16. Hukuman Satu Minggu

84 51 115
                                    

Satu jam berlalu setelah jam istirahat. Rahmi keluar kelas, berniat pergi ke toilet. Jujur saja sih, dari tadi ia tidak semangat belajar dan bawaannya khawatir terus. Iya, dia khawatir memikirkan Gara yang belum kembali juga dari ruang BK. Ingin menyusul, tapi ia tidak memiliki keberanian yang cukup untuk sok-sokan ikut campur.

Rahmi berjalan pelan menyusuri koridor kelas 12. Rencananya sih, ia akan menghabiskan waktu sampai sepuluh menit lebih menuju toilet. Soalnya, mau kembali ke kelas juga, ia sudah sangat bosan.

Apalagi sekarang waktunya jam pelajaran Fisika. Pelajaran yang sangat-sangat Rahmi tak suka. Selain karena harus hitung-menghitung, pelajaran ini pun dipegang oleh Buk Arni. Wanita paruh baya yang suaranya cocok dijadikan sebagai pengantar tidur. Soalnya suara berat milik Buk Arni membuat banyak siswa-siswi bawaannya ingin tidur mulu. Walau mereka tidak berani menampakkan kantuknya sih. Pasalnya Buk Arni itu termasuk salah satu guru killer.

"Eh, gue denger-denger, cowok yang tadi berantem di kantin itu di skors sama pihak sekolah."

"Anak baru itu sama si Raju?"

"Iya, mereka."

Salah satu siswi yang sedang memperbaiki hijabnya itu mengernyitkan keningnya. "Gak mau heran, tapi ini Pak Malik. Padahal gue rasa masalahnya gak sampai harus dibesar-besarkan juga sih."

"Gue bilang juga apa. Pak Malik mah gak ada ampun-ampunnya."

Rahmi yang berada di samping gadis-gadis itu hanya terdiam tanpa berniat nimbrung. Boro-boro mau nimbrung, hatinya saja sudah sangat kalut sekarang. Namun ia berusaha tidak menampilkan wajah khawatir dan harus terlihat biasa-biasa saja.

"Iya sih. Kasian gue sama si anak baru itu."

"Tapi, lo denger dari mana? Kok bisa tau kalau mereka di skors?"

Gadis yang sedang memperbaiki hijab itu menoleh sekilas kearah temannya. Lalu ia melanjutkan kembali kegiatan merapikan hijabnya yang sedari tadi belum selesai itu. Sementara Rahmi masih terlihat memfokuskan pendengaran pada obrolan mereka. Namun, sepertinya mereka tidak tahu itu.

"Gue kan tadi mau ketemu sama Buk Anum. Pas banget tadi Buk Anum di ruang BK. Jadi, gue sempet denger dikit-dikit."

Rahmi menghela napas kasar. Berarti sudah benar dong kalau Gara di skors. Tapi berapa lama? Memikirkan itu saja membuat Rahmi benar-benar pusing.

Oke, mari kita jelaskan tentang hukuman tertinggi di SMA Nusantara ini. Katanya sih, saat seorang siswa di skors, berarti nama siswa tersebut sudah tertera di blacklist. Dan, jika ia melakukan satu kesalahan saja--tidak peduli kesalahan besar maupun kecil. Siswa itu akan segera dikeluarkan dari sekolah tanpa toleransi. Hal itu tentu saja membuat Rahmi khawatir.

Setalah selesai dengan urusannya di toilet. Rahmi buru-buru keluar dan melangkahkan kakinya menuju kelas. Namun, melihat siluet yang tak asing di depan ruang BK, menghentikan langkahnya.

Apa sebaiknya ia susul Gara saja, yaa? Ia juga ingin memastikan perkataan kedua gadis tadi. Lagian lebih baik memastikannya secara langsung pada orangnya sendiri 'kan?

Namun, bukannya mendekat. Rahmi malah tidak bergeming di tempat semula. Ia memang mau mendekati Gara dan memastikan semuanya. Akan tetapi, mengingat kejadian memalukan waktu itu membuatnya tidak berani bertatapan langsung dengan Gara. Akh! Semuanya serba salah!

Setelah cukup lama berpikir. Rahmi memutuskan untuk tidak bertanya saja. Baiklah, ia akan bertanya lewat orang lain saja nantinya. Mungkin, ia bisa memanfaatkan Raju untuk mengetahui info tentang skors ini 'kan? Lagian Raju juga kena skors.

About Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang