2. Who

643 60 4
                                    

Seperti biasanya, Lumine menghabiskan harinya dengan mengerjakan komisi dan berkeliling kota untuk mencari seseorang yang membutuhkan bantuannya. Gadis itu memang terlalu baik kepada para warga.

Setelah merasa lelah, Lumine dan teman kecilnya Paimon akhirnya memutuskan untuk kembali ke Wangshu Inn dan mereka berencana untuk makan sampai kenyang.

Sampai di Wangshu Inn Lumine bertemu dengan Verr Goldet dan tersenyum kepadanya sebagai bentuk sopan santun, namun kali ini wanita itu menghentikannya.

"Hai, Lumine." Ucapnya sambil tersenyum.

"Hai juga Verr! Ada apa memanggilku?" Tanya Lumine sambil menyandarkan tubuhnya ke meja resepsionis milik Verr.

"Ada yang menyuruhku untuk menyampaikan pesan kepadamu," jelas Verr Goldet sambil tersenyum lebar.

"Ohh apakah ini misi petualangan? Komisi?" Tanya Lumine yang sudah sangat semangat.

Verr Goldet menggeleng pelan, "ini bukan komisi ataupun apalah itu, orang ini memintamu untuk pergi ke balkon, mungkin ia akan menemuimu disana."

Lumine menatap Verr dengan sedikit bingung, namun kemudian ia segera berdiri tegak dah mengatakan terimakasih kepada Verr atas informasinya.

Gadis bersurai pirang itu beranjak pergi ke balkon, menunggu sang empunya pesan untuk muncul didepannya. Ia menunggu beberapa saat sampai akhirnya seseorang dengan suara yang dalam menyapanya.

"Hai, pengembara."

Lumine refleks melihat kesamping, agak sedikit terkejut dengan kemunculannya yang tiba-tiba. "Xiao.."

"Apa kau yang meminta Verr Goldet untuk memberi pesan kepadaku?" Tanya Lumine menatap Yaksha yang ada disebelahnya.

"Apakah itu benar Xiao?" Paimon ikut bertanya kepada lelaki yang sedang menghela nafas itu.

Xiao menatap Lumine beberapa saat, "tidak, itu bukan aku."

Lumine menunjukkan ekspresi bingung, kemudian ia melihat kesekeliling, tidak ada siapapun, lalu siapa yang memanggilnya?

"Hmm, aneh sekali, lalu dimana orang yang memanggilku?" Gumam gadis bersurai pirang itu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Xiao masih tetap diam ditempat dan menatap langit malam itu, seolah tidak mempedulikan adanya Lumine disebelahnya.

"Sungguh tidak jelas huft.. lalu, Xiao, apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya Lumine kepada yaksha disebelahnya

Xiao melirik Lumine, tatapan matanya tajam, namun terasa lembut, "aku hanya menikmati pemandangan, sudah kubilang aku suka tempat yang tidak ramai manusia fana."

Lumine bersandar ke balkon berdiri disamping Xiao sambil meregangkan tubuhnya yang pegal, "apa kau sebenci itu kepada manusia?"

Xiao menggeleng, "yang kulakukan selama ini hanya demi mereka, dan kontrakku dengan Rex Lapis. Aku tidak bisa terlalu dekat dengan manusia, melewati batasnya adalah melawan hukum."

Lumine mengangguk meskipun ia kurang mengerti maksudnya, "jadi begitu ya..."

Angin berhembus pelan, membawa suasana segar bagi mereka bertiga, tentu saja Paimon masih disini!

"Paimon benar-benar mengantuk, paimon terlalu banyak makan tadi sore... ugh..." keluh Paimon kecil yang mengelus perutnya sejak tadi, kecil begitu tapi makannya segerobak, mana mungkin tidak mules.

Lumine tertawa pelan, melihat Paimon seperti ini memang sangat menggemaskan, "ha! Sudah kubilang apa, perut kecil harus makan sedikit, kau terlalu senang menghabiskan mora-ku dan makan terlalu banyak."

