(42)

150 14 49
                                    

Jeno menutup matanya. Dirinya sudah pasrah saja jika nanti perutnya akan mengeluarkan banyak darah karna terkena tusukan benda tajam yang di pengang oleh wanita ular yang masih saja menyanderanya. Namun anehnya, dirinya malah merasakan pelukan erat seseorang, ini membuatnya membuka matanya untuk mengetahui, siapa yang tengah memeluknya sekarang.

Jeno membulatkan matanya saat mendapati kakaknya yang ternyata tengah memeluknya erat.

Kakaknya ternyata yang menjadi tameng dirinya, sehingga punggung kanan sang kakak terkena tusukan pisau yang ingin di tusukkan ke perutnya tadi.

"kak Mark"lirih Jeno saat kakaknya menatapnya sembari menampilkan senyuman tipis di bibirnya yang masih pucat.

"Jeno baik-baik saja kan?"tanya Mark dengan suara yang pelan karna dia berusaha menahan rasa sakit dan perih dari punggungnya yang terkena tusukan pisau yang di bawa jesica bahkan pisau itu masih tertancap di punggung kanannya sekarang.

Jeno mengelengkan kepalanya kuat, melihat kakaknya yang ternyata tertusuk.

Ia langsung menyanggah tubuh kakaknya yang hampir terjatuh ke tanah. Air matanya luruh, melihat hidung sang kakak yang kinj mengeluarkan darah mimisan.

"kak Mark!"pekik Jeno histeris.

Siwon menatap marah Jesica. Ia langsung berlari untuk menangkap Jesica yang malah kabur setelah menusuk putra sulungnya di bantu Suho yang baru saja datang bersama Hendery dan Irene juga Renjun dan Jaemin yang baru saja datang ke rumah Jeno.

Irene mendekati Jeno yang tengah menahan tubuh kakaknya yang mulai melemas.

"astaga Mark!"pekiknya kaget lalu segera mengambil alih Mark dari pelukan Jeno yang sekarang menangis karna kakaknya baru saja tertusuk pisau.

Haechan mendekati Jeno yang tengah menangis. Ia langsung memeluk Jeno dari samping di ikuti Renjun dan Jaemin lalu Hendery yang turut memeluk ke-4 adik-adiknya yang sekarang tengah menangis bersama.

"Mark mendengar mamah?"tanya Irene sambil menepuk-nepuk pelan pipi Mark yang sekarang tengah menatapnya dengan matanya yang berkaca-kaca.

Irene juga berusaha menghentikan mimisan Mark yang mengalir lumayan banyak dari kedua hidung mancungnya.

"Aku mendengar mamah...tapi ini...sakit mah"lirih Mark. Air matanya mulai luruh dari kedua matanya walau begitu, dia sesekali akan melihat adiknya yang tengah di peluk oleh sahabat-sahabatnya.

Mark senang adiknya baik-baik saja ternyata karna dia takut jika tadi Jesica juga menusuk adiknya karna Mark sempat melihat dua pisau di dalam baju Jesica.

Irene mengecup kening Mark singkat lalu setelahnya mengendong tubuh lemas Mark tanpa mencabut pisau yang ada di punggung Mark karna takut jika di cabut, darah Mark akan semakin keluar banyak.

"Hendery sayang, tolong telpon kan dokter pribadi Mark yah"pinta Irene pada Hendery yang masih memeluk erat ke-4 adiknya yang menangis.

Irene segera membawa masuk Mark untuk di baringkan di kamarnya sambil menunggu dokter pribadi Mark. Ia juga harus menghentikan mimisan Mark yang masih saja keluar agar Mark tak kehabisan darah nantinya.

Hendery bingung, bagaimana caranya dirinya menelpon dokter pribadi Mark? karna dirinya tak punya handphone.

Ia segera menoleh ke arah handphone yang tiba-tiba di sodorkan padanya yang ternyata itu handphone Jeno.

Jeno menyodorkan handphonenya pada Hendery agar Hendery bisa segera menghubungi dokter pribadi kakaknya.

Tanpa pikir panjang lagi, Hendery mengambil handphone Jeno. Ia segera mencari kontak telpon dokter pribadi Mark yang untung saja Hendery tak lupa dengan namanya.

My Brother[Sequel Mianhae My Brother]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang