Bang Jayen:
Ki, bisa kesini ga?Riki:
Kemana bangBang Jayen:
Send location
Bang Jayen:
Sini, Dyra butuh loRiki:
Rumah sakit? Dyra kenapa bang?
Riki:
Ok, gue otw skrngBang Jayen:
Tanya aja nanti sm anaknya
Bang Jayen:
YaRiki bergegas mengenakan jaketnya kemudian berlari menuju pekarangan rumahnya untuk mengambil motor. Ia melajukan motornya dengan cepat.
Ia panik, selama ini Dyra sangat jarang sakit dan hampir tidak pernah ke rumah sakit.
Riki hanya berharap Dyra tidak sakit parah, semoga saja.
"Bang." Panggil Riki kepada Jayen, ia tadi bertanya terlebih dahulu.
"Eh, duduk dulu sini."
"Dyra mana?"
Jayen menghela nafasnya, ia menunjuk ruangan di depannya.
"Lagi diperiksa, lo tenang dulu."
Riki mengusap wajahnya kasar, ia duduk di kursi sebelah Jayen, sedangkan Jayen menyodorkan satu botol air mineral, ia tau Riki pasti terburu-buru menuju kesini.
"Thanks."
Jayen mengangguk, "Lo...belum pernah denger Dyra sakit kan?"
"Belum."
"Sama."
Riki menoleh, ia terkejut. "Lo juga?"
"Iya, gue ga pernah tau kalau adek gue sakit, Ki."
"Gimana bisa?"
Jayen mengulas senyum mirisnya, "Dyra ga pernah ngomong apa-apa, gimana gue bisa tau? Terus, anaknya juga bukan tipe yang suka cerita-cerita tentang masalah pribadinya."
"Terus, ini bisa ketauan gimana?"
"Tadi gue mau nyuruh Dyra makan, pas baru masuk gue liat tu anak udah pingsan."
Degup jantung Riki kian berdetak kencang, ia sangat takut sesuatu terjadi pada Dyra.
"Jayen! Mana adik kamu?" Ayah Dyra dan juga Jayen datang, beliau berlarian sama seperti Riki tadi.
"Masih di dalam, yah. Ayah duduk dulu."
Sang ayah menghembuskan nafasnya, ia masih belum lega setelah sampai disini. Baru saja ia datang dari luar negeri, sudah disambut kabar bahwa anak gadisnya terbaring di rumah sakit.
Ketiga pria berbeda usia itu kini duduk termenung sembari menunggu Dyra yang tak kunjung ada tanda-tanda selesai diperiksa di dalam.
Namun beberapa menit kemudian, dokter membuka pintu ruangannya, lalu menghampiri mereka.
"Keluarga pasien?"
"Saya ayahnya, dok."
Dokter mengangguk, "ah iya silahkan pak, kita berbicara di ruangan saya."
Jayen berdiri, begitu pula dengan Riki.
"Adik saya boleh dijenguk dok?"
"Boleh, tetapi jangan sampai pasien terganggu, pasien sedang istirahat sekarang."
Dokter beralih pada Juna, ayah dari Dyra dan Jayen.
"Mari, pak."
Jayen kemudian menepuk pundak Riki, "jangan tegang gitu mukanya, Ki, nanti Dyra curiga."
Riki hanya berdecak. "Ya gimana ga tegang? Cewek gue di dalem, gue gatau apa-apa."
"Cewek lu adek gue, jangan lupa."
...
"Jangan liatin aku gitu, serem tau." Ujar Dyra, suaranya sangat lirih dan terdengar lemas.
Meski begitu, ia tetap tersenyum saat membuka matanya dan melihat Riki bersama sang kakak.
Riki menatap Dyra datar, masih seperti itu.
"Jangan lupa jelasin semuanya nanti."
"Jelasin apa?"
Jayen berdecak, "jangan sok gatau gitu lu cil."
"Aku gatau bang, kenapa sih?"
Mata Riki memicing, "kamu gatau?"
Dyra mengangguk, "iya tiba-tiba belakangan ini aku suka mimisan, terus pingsan dua hari yang lalu."
"Bisa-bisanya gue gatau." Gumam Jayen.
Riki lagi-lagi berdecak, "ya apasih yang lu tau?"
Dyra hendak menyandarkan punggungnya namun ia merasa sangat lemas, seluruh badannya terasa ngilu.
"Kenapa?" Riki dengan cepat menghampiri Dyra dan merengkuh tubuhnya.
"Gapapa kok." Dyra tersenyum, tangannya terulur untuk mengelus rambut Riki yang berantakan.
"Gini banget sih."
"Buru-buru tadi."
Riki yang melihat gelagat tak biasa pada pacarnya pun melunakkan tatapannya, ia mengelus pipi Dyra dengan lembut.
"Apa yang sakit?"
"Ngga ada, cuma badan aku lemes banget."
Jayen menatap Dyra prihatin, mengapa ia tidak menyadari perubahan-perubahan kecil pada diri Dyra. Adiknya itu sedikit lebih kurus, wajahnya pucat.
"Ki, gue keluar dulu ya." Pamit Jayen.
Riki mengangguk.
"Ra."
Dyra mengangkat alisnya.
"Janji sama aku, mau?"
"Iyaa, apa?"
"Harus sembuh ya."
Dyra terkekeh, "apasih, ya pasti sembuh dong."
"Perasaan aku gaenak, Ra."
Ni beneran author bakal end-in cerita iniii yuhuuu akhirnya...
Dan semoga aja nanti aku bisa revisi, kalau ada kesalahan-kesalahan.
Anw, jangan lupa vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
Riki as My Boyfriend
RandomKata-kata andalan seorang Riki, untuk pacarnya, "Makasih banyak-banyak buat Dyra." Terimakasih, atas datangnya Dyra pada kehidupan seorang Riki Aryasepta.