Dufan & something sweet

12 1 0
                                    


"Mau kemana?" Tanya Bian yang tengah duduk di ruang keluarga bersama dengan Jayen dan Razka.

Kedua sahabat abangnya itu menginap semalam, hanya untuk menonton bola bersama dan bermain game, tidur, serta menumpang makan.

"Lah iya, udah cakep mau kemana? Padahal ini Minggu."

Dyra tersenyum manis, "mau keluar sama Riki."

"Ngapain? Di rumah aja, rebahan." Sahut Jayen.

"Ya ngedate lah, jomblo mana faham."

Suara klakson mobil terdengar, Dyra langsung buru-buru menyalim tangan Jayen, Razka dan Bian.

"Boleh kan ya? Oke boleh. Bye abang! Bye kakak-kakak, Dyra berangkat dulu!" Seru Dyra sembari berlari kecil.

"Iya hati-hati, jangan pulang sore--JANGAN LARI-LARI YA AMPUN!" Jayen berteriak.

"Iye kalem dong, adek lo bukan anak TK lagi." Ujar Razka.

"Dyra masih paud."

Bian menggeleng tidak setuju, "masih bayi ga sih?"

"Ck, dasar otak pedopil."

...

"Seneng ga?" Tanya Riki, tangannya terulur untuk mengelap sudut bibir Dyra yang berantakan terkena noda ice cream.

"Banget! Makasih yaaa."

Seakan menular, Riki ikut tersenyum senang melihat betapa bahagianya Dyra. Salah satu impian Dyra adalah naik biang lala sembari memakan ice cream bersama seseorang yang ia cintai.

"Iyaaa sama-sama Dyra."

Lalu suasana hening sejenak tatkala Dyra sibuk mengambil swafoto pemandangan dari atas sana. Sedangkan Riki tengah menyiapkan sesuatu, yang mungkin akan mengejutkan bagi Dyra.

"Ra." Panggil Riki.

Dyra berdehem kecil merespon Riki.

"Liat sini dulu."

Mematuhi perintah Riki, Dyra menoleh, seketika dirinya terpaku melihat pemandangan di depannya, matanya membulat tidak percaya.

"I-ini apa?"

Riki terkekeh, "happy anniversary, Adyra Kanaya."

Dyra menutup mulutnya menggunakan satu tangan karena terkejut, bagaimana bisa ia lupa akan hal ini?

"Riki, sumpah, aku minta maaf..."

Respon Riki membuat Dyra bertanya-tanya, pacarnya itu hanya tersenyum sembari menatap Dyra lekat-lekat.

"Gapapa Ra, aku tau kok kamu lagi sibuk-sibuknya banget. Aku juga ngga mau bikin kamu kepikiran terus terlalu exited sampai lupa sama segala urusanmu itu."

Riki mengambil kalung berbandul angka 3 itu dengan jantung yang berdegup kencang seakan ia dan Dyra baru saja berpacaran. Padahal nyatanya, hari ini tepat tanggal 3 bulan 7 adalah hari jadi hubungan mereka yang ke 3 tahun.

"Maaf dan, makasih banyak Riki." Senyuman Dyra nampak sangat tulus dan bahagia bercampur rasa syukur.

"Sama-sama, Ra. Ah aku ga bisa ngomong serius-serius gini tapi--aku bersyukur masih bisa bareng kamu di tahun ke tiga ini, semoga sampai seterusnya."

Dyra mengangguk, ia terharu tentu, namun ia tahan agar tidak merusak suasana.

"Cantik banget kalungnya, aku juga sama bersyukurnya, Riki. Kamu support sistem terbaik setelah ayah, abang dan juga bunda. Banyak hal yang udah kita lewatin sama-sama, untungnya kita berdua bisa menyikapi itu bareng-bareng. Kalau engga, mungkin hari ini bukan hari spesial lagi." Jelas Dyra.

Riki menggenggam tangan Dyra erat, sungguh ia tak mau melepaskan tangan itu.

"Kita masih muda banget, Ra. Jujur aja, aku ngga mau mikir terlalu jauh tentang pernikahan sama kamu, tapi aku selalu berharap aku berakhir sama kamu Ra, mau gimana lagi..."

Dyra terkekeh. "Aku juga sama kok. Makannya, jangan terlalu berlebihan sekarang, aku takut kamu cuma titipan sementara dari Tuhan."

"Tapi aku maunya berlebihan, gimana dong?"

"Ga boleh!"

Riki memeluk Dyra dengan gemas, ia mencium puncak kepala Dyra bertubi-tubi.

"I love you more and more, Dyra."

"Love you too Riki."

Mereka saling berpelukan, sejenak melupakan urusan pendidikan yang seharusnya telah membuat otak mereka menguap saking pusingnya.

Riki sengaja mengajak Dyra sedikit lama agar ia bisa berlama-lama juga menatap Dyra, mendengarkan suara lembut Dyra, memeluk Dyra dalam dekapannya dan juga merasakan sentuhan Dyra yang sangat membuat jantung Riki berdegup kencang.

Entahlah, perempuan memang bagai racun. Tidak menyakiti diwaktu bersamaan, namun pelan tapi pasti, Riki merasakan itu.

Hatinya telah penuh diisi oleh seorang gadis bernama Adyra Kanaya.

"Pake dulu sini kalungnya."

Dyra menghadap ke depan, membelakangi Riki.

Riki memajukan badannya, lalu memasang kalung cantik pemberiannya itu. Ia tersenyum bangga, tampak sangat cocok dipakai oleh kekasihnya yang cantik tiada tara.

"Cantik banget, yang pake."

Pipi Dyra bersemu, "apa sih?"

"Fakta kok."

Dyra terkekeh lalu mendekatkan dirinya, ia berbisik.

"Sun-nya nanti ya di mobil."

Riki langsung semangat 45 mendengarnya.

"Beneran? Oke!"

"Iyaa."

Riki merangkul Dyra, merapatkan dirinya, ia juga ikut berbisik. "Bibir boleh?"

Dyra mengangguk kecil malu-malu.

"Tapi itu nanti, kalau emang udah sah." Lanjut Dyra.

Riki tersenyum, "iya sayang tenang aja, aku tahan kok."

"Yang sabar ya."

"Selalu sabar buat nunggu Dyra lulus kuliah kedok."

Dyra mengangkat alisnya, "beneran mau nunggu?"

"Benerannn Ra, yakali bohong."

"Baru juga dibilangin jangan terlalu berekspektasi tinggi."

"Gapapa, bermimpi itu baik Ra."

Dyra hanya bisa tertawa, yah kembali lagi wujud dan sifat asli pacarnya.

"Iya deh iya, iyain aja biar cepet."





































...


TBC!

vote ya manteman

Riki as My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang