babu

11 3 0
                                    


"Sumpah ya, Ra, otak gue tuh udah penuh sama si Park jongseong! Gue ga bisa ngerjain ini semua..." Della merengek sembari membanting beberapa buku dihadapan mereka menimbulkan suara nyaring.

"Woi kalem dong, nenek lampir!" Seru Daniel dari pojok kelas.

Della mendelik, "berisik lo ya kudanil."

"Lo yang berisik dasar babu Yudha."

"Mulut lo mau gue cabut paksa apa gimana sih, Niel?"

Daniel mengangkat tangannya, membentuk peace.

"Ya maaf."

Dyra menarik Della untuk duduk ditempat semula. "Udah-udah ah."

"Heran, demen amat cari gara-gara."

"Ini dikerjain Della." Dyra membereskan kembali buku-buku yang berserakan itu.

"Gangerti gue Ra, sumpah."

Dyra terkekeh lalu mulai mengambil pensil, mencoba mengerjakan sebisanya. "Lo belom fahamin, ya ngga ngerti lah, dasar."

"Ck, bodo amat."

"Sini gue ajarin makannya, buruan!"

30 menit kemudian...

"GINI MAH GUE JUGA BISA, RA!"

Dyra mengangguk, "gampang kan?"

"Banget!"

"Makannya jangan ngomong gangerti dulu Del."

Della menyengir lebar, "ehehe iya-iya."

Tak lama kemudian bel istirahat terdengar, Della buru-buru keluar kelas untuk menghampiri Yudha yang sudah menunggunya. Sedangkan Dyra beres-beres terlebih dahulu sebelum Riki menghampirinya.

Riki berjalan gontai menghampiri Dyra, tentu saja Dyra terheran-heran dibuatnya.

"Kamu kenapa?"

Tangan Riki mengacak-acak rambutnya sembari meringis. "Panas banget otak aku Ra. Ga tahan."

"Abis ngapain?"

"Latihan soal, mana cuma dikasih waktu sepuluh menit buat tiga puluh soal, nyebelin." Gerutu Riki.

Dyra menahan senyumnya, tangannya terulur untuk mengelus pipi tirus Riki.

"Kasihan banget, makan dulu yuk? Biar adem lagi otaknya."

Riki mengangguk lemah, ia langsung merangkul Dyra--kebiasaan. Lalu menaruh kepalanya pada pundak Dyra yang tingginya dibawah Riki.

"Mau makan apa?" Tanya Dyra.

"Apa aja, ikut kamu."

"Aku pengen bakso kayak biasa, kamu?"

"Iyaaa aku ngikut Ra."

"Oke."

Baru saja Dyra akan berjalan ke Stan penjual bakso, Riki langsung menariknya ke pojok kantin, tempat biasa bagi para sepasang kekasih. Tempat yang jauh dari kerumunan, agar bisa leluasa bermesraan.

Tampak di ujung meja ada Della dan juga Yudha yang saling berebut minuman.

"Ini punya gue ya, jangan ngaku-ngaku lu." Yudha menarik ujung rambut Della.

"APA SIH ORANG GUE YANG BELI!"

"TAPI PAKE DUIT GUE."

"Lo mah gitu, Yud. Ga ikhlas-an amat sama pacar sendiri."

Yudha yang tengah memasang wajah kesal langsung tersenyum lebar sembari memeluk Della gemas.

"Iya-iya maaf, bercanda doang kok ayang."

Riki langsung berakting seperti ingin muntah, "geli banget anjir." Cibir Riki.

Dyra duduk disamping Riki, "beli lagi sih, nih Del beli minum baru aja, sama tolong beliin gue sama Riki bakso."

Yudha tertawa, "minta tolong berkedok ngebabu-in."

"Sembarangan."

Della mendelik. "Udah mending gue ngebabu dari pada minum minuman lu yang ga ikhlas lu kasih, bye bitch!"

"Ini duitnya, Del." Riki menyodorkan uang seratus ribu.

"Gini dong, Yud, jadi pacar tuh jangan perhitungan." Cerca Della.

Yudha mendelik, "gue belom berak keluar berlian ya."

"Terserah."

Riki melirik Dyra yang tengah memainkan ponselnya sembari terkekeh.

"Kenapa sih senyum-senyum?"

Dyra mematikan ponselnya, "abis liat meme di twt."

"Ohh."

"Panas ga?"

Dyra mengangguk. "Banget ih."

"Eh, mau kemana!"

Riki tiba-tiba saja berdiri dan langsung meninggalkan Dyra. Ternyata Riki berlalu untuk menyalakan kipas angin yang ada di dekat mereka.

"Tuh, si bulol punya lo, Ra."

Dyra terkekeh menanggapi omongan Yudha.

"Iya."

Senyuman Dyra merekah kala melihat Delia yang sudah sampai membawa bakso juga minuman mereka.

"Mana si Riki?"

Dyra menunjuk Riki menggunakan dagunya.

"Tuh."

Delia berdecak, "dasar bulol."

Yudha mengangkat tangannya, ingin ber-tos ria bersama Delia tetapi Delia  melengos.

"Ah lu mah ga seru."

































Jujur agak sedikit kurang ngerasa feel nya wkwkwk. So sorry.

Riki as My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang