Ujian semester lima sudah berlalu beberapa Minggu lalu. Pengembalian raport dan liburan semester pun sudah berlalu dengan cepat. Dan akhirnya, hari ini adalah hari pertama mereka kembali bersekolah setelah libur singkat Minggu kemarin. Oh iya, mengenai peringkat, Rahmi masih seperti biasa. Peringkat 4 dari 32 siswa. Dia belum pernah menyentuh juara 1-3 selama bersekolah di SMA ini. Dulu waktu SMP sih dia pernah menjadi juara 1 selama tiga tahun berturut-turut. Tapi saingan di SMA begitu ketat.
Rahmi sekarang berada dalam kelasnya. Sembari membaca novel dan tak lupa memutar musik juga. Dia tak begitu peduli dengan sekelilingnya. Ya, mungkin teman-temannya itu sedang asik bergibah atau sekedar bergunjing tentang kehidupan orang lain di sana.
Sebuah tepukan pada bahu membuat Rahmi menoleh. Gara berdiri di sebelahnya membuat kode seakan menyuruh Rahmi untuk membuka earphone. "Ada apa?"
"Raju sama yang lain nungguin kita di kantin."
Kedekatan mereka sudah bisa dibilang cukup erat. Entah bagaimana bisa begitu. Mungkin effort Gara selama beberapa bulan ini begitu besar sehingga mereka kembali seperti dahulu. Bersahabat seolah-olah tak pernah terjadi masalah apapun diantara mereka. Jika bertanya kepada Rahmi, apakah ia baik-baik saja bersahabat dengan Gara yang pernah menolak perasaannya? Maka, ia akan langsung menjawab, ia tidak baik-baik saja. Ia tak mau berbohong tentang perasaannya yang terlalu sakit akibat penolakan Gara waktu itu. Jujur, ia juga tak ingin berdekatan lagi dengan Gara. Namun, semuanya sudah terjadi, ia juga sudah sedikit demi sedikit mulai bisa menerima kenyataan.
Melupakan Gara? Tidak semudah yang dia bayangkan juga. Walaupun banyak cara telah Rahmi lakukan untuk segera membuang laki-laki itu dari hati, kenangan dan hidupnya, tetapi, Gara selalu saja muncul di dekatnya. Ia cukup heran kenapa bisa segitu cintanya kepada Gara yang bahkan tidak semenarik itu? Gara biasa-biasa saja. Tampan? Memang sih, tetapi jika dibandingkan dengan laki-laki lain yang Rahmi kenal, Gara tentu saja standar. Namun, tetap saja, belum ada lelaki yang bisa mengalahkan keberadaan Gara di hati Rahmi. Dari dulu sampai saat ini. Gara masih bersemayam di dalam hatinya.
"Lama bener. Pesanannya udah siap dari tadi," komplain gadis berkacamata itu yang tak lain dan tak bukan adalah adik kesayangannya Raju.
"Sabar, Tu. Rahmi tadi lagi asik baca novel."
Ratu menatap Gara dengan tatapan tajam khas-nya itu. "Bisa gak sih? Pas manggil gue itu jangan pakek 'Tu' tapi pakek nama lengkap gue aja, 'Ratu'!"
"Sorry, udah kebiasaan."
Raju segera menyimpan ponselnya saat kedua manusia itu tiba. "Udah, udah! Gue laper nih," tegur cowok itu yang langsung mendapatkan anggukan dari mereka semua.
***
Seusai dari kantin dan mendengar obrolan banyak hal dari Ratu dan yang lainnya, Rahmi kemudian berjalan sendiri menuju kelas. Hidupnya saat ini benar-benar membosankan. Hatinya juga sangat hampa. Dulu, sebelum Gara pindah ke SMA Nusantara ini dan satu kelas dengannya, Rahmi tidak masalah tentang hidup yang membosankan. Bahkan ia tidak peduli dengan hatinya yang kosong melompong ini.
Belum lama ini, Mirna berkata kepadanya satu hal.
"Mi, kisah cinta pertama Lo udah berakhir. Sekarang waktunya nyari cinta baru. Cinta yang berbeda dari sebelumnya."
Haha, mana mungkin semudah itu.
Tapi bisa saja, 'kan?
Tak ada yang mustahil sih. Namun, ia belum bisa sepenuhnya melupakan Gara. Seolah-olah dunianya itu memang berputar untuk Gara.
Huft, Gara lagi, Gara lagi!!!
Jika terus begini, sampai kapanpun ia tidak akan pernah bisa melupakan Gara.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time [END]
Teen FictionTak terhitung berapa lama Rahmi menghabiskan waktu hanya untuk mengagumi sosok Gara. Walaupun setelah tahu kalau teman masa kecilnya tersebut telah mempunyai kekasih. Sakit? Tentu saja. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari patah hati untuk pertama...