bolos

8 2 0
                                    


"Maaf sekali lagi buat kak Dyra, kak Riki, sama...Zheya."

"Iya, gapapa."

"Kalau gitu kita duluan ya kak."

Dyra menggangguk seraya menepuk pundak mereka bertiga--yang tadi membully Zheya di dalam kamar mandi.

"Jangan pernah diulangi lagi ya, harus kapok loh dikasih skors segitu."

Setelah melaporkannya kepada BK, mereka bertiga diberi hukuman skors selama satu minggu dikarenakan sudah membuat siswi tak berdaya seperti Zheya terluka, meski tidak secara fisik.

"Iya siap kak." Lalu mereka berjalan pergi meninggalkan Riki, Dyra dan Zheya.

"Lo mau di UKS aja apa mau ke kelas?" Tanya Riki kepada Zheya.

"Aku mau ke kelas aja kak."

"Beneran? Udah baikan?" Dyra merangkul Zheya.

"Udah kak, makasih banyak ya."

"Mau dianter?"

Zheya terkekeh, "ngga perlu kak, aku bisa sendiri."

"Bener ya?"

"Iya."

Dyra menghela nafasnya, "yaudah deh cepet sembuh ya."

"Makasih kak, sekali lagi."

Riki menggandeng tangan Dyra sembari berjalan belok ke tikungan koridor kelas dua belas.

"Laper banget ih Ra, bolos yuk?" Riki memelas.

"Apa-apaan, ngga ya, kita udah kelas 12 Riki. Ga bisa bolos-bolosan lagi."

Riki berdecak. "Justru itu Ra."

"Karena kita udah kelas 12, nikmatin masa-masa itu, bolos buat terakhir kali gapapa ya, kan?"

Dyra mendelik. "Hm? Not bad sih."

"Yaudah yuk!"

"Yuk kemana?"

"Bolos kan?"

"Katanya kamu laper, makan aja di rooftop."

Riki mengangguk lemah, sedikit kecewa karena tidak jadi bolos.

"Yaudah ayok."

Dan akhirnya mereka berdua membeli makanan di kantin, dengan cepat mereka berlari ke rooftop sembari tertawa ria.

Ternyata tidak seburuk yang Dyra fikir.

"Seru kan bolos?"

Dyra memukul pelan pundak Riki. "Seru apanya sih? Nanti kalau dipanggil ke BK gimana Rikiiii?" Ujar Dyra gemas.

"Santai aja sayang, nanti aku yang bilang kok."

"Ck, iya aja deh."

Riki menyodorkan satu sandwich yang tadi ia beli di kantin, Dyra pun menerimanya dengan senang hati.

"Katanya kenyang." Cibir Riki.

"Ya lapar lagi?"

Riki terkekeh lalu membukakan bungkus sandwich itu, "inget ga Ra?"

"Apa?"

"Yang kamu ngomelin aku disini terus nangis."

Dyra tersenyum ketika sudah mengingat momen itu.

"Abisnya aku kesel, kamu malem-malem main terus hampir aja mabuk kalau Taki ga cepu ke aku. Terus, kamu juga dimarahin mami ga mempan."

Sifat Riki saat dahulu, lebih tepatnya dua tahun lalu saat dirinya dan juga Dyra masih menjalin hubungan pacaran selama dua bulan. Riki hanyalah remaja yang haus akan kebebasan.

Memang, saat itu ia dan keluarganya tengah dilanda permasalahan yang membuat Riki tertekan. Menjadi anak bungsu tidak semudah kelihatannya. Ia banyak menyimak pembicaraan yang seharusnya tidak ia dengar.

Maka dari itu Riki menjadi remaja yang pembangkang, keras kepala, hobi keluar malam, merokok, balapan, bahkan pernah masuk kedalam geng motor terkenal di kota ini.

Tetapi sifat tidak baiknya ia tinggalkan semenjak mengenal Dyra. Bukannya ia tidak menganggap sang mami dan keluarganya untuk alasan ia berubah.

Namun percayalah, jika ada seseorang yang membuatmu tersihir oleh sesuatu yang ia miliki, seseorang itu akan dengan mudah mengubah dirimu.

Contohnya Riki, ia sangat bersyukur bertemu dengan sosok bernama Adyra Kanaya. Mengubah diri sendiri tanpa motivasi tentu sangat sulit, berbeda ketika Riki sudah mengenal Dyra.

"Aku yakin dulu kamu udah pengen banget marah-marah, tapi kamu cuma ngedumel abis itu nangis."

Dyra mengangguk. "Aku kalau saking keselnya pasti nangis, apa ya? Ga bisa mengutarakan apa yang bikin aku kesel gitu loh."

"Hm faham kok."

"Ra."

"Apa?"

Riki menyandarkan kepalanya pada pundak Dyra.

"Sama aku terus ya, Ra?"

"Iya lah, sama siapa lagi?"

Pertanyaan random dari Riki membuat Dyra terkekeh kecil. "Apa sih yang kamu fikirin?"

"Takut aja gitu."

"Cowok kok penakut." Cibir Dyra membuat Riki merengek.

"Nanti kuliah jangan jauh-jauh! Sama aku aja, harus satu kota, satu kampus, ya?"

Dyra mengangguk, "iyaaaa Riki. Emangnya kamu mau ambil jurusan apa?"

"Ga tau juga sih, apa ya?"

"Fikirin bener-bener, kamu maunya apa."

"Iyaaa, Ra. Kamu pasti mau jadi dokter."

Dyra tersenyum lebar, "iya doain ya!"

Riki mengecup punggung tangan Dyra, "pasti sayang."

































...

Tbc

Riki as My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang