(19)

106 14 78
                                    

"kakak demam tante. Tolong bawa kakak ku ke rumah sakit tante...kumohon"mohon Jeno pada Hana yang sekarang tengah berkacak pinggang di depan kamarnya.

Perempuan berambut sebahu ini menatap malas anak lelaki yang sempat ia ingin jadikan anak dengan malas karna dia terus mengetuk-ngetuk pintu kamarnya sehingga menganggu dirinya yang tengah asik menghitung uang yang di dapatkan dari para penduduk sekitar yang memang selalu memberikan uang kepada panti di setiap akhir pekan.

"Aku sedang tidak punya uang! Beri ini saja!"seru Hana sambil melemparkan obat penurun demam pada Jeno yang tengah menangis di hadapannya bahkan anak lelaki bermata sipit itu mendudukkan dirinya di lantai, berharap ibu panti mau membawa kakaknya ke dokter atau ke rumah sakit Seoul, dimana ada Jaehyun yang pastinya akan membantu kakaknya juga dirinya. Nantinya Jeno akan meminta pada Jaehyun untuk menelpon ayahnya yang masih ada di Jeju.

Jeno mengelengkan kepalanya ribut. Ia menahan Hana yang hendak masuk ke dalam kamarnya lagi"Tapi bukan obat ini yang di butuhkan kakak ku. Kumohon antarkan aku dan kakak ku ke rumah sakit Seoul, disana ada dokter pribadi kakak ku. Kakak ku belum meminum obatnya dari kemarin, aku mohon"mohon Jeno sambil terus menahan tangan Hana agar tak bisa masuk ke dalam kamarnya.

Hana yang kesal dengan Jeno menendang perut anak lelaki berusia 12 tahun itu hingga dia akhirnya melepaskan pegangan tangannya lalu menatap tajam Jeno karna dia dan kakaknya itu ternyata sangat menyusahkan panti sejak pertama datang.

Ia jadi menyesal dengan keinginannya untuk mengangkat keduanya jadi anaknya karna kedua anak lelaki yang baru saja beberapa hari berada di pantinya, menurutnya sangat manja dari yang lainnya."Prthh...kau orang kaya hah? Kau saja di buang kesini dengan kakak mu itu. Masih untung aku mau menerima mu dan kakak mu itu...jika tidak! Mungkin kalian berdua akan jadi gembel di jalanan dan mungkin sangat kesusahan!-

-segala bilang ada dokter pribadi lagi. Bangunlah! kau dan kakak mu itu hanya anak buangan sekarang! Dan jangan mengganggu ku lagi jika tak mau suami ku memukuli mu juga kakak mu nanti!"jelas Hana lalu menutup pintu kamarnya dengan sebelumnya menendang tubuh Jeno yang masih terduduk sambil memegangi perutnya yang sakit akibat tendangan yang Hana berikan tadi.

Jeno berusaha bangun dari duduknya dengan tak mempedulikan rasa sakit perutnya yang baru saja di dapatkan dari tendangan ibu panti yang bisa di katakan sangat kencang.

"Yakk! Aku dan kakak ku bukan anak buangan hah!-

-Yakk!...hiks ayah..kenapa ayah tak menemukan Jeno dan kak Mark? hiks...awas saja ayah! Jeno marah jika dalam 2 hari ayah tak menemukan Jeno dan kak Mark disini!"ujar Jeno lalu kembali terduduk di depan kamar pemilik panti dengan menekuk lututnya karna ingin menangis.

Jeno Benar-benar ingin pulang. Ia sangat merindukan ayahnya sekarang. Jeno benar-benar ingin di peluk dan di beri ciuman oleh sang ayah.

"Hiks ayah...kapan ayah datang?"gumam Jeno. dia mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang baru saja menepuk pelan pundaknya.

Bisa ia lihat, teman barunya dan sang kakak tengah tersenyum tulus padanya. Dia bahkan mengusap rambut Jeno pelan dan membawanya ke dalam pelukannya yang membuat Jeno sedikit tenang.

"Jeno jangan menangis...ayo kembali ke kamar. Kakak mu sudah bangun dan sekarang dia mencari mu"tutur Hendery membuat Jeno segera menatapnya dengan pandangan tak percaya.

Kakaknya itu tadi ia bangunkan, tapi tak bangun-bangun. Dia terus meracau dalam tidurnya karna ternyata demam walau untungnya tak demam tinggi jadi Jeno memutuskan untuk meminta bantuan pada pemilik panti dengan berharap, mereka mau membawa kakaknya ke rumah sakit atau jika bisa ke rumah sakit Seoul, dimana ada dokter pribadi sang kakak yang nantinya bisa membawanya dan kakaknya keluar dari rumah yang bagi Jeno menyeramkan untuk di tinggali lebih lama. Namun sayangnya, Jeno malah mendapatkan makian dan kekerasan dari ibu panti.

My Brother[Sequel Mianhae My Brother]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang