bukan dia

12 1 0
                                    


Dyra:
Riki
Urusannya udah selesai?
Jangan lupa makan, mandi.

Riki:
Iya Ra
Udah tadi

Dyra:
Besok mau jemput ga?

Riki:
Aku ga bisa Ra, kayaknya motor sm mobil bakal dipake.

Dyra:
Ohh oke nanti aku berangkat sama bang Jayen aja

Dyra memandangi ponselnya, "kenapa ga jujur aja sih? Gue juga ga akan marah kali." Gumamnya.

Ia berharap, Riki benar-benar tidak melakukan hal yang ia takutkan.

Pagi harinya Dyra tengah membersihkan sepatunya di teras rumah. Jayen sudah berangkat ke kampus sekitar lima menit yang lalu, dikarenakan ada urusan mendadak.

Supir pribadi Dyra pun tengah pulang kampung dikarenakan istrinya yang hendak melahirkan.

Jadilah Dyra menunggu taksi online di depan gerbang rumahnya.

Tin tin!

Mendengar klakson motor ninja yang nyaring, Dyra menoleh ke arah kanan dan mendapati teman sekolahnya yang juga tetangganya.

"James?"

Laki-laki blasteran yang bernama James itu pun membuka helm-nya dan tersenyum cerah.

"Ga dijemput Riki?"

Dyra tersenyum simpul seraya menggeleng pelan. "Engga, lagi ada urusan katanya."

"Ohh gitu, yaudah sama gue aja, bang Jayen juga udah pergi kan?"

"Iya. Ga ngerepotin tapi, James?"

James terkekeh, "kayak sama siapa aja sih Ra, naik."

"Gue udah pesen taksi online tapi?"

"Cancel aja buruan."

Dyra mengangguk, "oke."

Dan akhirnya ia berangkat ke sekolah bersama James, bukan kali pertama, tapi ia sangat jarang bertemu dengan James. Dyra tipe yang jarang keluar dari rumah, sedangkan James selalu bermain keluar rumah sampai malam menjelang.

Maka dari itu mereka jarang bertemu di lingkungan rumah.

"Makasih ya."

"Santai Ra."

Dyra menyipitkan matanya, memastikan pandangan yang ia tangkap tidak salah.

"Riki?" Gumam Dyra tanpa sadar.

James mengangkat alisnya, lalu menoleh ke belakang, ke arah Riki yang tengah membonceng seorang gadis. Parahnya, gadis itu memeluk pinggang Riki, dan sang empu hanya membiarkannya.

"Ra?"

Dyra menoleh, "hah? Iya kenapa?"

"Jangan salah faham dulu deh ya, ke kelas aja yuk."

Sadar jika James pun melihat Riki, Dyra pun hanya meng-iyakan.

Saat melewati Riki, Dyra sama sekali tidak menoleh ke arahnya, bukan maksud Dyra marah ataupun merajuk. Akan tetapi, Dyra ingin melihat sejauh mana Riki bisa berbohong padanya.

"Duluan aja deh Ra, gue mau ke toilet dulu."

"Oke."

Setelah memastikan Dyra berbelok ke koridor, James menghampiri Riki, ia berdecak.

"Ckckck, ini siapa bro? Ceweknya kok dibiarin sendirian depan gerbang rumahnya, kalau jomblo bakal gue pacarin sih."

Riki mengeraskan rahangnya, "tau apa lo?"

"Kepo lu."

James mengalihkan pandangannya ke gadis yang kini menunduk sembari menautkan jari-jarinya tangannya.

"Pacar baru?"

Riki mendengus. "Jangan sembarangan mulut lo."

"Dyra buat gue aja, siapa tau--"

Bugh!

"Ga usah sebut-sebut nama cewek gue, sialan!"

James menyeka sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah segar.

"Cewek lo? Gue bahkan ngeliat lo jalan sama dia beberapa hari belakangan ini. Kenapa? Bosen?"

"Lo ga perlu tau."

"Oke gue ga perlu tau dari mulut lo, gue liat pake mata kepala gue sendiri."

Riki diam tak berkutik, James memajukan badannya lalu menatap Riki seakan meremehkan.

"Sifat bejat lo semasa SMP ga usah dibawa kesini lagi, Dyra kurang apa? Kurang ngerubah lo, gitu?"

"Maksud lo?"

"Jangan kira gue ga tau lo selama ini berubah gara-gara Dyra."

Riki terkekeh sarkas. "Tuh lo tau."

"Jangan pernah lagi lo temuin Dyra."

James tersenyum sinis dan penuh arti. "Kalau gue ngelanggar gimana? Apa lo bakal ngelakuin hal yang sama ke gue kayak tiga tahun lalu?"

...

"Dyra!"

"Loh? Taki? Ada apa?"

Taki, sahabat sejati Riki itu pun mengatur pernafasannya yang lelah akibat berlarian.

"Huftt...itu Ra, disuruh Riki ke rooftop."

Dyra mengangkat alisnya. "Ngapain?"

"Kurang tau sih gue. Yaudah ya Ra, gue sibuk, bye!"

"Biasanya kalau dia ngajak ke rooftop...cuman ada dua jawaban." Gumam Dyra.

"Ngerayain hari-hari penting atau...ngomongin hal-hal penting."

































....

Tbc

Riki as My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang