(1)

626 28 16
                                    

Cerita ini adalah sequel Mianhae My Brother
Happy reading guys:)



Jeno merapikan selimut sang kakak yang berantakan. Tadi baru saja kakaknya muntah padahal 5 menit sebelumnya, kakaknya baru saja makan tapi semua makanannya di keluarkan kembali olehnya.

Ia mengelus rambut coklat madu sang kakak pelan sambil memandangi wajah kakaknya yang tengah tertidur lelap.

Jeno bisa melihat guratan lelah di wajah sang kakak yang lumayan pucat bahkan bibir sang kakak akan sesekali melenguh sakit walau dengan suara yang kecil.

Jeno menitikkan air matanya, mengingat bagaimana kakaknya muntah tadi, itu membuatnya panik apalagi ayahnya tengah pergi keluar, entah sedang apa tapi untungnya dokter pribadi sang kakak tengah memeriksa kakaknya jadi kakaknya bisa di tangani dengan cepat.

"Cepat sembuh kak. Ayok kita jalan-jalan bertiga lagi. Aku merindukanmu saat kau di sekolah bahkan jika aku masuk sekolah, teman-teman kakak pasti menanyakan kondisi kakak dan juga para kakak menunggu kakak menempati janji kakak untuk mengunjungi cafe lagi. Mereka semua merindukanmu kak"tutur Jeno sambil mencium punggung tangan kakaknya.

Ia menyingkirkan rambut poni sang kakak yang mengenai matanya sambil terus memperhatikan wajah tenang sang kakak yang tak bisa membohonginya jika kakaknya tengah menyembunyikan sesuatu darinya.

Ceklek

Pintu ruangan terbuka, Jeno tak perduli siapa yang datang. Ia lebih memilih memperhatikan wajah kakak kesayangannya sambil menciumi punggung tangan sang kakak.

"Jeno"panggil seseorang. Jeno yang asing dengan suara yang baru saja memanggil namanya menoleh cepat ke arah pintu ruangan yang terbuka.

Wanita berambut hitam legam panjang ternyata pelakunya. Ia menyerngitkan dahinya bingung, tak kenal dengan wanita yang sekarang malah memeluk tubuhnya bahkan kini dia menangis.

"Jeno! Kau sudah besar sayang"serunya yang membuat Jeno semakin tak mengerti.

Ia menatap ayahnya yang baru saja masuk ke dalam ruangan dengan pandangan bertanya tapi ayahnya malah duduk di sofa yang menjadi tempat tidur Jeno dengan ekspresi wajah yang dingin. Jeno rasa ayahnya tengah menahan emosinya sekarang.

Wanita itu melepaskan pelukannya. Dia hendak mencium kening Jeno tapi dengan cepat Jeno menghalanginya bahkan menatapnya marah"siapa?"tanya Jeno tidak bersahabat bahkan dia menjauhkan dirinya dari wanita yang kini syok di tempatnya sedangkan Siwon? Dia tersenyum tipis melihat bagaimana reaksi Jeno.

Mantan istrinya itu memang pantas di berlakukan seperti itu oleh Jeno karna dulu saja dia tak perduli dengan anak-anaknya yang masih sangat kecil.

Ia sengaja tak memberi tahu Jeno maupun Mark bahwa sekarang, mommy mereka ada di hadapan mereka karna ingin melihat reaksi mereka yang sudah Siwon duga, pasti tak akan mengenali mommynya.

Jeno, Mark, bahkan Dae Eun sangat pantas, tak akan mengenal mommynya lagi karna mereka di tinggalkan Anna dari masih kecil dan di rumah pun, Siwon membuang seluruh kenangan Anna agar anak-anaknya tak akan pernah lagi melihat, wajah orang yang tak memperdulikan ketiganya.

"Kenapa Jeno begini?"tanya Anna sambil mencoba memengang pipi Jeno tapi langsung di tepis oleh Jeno.

"Anda siapa? Aku paling tidak suka di pengang oleh orang asing!"peringat Jeno. Ia trauma dengan orang asing, takut melukai kakaknya lagi soalnya.

"Ini mommy sayang! Mommy!"aku Anna yang membuat Jeno yang membuang pandangan pada Anna menoleh cepat padanya lagi dan sukses membuat Anna tersenyum.

"Mom...my"Anna menganggukan kepalanya dan membawa kembali Jeno kepelukannya.

My Brother[Sequel Mianhae My Brother]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang