"Mi, Dyra mana?" Tanya Riki kepada sang mami yang tengah membereskan bekas makannya."Ngga tau, ga bilang mau kesini tuh."
Riki cemberut.
"Gimana sih mami. Harusnya paksa Dyra supaya kesini."
"Kamu nih! Kasihan tuh Dyra sampe kurang tidur gara-gara jagain kamu."
"Ya...kan akunya mau sama Dyra."
Mami Herin menggelengkan kepalanya. "Nanti abang sama mbak mau kesini, kamu jangan banyak berulah ya." Sang mami mewanti-wanti.
Karena kemarin hampir saja Riki membuka infusan dikarenakan tersangkut pada gelas yang Riki pegang.
Dan kemarinnya lagi, Riki mengetuk-ngetuk gips yang dipakainya karena penasaran bagaimana rasanya. Untung saja dokter yang menanganinya sabar dan baik hati.
"Ish kok abang sama mbak sih, Riki maunya sama Dyra, mamiiii." Rengek Riki seperti anak kecil.
"Iya nanti Dyra kesini kali? Kamu chat aja Dyra-nya."
Riki mendelik, "ya gimana mau chat sih, mi? Ga liat tangan aku kenapa?"
Mami Herin hanya menoleh sekilas, "oh di balut rupanya. Yaudah telfon aja sana."
"Mana hp!"
"Itu di meja."
Riki mengambil ponsel miliknya lalu memencet tombol telfon, ia menelfon Dyra.
"Dyra."
"Iya kenapa?"
"Kok ga kesini, kangen tau."
"Bentar ya di rumah lagi ada ayah."
"Ayah pulang?"
"Iya katanya dua mingguan disini, nanti aku kesana ya."
"Buruannn~" rengek Riki. Ini benar-benar bukan Riki.
"Ahahaha iya Riki. Udah ya, aku mau bantu abang masak dulu."
"Oke."
"Bye bye."
Riki tersenyum kecil lalu menaruh ponselnya lagi pada meja, mami Herin yang melihat itu hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.
"Gimana? Mau kesini?"
"Mau dong, Dyra kan sayang sama Riki."
"Iya saking sayangnya dia mau maafin kamu padahal kata mami sih, kamu bandel."
Riki memajukan bibirnya, "jangan ungkit-ungkit terus ah bikin males."
"MAMI! ESA DATANG~"
Riki menaikkan selimutnya menghindari sang kakak yang baru saja datang. Ia dan kedua kakaknya tinggal terpisah, kakak pertamanya yaitu Hersa Abimana sudah bekerja di perusahaan miliknya sendiri, sedangkan kakak keduanya yaitu Joanna Kelly berprofesi sebagai model.
"Mbak bawa makanan nih, Riki tidur mi?"
"Ngga, ngumpet dia."
Riki berdecak, "mami nih."
"Lo ngapain sih, cil. Pake selingkuh segala terus kecelakaan lagi, kalau gue jadi si Dyra sih langsung gue ketawain lu." Cibir abangnya panjang lebar.
Sedangkan Joa terkekeh. "Tau nih, mbak kira lo kenapa gitu taunya cuma pake gips."
"Cuma?"
"Ya harusnya kasih karma yang berat buat cowok doyan selingkuh."
Riki menggeram kesal. "Gue ga selingkuh, astaga."
"Iya lu ga selingkuh tapi main dibelakang, dah ah mami pulang aja biar ni bocah bandel kita yang urus."
Mami Herin tersenyum lalu mengambil tasnya, "iya deh, mami pulang dulu ya Riki. Nanti Dyra juga mau kesini katanya bang."
"Oalah diurus pacarnya ternyata."
Riki mendelik, "kenapa? Iri?"
"Dih ogah iri sama lu."
Joa melempar satu buah pir kepada Hersa. "Kupasin, Sa, pengen banget."
"Bunting ya?"
Riki tertawa, "mulut lo, bang. Sialan banget emang."
"Bibir lo noh bunting!"
...
"Permisi, Riki--eh? Abang sama mbak kapan sampai disini?" Dyra menghampiri Joa lalu memeluknya sekilas.
"Tadi sekitar jam satu sih, apa kabar Dyra?"
"Baik, mbak. Abang sama mbak gimana kabarnya?"
Hersa tersenyum menggoda, "baik banget kok apalagi kalau ngeliat elo, Ra."
"CEWEK GUE YA ITU KAMPRET."
Dyra terkekeh lalu menghampiri Riki sembari memberikan paper bag berisikan makanan.
"Apa ini?"
"Makan, buatan bang Jayen sama aku."
Riki membukanya lalu tersenyum lebar, "wah makasih banyak, suapin dong..."
Hersa memutar bola matanya, "siipin ding..."
Joa menepuk pundak Hersa. "Lo tuh ya ganggu mulu orang pacaran."
"Biarin kali, ntar si Dyra takutnya di apa-apain, adek lo tuh mbak, beringas."
Riki mendelik. "Berisik banget, bang, jangan malu-maluin disini ada calon mantu mami."
Joa tertawa. "Lah emang Dyra mau kawin sama anakan macan kayak lo?"
"Nikah, mbak, nikah." Koreksi Hersa.
"Oh iya nikah."
Dyra terkekeh, "mau-mau aja asal Riki mau nunggu sampai aku kuliah terus dapat kerja, sukses deh."
Hersa melambaikan tangannya. "Kalau lo mikirnya sukses-sukses mulu malah tambah panjang, Ra. Pikirin aja cara kuliah kerja dan dapat uang halal, masalah sukses kan tergantung profesi sama keahlian." Nasehat Hersa. Tentu ia merasakan rasanya kesuksesan, namun banyak pembelajaran didalamnya.
"Iya ya, bang, yaudah tunggu aku kuliah terus kerja aja."
Riki tersenyum lalu mengambil tangan kanan Dyra lalu mengecupnya berkali-kali.
"Mau sampai kamu S2 juga aku bakal nunggu.""ADEK LO MBAK, SEPET GUE SUMPAH!" Hersa berteriak frustasi, jika tau akan begini, ia lebih memilih tidur seharian di rumah lalu bermain game.
"Yaudah sih, iri mulu Lo."
"Tau si abang, iri terus. Gue mau deket-deket Dyra ya, ga usah banyak omong."
Dyra mencubit pinggang Riki. "Ga boleh sembarangan kalau ngomong."
"Oh iya maaf khilaf berkepanjangan."
Lagi-lagi Hersa mendelik. "Sianjir, anak sape dah."
...
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Riki as My Boyfriend
RandomKata-kata andalan seorang Riki, untuk pacarnya, "Makasih banyak-banyak buat Dyra." Terimakasih, atas datangnya Dyra pada kehidupan seorang Riki Aryasepta.