20. Permintaan Maaf

62 40 77
                                    

"Setelah sekian lama. Kalian balik cuma buat minta maaf?" sarkas Raju sembari menatap Santi dan Suaminya yang  hanya terdiam bisu. Sesekali, wanita paruh baya itu mengelap air matanya dengan sapu tangan berwarna coklat tua miliknya.

"Raju! Jangan begitu sama orang tua!" geram Martunis tak habis pikir dengan kelakuan Raju anaknya yang tidak memiliki sopan santun itu.

Hari ini, keempat keluarga berkumpul di rumah Raju. Semalam, Santi memberitahu kepada semua anggota keluarga, kecuali Adyar untuk berkumpul, karena ia berniat meminta maaf atas kejadian yang terjadi tujuh tahun yang lalu.

Rahmi tidak banyak bicara sedari tadi. Ia hanya menonton orang dewasa dan juga Raju yang sedang memanas di depannya.

"Minta maaf setelah bertahun-tahun. Sampah banget!"

Tidak ada yang bersuara lagi. Masing-masing sadar diri atas apa yang terjadi. Begitupun orang tua Rahmi. Mereka sadar, kesalahan mereka selama ini hanya diam. Diam menonton teman-temannya perlahan menjauh dan pergi.

Raju mengambil kunci motornya yang berada di atas meja. Dengan sigap, laki-laki itu pergi keluar rumah. Ia benar-benar sudah muak. Memaafkan? Segampang itu? Tentu saja tidak! Ia tidak akan memaafkan kelakuan mereka semua.

Sementara di dalam. Semuanya menghela napas. Antara pasrah dan rasa bersalah yang semakin lama semakin tumbuh. Martunis menatap wajah Fuadi--Ayahnya Gara--sahabatnya. "Semuanya sudah berlalu. Dan aku pribadi sudah bisa memaafkan apa yang terjadi dahulu, begitupun dengan Mita. Kami juga memaklumi kondisi kalian waktu itu, apalagi kondisi Adyar," jelas Martunis yang diikuti anggukan dari Mita--Istrinya.

"Tapi, Raju masih belum bisa maafin kalian," lanjut Mita.

Gara kemudian bangkit, membuat semua pasang mata menatap laki-laki muda bertubuh jangkung itu dengan raut penuh pertanyaan. "Mau kemana Kamu?" tanya Santi sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Nyusul Raju," jawab Gara santai, sembari melangkahkan kakinya menuju keluar rumah. Namun, belum sempat laki-laki itu resmi keluar, suara Santi membuat langkahnya terhenti.

"Kalau mau berantem kayak kemarin lagi mending jangan! Mama nggak suka!"

Gara menghela napas panjang. "Ma, kalau kayak gitu, masalah ini gak bakal selesai. Aku mau ketemu Raju bukan mau berantem. Tapi mau minta maaf atas kelakuan sampah kita waktu itu," sarkas Gara sebelum akhirnya resmi keluar. Dan diikuti Rahmi yang akhirnya juga berdiri, hendak menyusul Gara.

"Mi?" tanya Surya saat melihat Rahmi juga ikutan berdiri.

"Rahmi juga ikut."

***

Universe kafe, merupakan satu-satunya tempat yang membuat Raju tenang dari gangguan-gangguan di luar sana. Entahlah, kafe ini begitu tenang. Walau banyak sekali pengunjung, tidak membuat suara-suara ricuh itu terdengar di telinganya. Mungkin, karena sekarang ia berada di roftoop kafe. Tempat yang hanya bisa digunakan oleh anggota geng Universe. Walaupun Raju bukan anggota, ia menjadi pengecualian. Karena ia merupakan pelanggan setia--kata Avres, ketua Universe.

"Galau lo?" tanya Dirga yang membuat Raju sedikit kaget dan kembali dari lamunannya.

"Biasa aja sih."

Dirga mengangguk pelan, lalu menepuk pundak Raju sedikit kasar. "Apapun masalahnya, jangan bunuh diri, Bro! Hidup gak semurahan itu." Setelah mengucapkan kalimat tak menyenangkan tersebut, Dirga pergi meninggalkan Raju yang bergumam tertahan. Dirga sialan!

Getaran terdengar. Raju mendelik, ia kemudian mengambil handphonenya. Namun, ternyata suara panggilan itu berasal dari ponsel Dirga.

"Angkat woi! Ganggu tau nggak!"

About Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang