"Kemoterapi? Dokter, tapi bukannya anak saya masih stadium awal?"Dokter Anisa mengangguk faham, beliau mencoba menjelaskannya perlahan sekali lagi.
"Tapi pak, untuk menghilangkan kankernya itu perlu kemoterapi dan minum obat dengan rutin."
"Bukan hanya itu, pola hidup yang sehat, makanan bernutrisi, dan mental pun harus selalu dijaga. Jangan lupa untuk memberikan dukungan yang penuh kepada pasien."
Juna memijat pelipisnya, ia menghembuskan nafas. "Cita-cita anak saya tinggi, dok."
Dokter Anisa tersenyum memaklumi. "Maka dari itu, saran saya lakukan kemo-nya, agar Dyra bisa menyelesaikan kuliahnya dengan baik."
"Saya coba bicara nanti."
...
"Kangen." Dyra menatap Riki di sebrang sana melalui layar ponselnya, Riki yang tengah fokus mengerjakan tugasnya terkekeh mendengar ucapan Dyra.
"Baru seminggu." Balas Riki.
"Oh? Baru, ya?" Nada suara Dyra terdengar kecewa.
Riki terkekeh, "nanti malam aku ke rumah, kamu udah minum obat, sayang?"
Dyra mengangguk antusias, ia selalu meminum obatnya tepat waktu.
"Udah dong!"
"Pinter banget sih sayangku, nanti mau dibawain?" Tanya Riki.
"Aku pengen dimsum sih, sama roti bakar nutella."
Riki mengacungkan jempolnya, "siap tuan putri! Tunggu yaa."
"Okayyy!" Seru Dyra.
Seminggu tak bertemu dengan Riki sangat membuat Dyra kehilangan, seolah ada bagian yang hilang dalam hidupnya. Namun ia juga tidak boleh egois, karena Riki tengah sibuk mengerjakan tugas sekaligus menjalankan bisnis baru-nya.
"Dek!"
Tok tok tok!
Dyra menoleh, "masuk."
Pintu terbuka, terlihat kepala Jayen menyembul masuk kedalam kamar. "Udah minum obat?"
"Udah Abang.."
Jayen mengangguk, ia mengacungkan jempolnya, "bagus!"
Memang setiap ada di rumah, Jayen selalu menanyakan dirinya sudah meminum obat atau belum. Bagi Jayen, kesehatan Dyra saat ini lebih penting dari apapun, jika ia bisa merubah nasib, maka ia akan menukar dirinya dengan Dyra, memindahkan penyakit ganas itu kedalam tubuhnya, agar adik cantiknya tidak sakit lagi.
Beberapa jam kemudian, Dyra baru saja menyelesaikan membaca materi untuk besok. Terdengar suara notifikasi dari aplikasi chatting membuatnya membuka ponsel.
Riki:
Ra, maaf banget aku gak bisa ke rumah, aku ada urusan sebentar, maaf ya.Dyra menghembuskan nafas, kecewa. Tapi, mau bagaimana lagi?
Dyra:
oh iya, okay.Entah lah urusan apa yang sedang Riki kerjakan. Ia merasa, Riki sedikit berbeda dengan Riki yang ia kenal sedari dulu. Mungkin hanya perasaan nya saja, tapi perasaan perempuan tidak akan pernah salah, bukan?
"Paling bisnis." Ucap Dyra, mencoba tetap berfikir positif.
Dyra turun kebawah lalu melihat Jayen sedang menonton film di tv, ia duduk di sebelah abangnya itu.
"Bang, mau jajan."
Jayen mengerutkan alisnya, "jajan apaan?"
"Mie ayam sama roti bakar nutella, BM banget."
"Ohh, ayok, gue pesenin dulu."
"Yeay! Makasih Abang ganteng!" Dyra memeluk abangnya senang.
...
Tring!
Dyra melirik ponselnya, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun ia belum juga mengantuk karena masih ingin menonton film.
"Akun siapa ini?" Gumam Dyra saat melihat DM di Instagram nya dengan akun yang tidak ia ketahui.
Javier_21
Ra?
Maaf cuman mau kasih info
Send pictureDahi Dyra semakin berkerut saat melihat seseorang yang begitu ia kenali dengan baik tengah duduk bersama seorang perempuan berpakaian minim, terlihat jika mereka sedang mengobrol. Sepertinya lokasinya ada di sebuah cafe, namun mengapa lampunya sangat redup?
"Ini urusan yang kamu maksud, Riki?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Riki as My Boyfriend
RandomKata-kata andalan seorang Riki, untuk pacarnya, "Makasih banyak-banyak buat Dyra." Terimakasih, atas datangnya Dyra pada kehidupan seorang Riki Aryasepta.