Jika ada yang bertanya bagaimana awal mula Riki dan juga Dyra bertemu, jawabannya simple: saat pembagian raport kelas sepuluh semester satu.Saat dimana Dyra hendak ke kamar mandi namun kamar mandi kelas sepuluh penuh, akhirnya ia berlari ke kamar mandi belakang.
Tidak sengaja ia mendengar percakapan seorang laki-laki bersama wanita paruh baya. Seperti diomeli namun tidak sampai membentak, setelah wanita paruh baya itu pergi, Dyra menghampiri laki-laki itu karena terlanjur penasaran.
"Hai." Sapa Dyra.
Laki-laki itu--Riki, mendengus kasar. "Pergi, gue ga pengen foto bareng."
"Loh? Gue ga minta foto bareng padahal."
Dyra duduk disebelah Riki yang langsung mengalihkan perhatian Riki, ia menatap Dyra, tertegun sejenak karena merasa Dyra sangat cantik.
Akhirnya Riki menyadari, jika itu adalah salah satu bidadari sekolah, ialah Adyra Kanaya. Gadis pintar dengan segudang prestasi dan segudang pesona.
"Lo...Dyra?"
"Kok tau nama gue?"
Riki mengangkat bahunya acuh. "Siapa yang ga tau lo?"
"Masa? Emang gue kenapa?"
Pertanyaan polos dari Dyra membuat Riki berdecak sebal. "Ga usah pura-pura bego."
"Dih, nanya baik-baik dikatain."
Dyra menahan emosinya, ia mendekati Riki perlahan.
"Eum, mau nanya."
"...itu tadi lo kenapa? Ribut-ribut gitu, maaf kalau lancang tapi gue udah terlanjur denger."
"Nilai gue selalu jelek, dan orang tua gue capek." Jawab Riki diluar ekspektasi Dyra.
Ia kira, Riki tidak akan memberitahunya.
"Gue sering keluar malem, buat main game atau nongkrong atau ngerokok, karna gue gabut."
"Sering bolos juga, ngantuk di kelas."
Dyra menganggukkan kepalanya.
"Wajar, namanya remaja, masa labil jadi ga mikirin akibat dari perbuatannya."
Alis Riki berkerut, "maksud lo?"
"Hari ini lo malas-malasan, bodo amat sama nilai kan? Besok-besok pas udah kelas 12, lo mau sistem kebut semalam? Ga akan bisa."
Riki mengalihkan pandangannya tetapi telinganya stand by mendengarkan Dyra.
"Perbaiki diri lo deh, pantes orang tua lo capek, lo-nya ga ada usaha gini." Setelah mengatakan itu, Dyra berbalik, hendak berjalan menjauh namun cekalan tangan Riki membuat Dyra diam ditempat.
"Tolong."
"Tolongin gue buat berubah, sedikit-sedikit, bisa kan Adyra Kanaya?"
Dan ya, sejak saat itu mereka berdua menghabiskan waktu bersama, entah di perpustakaan, kantin, atau diluar sekolah. Hingga benih-benih cinta tumbuh.
Saat tanggal 22 Februari Riki menyatakan cintanya melalui sebuah balon yang telah ia tulis menggunakan spidol untuk kalimat yang akan Dyra baca nantinya, terdengar simple dan tidak biasa namun Dyra dibuat tertawa karna itu.
"Ini beneran?"
Riki mengelus tengkuknya, "beneran, Ra. Yakali bercanda."
"Gimana ya."
"Ayo dong jawab, ga sanggup nih gue kalau nunggu." Riki tak sabaran.
Dyra terkekeh, "iya-iya, tapi jawab dulu pertanyaan gue ya."
"Oke."
"Lo suka anime?" Pertanyaan tak terduga meluncur dari bibir seorang Adyra Kanaya.
"Suka lah."
Dyra mengambil balon di tangan Riki, "oke kita pacaran mulai saat ini."
Begitulah awal kisah mereka hingga tak terasa sudah dua tahun lamanya menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
Awalnya banyak yang mencerca, baik kepada Riki ataupun Dyra.
Untuk Riki kebanyakan nada cercaannya seperti ini, "cowok pembuat onar kayak dia pacaran sama Dyra? Dipelet kali ya?"
Sedangkan Dyra, "kok mau sih Dyra pacaran sama si trouble maker? Meskipun ganteng, tapi banyak cowok pinter dan bertalenta yang pantes buat Dyra."
Cercaan itu dianggap angin lalu oleh Dyra, tapi tidak dengan Riki. Ia sempat takut jika Dyra akan meninggalkan dirinya, namun ternyata ia salah. Dyra lebih memilih menutup kedua telinganya rapat-rapat dari cercaan manusia kurang kerjaan itu.
Dyra berkata, "yang jalanin hubungan kita kok, hubungan sehat juga bukan yang kotor."
Dan saat itu juga untuk yang kesekian kalinya Riki berkata dalam hati bahwa "gue sayang banget sama lo, Ra, sumpah."
...
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Riki as My Boyfriend
RandomKata-kata andalan seorang Riki, untuk pacarnya, "Makasih banyak-banyak buat Dyra." Terimakasih, atas datangnya Dyra pada kehidupan seorang Riki Aryasepta.