"Ini tuh tinggal ngejelasin ulang ya, kak? Habis itu gue kasih latsol, baru kalau ada yang ga faham dijelasin, gitu?"Kamal mengangguk sembari tersenyum, ia sampai tak sadar tangannya mengelus rambut Dyra.
"Eits itu tangannya bos, kondisikan." Sahut Riki sembari menarik tangan Kamal menjauh.
Kamal berdehem, "oh? Iya maaf ya Dyra, ga sengaja."
Riki memalingkan wajahnya, "ga sengaja tapi senyam senyum." Cibir Riki, ia berbisik.
Dyra tersenyum kikuk. "Gapapa kak."
"Yaudah kalau gitu gue pamit dulu ya? Tolong ya, Ra, nitip anak-anak didik gue."
"Siap kak."
Dyra melirik Riki yang sedang memainkan ponselnya, dilihat dari posisi ponsel Riki yang miring, itu artinya Riki tengah bermain game online.
"Riki, minta tolong boleh ga?"
Riki mematikan ponselnya lalu menatap Dyra sembari mengangguk. "Boleh banget."
"Jangan gitu banget lah sama kak Kamal, atau sama James, mereka kan baik sama aku."
Helaan nafas terdengar dari Riki, "ya tapi mereka tuh suka sama kamu, Ra."
"Ya terus kenapa?"
Riki terdiam.
"Takut ditikung."
Dyra tertawa dibuatnya, "sejak kapan Riki takut ke-tikung?"
"Sejak dulu juga udah takut aku, Ra, cuma diem-diem bae."
"Gitu ya?"
Riki menundukkan kepalanya sembari memainkan ujung baju yang ia pakai, Karena gemas Dyra memeluk Riki dari samping.
"Kamu tuh harus aku jelasin berapa kali sih, Ki? Aku cuma maunya sama kamu aja, sama Riki. Kalau pun suatu saat kamu ada ngelakuin kesalahan sampai buat aku kecewa, aku ga akan langsung ninggalin kamu."
Dyra menjeda ucapannya dahulu, sebelum tersenyum lembut sembari mengelus tangan Riki.
"Karna aku mau mastiin, kamu beneran bikin aku kecewa atau ngga? Kalau beneran...kamu bukan lagi Riki yang aku kenal."
Riki mulai mengangkat kedua sudut bibirnya mendengar ucapan Dyra, "karna Riki Aryasepta ga akan pernah bikin Dyra kecewa."
"Betul."
"Makasih ya."
Dyra mengangguk, "sama-sama yang banyak buat Riki."
"Ekhem!"
Riki dan Dyra sontak menoleh kebelakang mereka, mendapati Jayen, Razka Bian, dan Recyl.
"Ini tempat belajar bukan tempat pacaran ya adek-adek." Sindir Bian sembari tertawa.
"Ganggu aja sih bang."
Jayen menarik tangan Dyra, "lu bukannya belajar malah pacaran disini."
"Apa sih? Ini Dyra cuma gantiin kak Kamal."
Recyl memicingkan matanya, "yang bener?"
"Iya, lagian kalian ngapain kesini?"
Razka mengangkat satu buku yang lumayan tebal, "nih belajar bareng sama Maba." Jawabnya sembari melirik Recyl.
Dyra mengangguk, "oh gitu. Yaudah masuk aja, udah booking tempat kan?"
"Udah kok."
"Aku ngajar dulu ya bang. Riki, kalau mau pulang duluan kasih tau aku."
Riki menggeleng, "aku nunggu diluar aja ya?"
Jayen berdecih. "Dasar si bucin."
"Iri aja nih si jomblo."
"Udah-udah, aku ke dalam dulu."
Riki hanya tersenyum sembari melambaikan tangannya, ia enggan masuk kedalam, isinya hanya orang-orang yang pintar. Termasuk pacarnya.
Ia tidak ingin ikut bimbel karena menurutnya belajar bersama sang pacar lebih baik ketimbang belajar bersama orang lain, rasanya sangat berbeda.
"Woi, lu ga ribut kan sama Kamal?" Tanya Jayen.
Riki mengerutkan dahinya, "ngga lah ngapain?"
"Oh kirain." Jayen berujar cuek.
"Emangnya si Kamal-Kamal itu kenapa?"
Jayen tersenyum mengejek. "Dia naksir adek gue."
"Terus? Dyra ga naksir si bule nyasar itu kok."
"Ah elu positif banget pikirannya, padahal gue mau ngompor." Jayen menepuk bahu Riki.
Bian terkekeh melihat interaksi mereka. "Emang bajingan tuh calon ipar lu, Ki. Kalau gue jadi elu sih gue ogah nganggep dia abang ipar."
Riki ikut terkekeh, "gue juga ogah sebenernya bang, cuma karna dia sering Mabar aja sama gue."
"Yeeee ga gue kasih restu juga lu wibu!"
...
Tbc
vote nya dong 😔
KAMU SEDANG MEMBACA
Riki as My Boyfriend
RandomKata-kata andalan seorang Riki, untuk pacarnya, "Makasih banyak-banyak buat Dyra." Terimakasih, atas datangnya Dyra pada kehidupan seorang Riki Aryasepta.