"Paimoon tidak menyesal! Paimon tetap suka makan! Sekarang saatnya Paimon tidur." Si kecil itu berkacak pinggang sebentar sambil menatap Lumine dengan wajah ngambeknya, kemudian berbalik dan terbang menjauh.

Xiao menatap Lumine yang tersenyum, memperhatikan wajah gadis manusia yang sudah membuatnya penasaran akhir-akhir ini, sampai sekarang dirinya masih tidak menemukan titik terang, dia masih tidak mengerti apa yang membuatnya penasaran pada manusia yang satu ini.

Kemudian Lumine menengok, balas menatap Xiao yang sedang memperhatikannya, "lalu Xiao, apakah kau butuh teman untuk menemanimu disini?"

Xiao segera menarik wajahnya dan menatap langit didepannya lagi, "teman? Untuk apa? Aku seorang adeptus." Balasnya dengan suara datar. Memang benar, selama ini Xiao tidak butuh apapun dan siapapun untuk menemaninya, baru kali ini ada yang bertanya kepadanya.

Lumine mendekati Xiao, berdiri lebih menempel kepada lelaki itu, "karena wajahmu terlihat begitu kesepian.."

Xiao terdiam, terkejut dengan perkataan gadis disampingnya.

"Setiap melihatmu, entah mengapa aku merasa seperti tidak bisa meninggalkanmu sendiri, mungkin kau memang kuat, melindungi kami semua disini, tapi..." lanjut Lumine sambil menatap yaksha disampingnya.

"Kau bicara tentang apa manusia?" Balas Xiao sambil menghela nafas, mana mungkin ia terlihat selemah itu.

"Maksudku adalah, kau memang menjaga kami semua, tapi kalau dipikir-pikir, tidak ada yang menjagamu... setiap melihatmu sejak kali pertama, aku merasa kau terlihat kesepian, seperti banyak hal yang menyakitimu, tetapi tidak ada yang menarikmu dari kegelapan." Lanjut Lumine, tatapan gadis itu melembut, ia melirik sang yaksha disampingnya beberapa saat, kemudian kembali menatap pemandangan malam di depannya.

Xiao tidak membalas apapun, entah bagaimana pengembara disebelahnya bisa mengerti perasaannya yang bahkan tidak pernah ia utarakan, dan hanya dengan melihat wajahnya?

"Ahahaha, aku tidak bermaksud mengejek atau apapun, hanya saja aku ingin sedikit membantumu." Lumine mengelus kepalanya sendiri untuk menutupi rasa malu setelah mengatakan hal seperti itu kepada adeptus.

Xiao membuang wajahnya agar tidak terlihat oleh Lumine, "kurasa kau benar, tapi aku ini memang tidak pantas mendapatkan kebahagiaan, aku sudah menerima karmaku, dan aku tidak meminta apapun lebih dari sekarang."

"Uh... tidak ada orang yang ditakdirkan untuk tidak bahagia, Xiao." Balas Lumine yang tidak senang mendengar jawaban Xiao.

Xiao tidak membalas lebih lanjut, membiarkan Lumine dengan wajah tidak puasnya.

"Dasar..." Lumine menghela nafas, ia masih tidak mengerti bagaimana cara berpikirnya Xiao.

Rasa canggung diantara keduanya muncul, beberapa waktu berlalu tetapi tidak ada yang mengatakan sepatah katapun, Lumine hanya sesekali melirik lelaki disebelahnya, wajah tampan Xiao membuat semburat merah muncul dipipinya, namun Lumine tidak berani bereaksi apapun.

Xiao menarik nafas panjang, kemudian menatap Lumine, "baiklah, aku pergi dulu."

Tanpa Lumine sadari sosok Xiao sudah menghilang entah kemana, meninggalkan dirinya yang masih bersandar di dinding balkon.

"Malam-malam begini pun dia bekerja ya..." gumam Lumine.

Lelaki itu benar-benar membuat Lumine yang terlalu baik ini jadi khawatir, ia merasa harus melakukan sesuatu, namun tidak tahu harus bagaimana.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Know, I Want You [Xiao X Lumine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang