pertanda

11 2 0
                                    


"Ra, lo pernah bosen ga sih sama Riki?" Tanya Rei, kini Dyra tengah berada di pinggir lapangan setelah menonton pertandingan basket kelas 10 tadi.

"Eum, belum pernah."

Rei memiringkan kepalanya, "gue kok mulai bosen ya sama cowok gue."

"Baru juga 3 bulan pacaran." Timpal Dyra.

Dyra terkekeh, "makannya ngedate." Lanjutnya.

"Ya gimana orang ldr, dia dateng kesini kalo liburan musim dingin aja." Rei cemberut, ia dan pacarnya memang ldr, sudah lumayan lama.

"Yaudah sabar aja, bosen cuma alasan Rei, nanti kalau nyesel gimana?"

"Gue kan ga bilang mau putus."

"Tapi pasti bakal ada pemikiran kayak gitu."

Rei mengangguk, "iya juga ya."

Dyra melirik jam tangannya, lalu ia berdiri "gue samperin Riki dulu deh ya, bentar lagi tanding dia."

"Yeuuu dasar, pacaran mulu." Cibir Rey.

"Ahahaha, sirik aja yang ldr."

Sebelum menghampiri Riki di ruangan khusus anak-anak basket, ia menyempatkan diri terlebih dahulu membeli dua botol air mineral. Lalu bergegas ke ruangan.

Sudah banyak orang yang menunggu di depan pintu ruangan, hanya untuk sekedar melihat atau ada pula yang menunggu sang pacar, seperti Dyra.

"Taki, Riki mana?"

Yang ditanya menoleh lalu menunjuk Riki yang tengah dikerumuni para perempuan, berebut memberikan minum untuknya.

"Ohh, jumpa fans ternyata." Dyra tertawa kecil.

"Udah sana awas ah! Gue mau ketemu cewek gue." Riki mendorong para perempuan disekitarnya itu lalu berjalan menghampiri Dyra sembari cemberut.

"Kenapa manyun gitu?" Dyra terkekeh, tangannya terulur untuk merapihkan rambut Riki yang sedikit berantakan.

"Bete, dari tadi aku nungguin kamu."

"Iya-iya maaf, abis ngobrol dulu sama Rei."

Riki mengambil botol minum dari tangan Dyra, "pasti buat aku kan." Katanya.

"Dih ngga ya, ini buat James."

"Ga boleh! Ngapain kamu kasih si James?"

Lagi-lagi Dyra terkekeh, Riki semakin hari semakin posesif saja.

"Engga, buat kamu kok, kenapa sih?"

"Huuu, kirain."

"Riki." Panggil Dyra.

"Hm?"

"Kamu jangan marah ya, aku mau tanya."

Riki mengangguk, "tanya aja."

"Kamu...pernah bosen?"

"Bosen? Apanya?"

Dyra berdecak, "bosen sama hubungan kita. Pernah?"

"Ohh, itu."

Riki merangkul Dyra kemudian mengarahkannya untuk duduk di kursi panjang di depan ruangan.

"Kalau aku jawab jujur, kamu bakal percaya?"

"Kapan sih aku ga percaya?"

Tangan Riki mengelus surai lembut Dyra, kemudian menjawab, "aku ngga pernah bosen Ra."

"Karna?"

"Karna ngga ada yang perlu dibosenin. Kalau komunikasi kita baik, kita berdua juga ngga terlalu ribet sama suatu hal, ya itulah berarti perasaan bosen gabakal datang, kan?"

"Iya bener banget. Tadi aku ditanya sama Rei sih, makannya aku penasaran terus nanya juga ke kamu."

Riki mendengus, "dasar si Jepang pengaruh buruk."

"Kamu juga Jepang."

"Gapapa yang penting ganteng."

"Apasih."

Dyra tertawa pelan, ia kemudian meraih tangan Riki, dikecupnya pelan.

"Makasih ya?"

"Buat?"

Jari-jari Dyra mengelus punggung tangan Riki, "buat semuanya."

"Ih jangan ngomong gitu."

"Hm?"

"Jangan ngomong gitu, aku takut."

"Takut?"

Riki mengangguk, "seolah-olah kita mau pisah aja, ngga ya, aku gamau."

Dyra tersenyum, "siapa juga yang mau pisah sih?"

"Ya...takutnya."

"Udah ah, penakut kamu." Ledek Dyra, kemudian berdiri.

"Sana siap-siap, aku tunggu di tribun, oke?"

"Okee, jangan lupa bilang 'semangat sayang' ya?"

"Banyak mau banget."


































Wqwqwqwq

Tbc, btw... menit-menit menuju ending.

Riki as My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang