sayap

32 5 0
                                    


"Ra? Kenapa ga ke kantin? Aku tungguin dari tadi." Riki menghampiri Dyra yang sedang duduk bersandar ke jendela ditumpu oleh boneka boba milik temannya.

Dyra hanya menggeleng sebagai jawaban.

Riki langsung mengambil posisi disamping Dyra lalu menarik kepala Dyra agar bersandar di pundaknya.

Dirasa ada yang tidak beres, Riki menepuk-nepuk pelan pipi Dyra.

"Kamu kenapa sih, hm? Laper? Mau aku beliin apa?"

"Perut aku sakit, Ki."

Riki membulatkan bibirnya, "o-ohh, datang bulan ya."

Dyra hanya mengangguk lemah seraya merintih, memang sudah sering ia merasa kesakitan saat datang bulan.

"Aduh gimana dong? Aku harus apa? Mau peluk?"

"Ngga, ini di sekolah ya jangan macem-macem deh."

Riki tersenyum jahil. "Satu macem kok, Ra."

"Ck, tolong beliin pembalut aja ya."

"Yaudah iya. Tunggu bentar, mau apa lagi?"

Dyra tersenyum tipis. "Kiran*i nya dua ya, sama pudding coklat kesukaan aku."

"Oke, ke UKS aja ya? Biar tiduran disana."

"Iya."

Selang beberapa menit...

Dyra:
Riki
Pembalutnya yang sayap ya

Riki:
hah?
kan kamu biasa beli yang 25cm, kenapa sekarang mau ada sayapnya?
Beli dimana

Dyra:
Beli di minimarket lah Riki, dimana lagi.

Riki:
loh? loh?
yaudah deh.

Riki memasukkan ponselnya kedalam saku celana lalu masuk kedalam minimarket.

Ia bergumam, "ah bisa tanya ke si mbak-nya nanti."

Dengan percaya diri dan tidak gengsi, Riki berjalan ke jajaran pembalut, berbagai merk dan jenis tertata rapi disana.

"Masa pembalut ada sayapnya, bidadari kali ah."

Riki menoleh kesana-kemari, lalu mengangkat tangan kepada salah satu karyawan disana.

"Mbak saya mau tanya."

"Oh iya boleh."

"Ini..." Riki menggantung ucapannya sembari menunjuk ke arah pembalut-pembalut itu.

"...pembalut bersayap dimana ya?"

Karyawan perempuan itu tersenyum kikuk lalu mengambil satu pack pembalut yang 'ada sayapnya'.

"Ini, kak, pembalut bersayap." Ujar karyawan itu seraya menahan tawanya.

Riki lantas mengangguk lalu berterimakasih.

"Sialan, diketawain gue. Semua ini gara-gara lu, pembalut bersayap."

Selesai membayar belanjaannya, Riki langsung bergegas ke sekolah, jarak dari minimarket ke sekolah memang tak jauh, karna minimarket tersebut berada disamping sekolahan.

Saat masuk kedalam UKS, Riki melihat Dyra yang meringkuk di sana sembari memejamkan matanya.

"Dyra, hey." Riki mengelus pelan surai Dyra.

"Hm? Mana sini pembalutnya."

"Nih."

Riki memajukan bibirnya, "aku hampir diketawain si mbak-nya tau."

"Kenapa emang?"

"Gara-gara aku bilang 'pembalut bersayap'."

Tawa Dyra meledak seketika, ini memang pertama kalinya ia menyuruh Riki membelikan pembalut yang ada sayapnya. Jadi wajar jika Riki tidak tau.

"Ish kok ketawa."

Dyra mengusap air matanya, lalu tersenyum, "kamu kok polos banget sih? Maksudnya ada sayapnya tuh si bagian pembalutnya agak beda. Bukannya bersayap."

"Ya aku mana tau, Ra."

"Iya-iya, makasih banyak ya, Riki emang terbaik."

Senyum Riki merekah, ia memajukan badannya.

"Kalau gitu...mau sun dong."

Dyra baru saja hendak mengecup pipi sang pacar, namun gebrakan pintu membuat kedua sejoli itu berjengit kaget.

"LO KAMPRET YA, ADEK GUE DIAJARIN YANG ENGGAK-ENGGAK!"




























...

Tbc


Riki as My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang