"Kamu mau lanjut kuliah, dek?" Tanya sang ayah yang kemudian diangguki oleh anak gadisnya."Kan aku udah bilang, mau kuliah kedokteran." Jawab Dyra.
Ayahnya, Juna, terkekeh akan jawaban Dyra. "Yakin? Nanti lama dong nikah sama Riki-nya."
"Riki mau nunggu kok."
"Yaudah deh, baiknya menurut kamu aja gimana, ayah cuma bisa support dan doain kamu."
Dyra tersenyum lalu memeluk lengan sang ayah, "makasiii."
Mereka berdua hendak pulang ke rumah karena Dyra sudah boleh dibawa pulang untuk istirahat di rumah saja nantinya. Masalah sekolah, Dyra sudah setuju untuk daring dan tinggal menunggu kelulusan saja.
"Yah, mau mampir dulu beli buku boleh?"
"Nanti ayah beliin aja, sekarang kita pulang dulu, nanti kamu kecapekan."
Dyra menggeleng, menatap ayahnya penuh harap. "Enggak bakal, yah...bentar doang kok."
"Hm, oke." Tidak bisa mengatakan tidak untuk putri kecilnya, Juna terbiasa memanjakan Dyra sedari kecil, mengurusnya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Berbeda dengan mengurus seorang anak laki-laki tentunya. Mengurus anak laki-laki bagai mengasah pedang sebelum perang, itu yang dirasakan oleh Juna.
Dan sekarang, putri kecilnya dan juga putra jagoannya sudah tumbuh menjadi seorang yang sehat, tampan, cantik, dan berprestasi.
"Dyra, kalau ayah menikah lagi suatu saat, gimana?"
Dyra mengangkat alisnya, "calonnya udah ada belum?"
"Ya...kalau Dyra setuju ayah nikah lagi, ya ayah kenalin. Kalau enggak, yaudah ayah gak akan kenalin."
Terlihat tatapan protes ditunjukkan Dyra, "kok gitu! Kenalin aja kali, yah, kan biar aku sama bang Jayen juga bisa menganalisis gitu."
Juna tertawa kecil, diusapnya rambut halus putri kecilnya itu. "Iya nanti, ayah minta izin bunda dulu."
Setelah sampai di toko buku, Dyra mengatakan jika ia bisa sendiri, ia membutuhkan waktu menghirup udara khas toko buku sendirian. Dan untungnya Juna mengerti.
Dyra tersenyum tipis mengetahui jika tempatnya tidak terlalu ramai.
"Harusnya kapan-kapan library-date sama Riki." Gumam Dyra, ia berjalan dengan santai sembari menatap buku-buku dengan berbagai judul dan genre.
"Oh? Ini kan..."
Belum juga Dyra mengambilnya, uluran tangan dari seseorang mengalihkan atensi Dyra. Ia menoleh, mendapati seorang laki-laki bertubuh tinggi--hampir setara dengan Riki.
"Eh, ini incaran lo ya?"
Dyra menggeleng, "nggak apa-apa kok kalau kakak mau ambil, silahkan."
"Nggak usah, buat lo aja, nih."
"Beneran?"
Laki-laki berwajah manis itu terkekeh, "iya, ambil nih."
"Wah makasih ya kak."
"Iya, sama-sama."
Dirasa sudah cukup, Dyra membayar buku tersebut, saat hendak ke parkiran, seseorang menepuk pundaknya.
"Sorry, ini punya lo bukan?"
Dyra membulatkan matanya kaget, "astaga, iya kak punya aku, makasih sekali lagi."
"Iya, nama lo...Dyra?"
Dyra mengangguk, "iya."
Laki-laki itu mengingat-ingat akan hal yang sepertinya ia pernah lakukan.
"Yang pernah ikut olimpiade, iya kan?"
"Iya, kok bisa--"
"Tau dong, gue pernah ikut juga, kebetulan gue panitianya waktu itu."
"Oh? Gitu ya."
Laki-laki itu tersenyum, "salam kenal ya, Dyra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Riki as My Boyfriend
RandomKata-kata andalan seorang Riki, untuk pacarnya, "Makasih banyak-banyak buat Dyra." Terimakasih, atas datangnya Dyra pada kehidupan seorang Riki Aryasepta.