Epilog

100 24 91
                                    

2 Bulan kemudian.

Acara perpisahan kelas 12 sudah selesai lima menit yang lalu. Masing-masing sibuk dengan kegiatannya. Puja asik berfoto dengan teman-teman teaternya di atas panggung. Penampilan barusan sungguh menakjubkan dan menyentuh. Rahmi sempat menitikkan air matanya, tetapi ya hanya setetes saja. Puja memang sangat berbakat akting.

Mirna dan Zilla terlihat lebih sibuk dari Puja. Mereka berdua asik memperbaiki make-up yang sudah sedikit berantakan. Mungkin karena sudah hampir setengah hari mereka di sekolah.

Sebentar lagi, sekolah ini hanya akan menjadi kenangan untuk mereka. Sedih, senang, kecewa, luka, bahagia semuanya ada di sini. Pelengkap masa remaja yang tak akan pernah terulang lagi. Dan mulai kedepannya, kehidupan yang sebenarnya akan dimulai. Juga, akan banyak masalah yamg bermunculan nantinya. Mereka harus siap menghadapi semua itu.

Melepaskan masa remaja memang susah. Rahmi harap apapun yang terjadi kedepannya, semoga dia dan teman-temannya akan bisa bertahan. Bertahan melawan arus hidup yang tak bisa dianggap mudah ini.

"Kak Rahmi."

Ratu terlihat begitu manis di depan sana. Gadis itu sedikit berlari menuju tempat Rahmi berdiri sekarang. "Foto yuk!"

"Gue ikut." Suara Raju terdengar dari belakang. Rahmi tersenyum kecil dan mengangguk mantap.

"Kita juga dong. Gak adil banget." Muncul Arman dan Gara dengan wajah sok tak terima itu.

"Terus siapa yang foto kalau rame-rame begini?" komen Ratu kesal. Gadis itu berpakaian berbeda sendiri diantara mereka semua. Toh, dia masih kelas 11. Jadi, tentu saja berbeda. Sementara Rahmi dan yang lainnya memakai seragam batik yang dirancang hanya untuk acara ini.

"Dirga, sini dulu!" panggil Gara saat melihat Dirga lewat di depannya. "Bantu fotoin kita-kita dong."

Tanpa banyak menolak, Dirga langsung mengambil ponsel Gara yang sudah disodorkan sang empunya. Dan tak lama setelah itu, ia sudah siap mengambil foto kelima orang tersebut. Ratu cepat-cepat bergaya, begitupun dengan Arman yang tak mau kalah.

"Serius dikit bisa gak sih kalian? Kalem!" tegur Raju yang tidak mendapatkan bantahan apa-apa dari Arman dan juga Ratu. Kalau Raju sudah angkat suara seperti ini, mereka tentu saja takut.

Setelah rapi, Dirga segera menjepret beberapa foto. Tak lupa juga ia sedikit mengarahkan gaya agar tidak monoton.

"Gila, hasilnya bagus. Jago ngambil foto juga Lo, bro!" puji Arman antusias.

"Lumayan lah."

"Rahmi," panggil seseorang mengalihkan atensi keenam orang yang sedang asik membicarakan foto mereka. "Ada yang mau gue omongin."

Dia Syawal. Laki-laki yang katanya sudah menyukai Rahmi semenjak kelas 11.

Rahmi mendekat, sepertinya dia sudah tahu kearah mana Syawal akan berbicara. Terlihat dari mata yang menyiratkan kegelisahan. Laki-laki itu jelas sangat gugup.

Yang lain hanya menonton karena belum tahu pasti apa yang akan terjadi.

"Gue suka sama Lo."

Bukannya Rahmi yang terkejut, melainkan penonton tak dibayar di belakang sana. Gara, Dirga, Raju, Ratu dan juga Arman menampilkan wajah cengo. Di hari kelulusan seperti ini?

"Gue udah tau dari Puja," jawab Rahmi membuat wajah Syawal seolah-olah bertanya banyak hal. "Makasih atas perasaannya. Tapi gue nggak bisa nerima Lo sebagai seorang yang spesial. Gue nggak begitu kenal sama Lo, terlebih hati gue masih ke orang yang sama sampai saat ini. Jadi maaf, Syawal, dan terimakasih juga."

Gara yang mendengar itu hanya terdiam. Menundukkan kepalanya, merasa tidak enak atas apa yang terjadi. Sehingga, sebuah tepukan pada bahu membuat laki-laki itu menoleh.

"Rahmi lagi dalam tahap move-on, tunggu aja. Dia bakal segera lupain Lo," bisik Dirga kemudian.

***

Flashback malam itu.

Rahmi mengambil ponselnya. Mencari nomor Zilla dan menekan tombol telepon. Tanpa lama menunggu, panggilan diterima dan langsung disambut dengan suara Zilla yang antusias. "Akhirnya Lo telepon!"

"Nggak usah basa-basi, Zill. Siapa dia?"

Terdengar suara helaan napas dari seberang sana. "Sabar dikit, Mi." Azilla tampak sengaja membuat Rahmi kesal. "Kalau Lo udah tau orangnya, pura-pura gak tau aja di depannya sih. Gue rasa dia gak mau Lo tau itu."

"Lah?"

"Janji atau gue gak mau kasih tau Lo!" ancam Zilla membuat Rahmi menghela napas pasrah.

"Oke. Janji deh."

"Yang ikhlas!"

"Iya, iya! Janji!"

"Secret admirer Lo selama ini itu...." Gadis itu tampak sengaja mengulur waktu. Membuat Rahmi merasakan jantungnya berpacu kencang. Penasaran siapa orang misterius tersebut. "Dirga Abimanyu."

About Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang