lanjutannya sih:)) "Ini kakak kita? Wah, dia tampan yah sepertiku". "Yakk! Dia juga tampan sepertiku!". "Siapa kakak kalian memangnya?" "Dan aku lebih menyesal kalo aku, kakakku, dan juga adikku di lahirkan...