kondisi

14 2 0
                                    


"Makasih Yud, Del, kalian pulang aja biar gue disini." Ujar Dyra pada Della dan Yudha yang sedari tadi menemaninya.

"Masa gue ninggalin lo sendirian sih, Ra." Della merasa tak enak.

Dyra tersenyum kecil, "gapapa kok. Udah sana, besok lo ada kelas balet kan, Del?"

"Bener nih gapapa?" Yudha yang merasa kasihan pun ikut bertanya untuk memastikan.

"Iya bener."

Della menghela nafasnya, "yaudah deh, kalau laper langsung beli makan ya lo."

"Iya-iya."

"Duluan, Ra."

Dyra hanya mengangguk lalu menutup pintu ruang rawat Riki. Ia sendirian menunggu Riki yang masih tertidur, sedangkan mami Herin dan juga papi Dicky--papi Riki, ia suruh untuk pulang.

"Ra."

Suara Riki yang terdengar lirih dan tercekat itu langsung mengalihkan perhatian Dyra.

"Hm? Iya, kenapa? Ada yang sakit?" Dyra mengelus rambut Riki sembari tersenyum lembut.

"Ra, maaf."

"Kenapa minta maaf?"

Riki berusaha untuk bangun namun langsung ditahan oleh Dyra.

"Shuttt, diem jangan bangun dulu. Ga usah minta maaf, yang penting kamu sekarang udah siuman, ya?"

Rasa penyesalan langsung menyeruak, Riki sadar dirinya sangat salah.

"A-aku mau jelasin."

"Iya tapi nanti dulu, kamu minum dulu nih."

Setelah minum dua teguk, Riki memegang tangan Dyra, "mau naikkin ininya sedikit."

Dyra mengangguk mengerti lalu menaikkan sedikit sandaran brankar.

"Mami kesini?"

"Iya tapi aku suruh pulang, kasihan kayaknya mami banyak kerjaan, papi juga."

Riki hanya mengangguk menanggapinya.

"Terus kamu kenapa ga pulang?"

"Aku ninggalin kamu sendirian disini gitu?"

"Iya...gapapa kok aw--"

"Tuh kan! Jangan banyak gerak, udah diem aja." Omel Dyra, Riki hanya bisa diam menutup mulutnya rapat-rapat.

"Kamu gimana bisa gini sih? Udah dibilang jangan ngebut, ga denger apa kata mami?"

"Ya maaf."

Dyra mengelus pergelangan tangan Riki yang tidak diberi gips, "laper?"

Riki menggeleng.

"Yaudah tidur ya."

"Kamu disini kan?"

"Iya aku disini, Riki. Udah sana tiduran."

Riki langsung menyamankan posisinya lalu melirik Dyra yang tengah bersiap untuk tidur di sofa.

"Disini aja tidurnya." Riki menepuk-nepuk brankarnya.

"Enak aja, mau di gantung kamu sama bang Jayen?"

Dyra menepuk dahinya setelah mengingat sesuatu. "Lupa kabarin bang Jayen." Ringisnya.

Riki terkekeh, "hayoloh dimarahin."

"Aduh takut nih."

Dyra menelfon Jayen, di dering pertama tidak diangkat, namun saat kedua kalinya mulai terdengar suara di ujung sana.

"Kenapa Ra?"

"Maaf bang, ga ngabarin dulu, aku di rumah sakit jagain Riki, kecelakaan dia."

"Ohh iya-iya, tadi Yudha udah sempet kasih tau abang. Syukurlah, lagian abang belum pulang."

"Oh gitu."

"Jangan macem-macem ya, tidur di sofa jangan ditempat yang sama kayak Riki. Udah ya, Abang masih ada tugas, lo jangan lupa makan."

"Iyaaa Abang juga."

Dan telfon dimatikan sepihak oleh Jayen, Dyra menatap Riki yang sudah tertidur, mungkin karena mengantuk. Jam juga sudah menunjukkan pukul 23.30, untung saja sudah libur sekolah, jadi Dyra tidak perlu repot-repot menyiapkan keperluannya besok.



































...

Tbc

Riki as My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang